Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Halikinnor mengajak masyarakat memanfaatkan peluang usaha di bidang pertanian karena potensinya masih sangat menjanjikan.
"Sebagian komoditas seperti sayuran, buah dan lainnya masih harus kita datangkan dari luar daerah seperti dari provinsi tetangga, bahkan dari Pulau Jawa. Ini menunjukkan bahwa potensinya cukup besar," kata Halikinnor di Sampit, Minggu.
Sejumlah komoditas sayuran, buah, juga daging sapi dan ayam, masih didatangkan dari luar daerah. Hal ini lantaran produksi di Kotawaringin Timur sendiri belum mampu sepenuhnya memenuhi permintaan pasar.
Ketergantungan ini berdampak pada harga yang sering naik ketika pasokan terhambat dan stok menipis. Seperti ketika pasokan berkurang akibat produksi di daerah produsen menurun, atau akibat distribusi melalui jalur jalur laut yang terhambat gelombang tinggi, maka harga biasanya akan naik.
Di sisi lain, ini juga menggambarkan terbukanya peluang usaha di bidang pertanian. Pangsa pasar masih terbuka lebar, setidaknya untuk memenuhi permintaan tersebut sehingga tidak perlu lagi mendatangkan dari luar daerah.
Jika kemandirian ini terwujud maka harga kebutuhan diyakini akan lebih stabil karena petani dan peternak di Kotawaringin Timur bisa memenuhi sendiri permintaan masyarakatnya. Bahkan, harga bisa lebih murah karena tidak memerlukan ongkos angkut yang mahal dibanding jika mendatangkan dari Pulau Jawa.
Untuk itulah Halikinnor mengajak masyarakat untuk menangkap peluang ini. Masyarakat diajak memanfaatkan lahan yang selama ini telantar untuk dimanfaatkan menjadi lahan produktif.
Baca juga: DPMD Kotim dorong optimalisasi potensi unggulan desa
Sudah banyak petani yang sukses dari hasil panen mereka karena pangsa pasar terbuka lebar. Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan bantuan kepada petani, seperti bantuan bibit, pupuk, alat produksi pertanian, serta peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan.
"Kalau ada lahan dua atau tiga hektare, lebih baik ditanami hortikultura karena panennya cepat dan hasilnya besar. Selain dapat meningkatkan perekonomian, ini juga bisa membantu pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan daerah kita," ujar Halikinnor.
Secara khusus Halikinnor mengajak generasi muda untuk tidak malu menjadi petani. Selain potensinya besar, kini bertani lebih mudah dibanding dulu karena sudah banyak terbantu oleh pemanfaatan teknologi pertanian yang semakin berkembang.
Kepala Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, Sepnita mengatakan potensi pertanian masih terbuka. Untuk itulah pihaknya terus mengajak masyarakat untuk menggeluti bidang pertanian.
"Pada saat bidang-bidang, subsektor atau sektor yang lain itu pertumbuhannya negatif, terutama pada masa-masa tertentu, contohnya pada saat pandemi COVID-19 kemarin, bidang pertanian itu justru tumbuh positif," ujarnya.
Sepnita berharap kaum milenial atau mereka yang berusia 24 sampai 40 tahun, maupun berusia di bawah itu, untuk tidak ragu terjun ke bidang pertanian. Hingga saat ini pertanian menjadi bidang yang tidak pernah mati, justru terus tumbuh dan berkembang dan diharapkan menjadi salah satu usaha yang menjanjikan.
"Kita terus berusaha. Memang tidak terlalu banyak yang muncul ketertarikan itu karena keterbatasan modal maupun keterbatasan pengetahuan, tetapi (peningkatan) perlahan namun pasti. Selama ini kita sudah membina kaum milenial untuk bisa terjun langsung ke dunia pertanian dan itu ada kelompoknya," demikian Sepnita.
Baca juga: Kelebihan kapasitas, 25 WBP Lapas Sampit dipindahkan ke Palangka Raya
Baca juga: Pemkab Kotim alokasikan Rp40 miliar untuk Pilkada 2024
Baca juga: Pedagang musiman di Sampit raup untung jutaan rupiah selama Ramadhan
"Sebagian komoditas seperti sayuran, buah dan lainnya masih harus kita datangkan dari luar daerah seperti dari provinsi tetangga, bahkan dari Pulau Jawa. Ini menunjukkan bahwa potensinya cukup besar," kata Halikinnor di Sampit, Minggu.
Sejumlah komoditas sayuran, buah, juga daging sapi dan ayam, masih didatangkan dari luar daerah. Hal ini lantaran produksi di Kotawaringin Timur sendiri belum mampu sepenuhnya memenuhi permintaan pasar.
Ketergantungan ini berdampak pada harga yang sering naik ketika pasokan terhambat dan stok menipis. Seperti ketika pasokan berkurang akibat produksi di daerah produsen menurun, atau akibat distribusi melalui jalur jalur laut yang terhambat gelombang tinggi, maka harga biasanya akan naik.
Di sisi lain, ini juga menggambarkan terbukanya peluang usaha di bidang pertanian. Pangsa pasar masih terbuka lebar, setidaknya untuk memenuhi permintaan tersebut sehingga tidak perlu lagi mendatangkan dari luar daerah.
Jika kemandirian ini terwujud maka harga kebutuhan diyakini akan lebih stabil karena petani dan peternak di Kotawaringin Timur bisa memenuhi sendiri permintaan masyarakatnya. Bahkan, harga bisa lebih murah karena tidak memerlukan ongkos angkut yang mahal dibanding jika mendatangkan dari Pulau Jawa.
Untuk itulah Halikinnor mengajak masyarakat untuk menangkap peluang ini. Masyarakat diajak memanfaatkan lahan yang selama ini telantar untuk dimanfaatkan menjadi lahan produktif.
Baca juga: DPMD Kotim dorong optimalisasi potensi unggulan desa
Sudah banyak petani yang sukses dari hasil panen mereka karena pangsa pasar terbuka lebar. Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan bantuan kepada petani, seperti bantuan bibit, pupuk, alat produksi pertanian, serta peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan.
"Kalau ada lahan dua atau tiga hektare, lebih baik ditanami hortikultura karena panennya cepat dan hasilnya besar. Selain dapat meningkatkan perekonomian, ini juga bisa membantu pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan daerah kita," ujar Halikinnor.
Secara khusus Halikinnor mengajak generasi muda untuk tidak malu menjadi petani. Selain potensinya besar, kini bertani lebih mudah dibanding dulu karena sudah banyak terbantu oleh pemanfaatan teknologi pertanian yang semakin berkembang.
Kepala Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, Sepnita mengatakan potensi pertanian masih terbuka. Untuk itulah pihaknya terus mengajak masyarakat untuk menggeluti bidang pertanian.
"Pada saat bidang-bidang, subsektor atau sektor yang lain itu pertumbuhannya negatif, terutama pada masa-masa tertentu, contohnya pada saat pandemi COVID-19 kemarin, bidang pertanian itu justru tumbuh positif," ujarnya.
Sepnita berharap kaum milenial atau mereka yang berusia 24 sampai 40 tahun, maupun berusia di bawah itu, untuk tidak ragu terjun ke bidang pertanian. Hingga saat ini pertanian menjadi bidang yang tidak pernah mati, justru terus tumbuh dan berkembang dan diharapkan menjadi salah satu usaha yang menjanjikan.
"Kita terus berusaha. Memang tidak terlalu banyak yang muncul ketertarikan itu karena keterbatasan modal maupun keterbatasan pengetahuan, tetapi (peningkatan) perlahan namun pasti. Selama ini kita sudah membina kaum milenial untuk bisa terjun langsung ke dunia pertanian dan itu ada kelompoknya," demikian Sepnita.
Baca juga: Kelebihan kapasitas, 25 WBP Lapas Sampit dipindahkan ke Palangka Raya
Baca juga: Pemkab Kotim alokasikan Rp40 miliar untuk Pilkada 2024
Baca juga: Pedagang musiman di Sampit raup untung jutaan rupiah selama Ramadhan