Muara Teweh (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Barito Utara,Kalimantan Tengah,meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) agar mampu memberikan pertolongan pertama Medical First Responder (MFR).
"Pelatihan MFR ini sangat penting untuk memastikan seluruh pegawai memiliki kemampuan yang sama dalam melakukan penanganan awal di lapangan yakni secara cepat, tepat, dan profesional sebelum korban ditangani tenaga medis," Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Barito Utara Rizali Hadi di Muara Teweh, Selasa.
Menurut dia, kesiapsiagaan dan respons cepat menjadi kunci dalam upaya penyelamatan korban bencana maupun keadaan darurat lainnya.
Pelatihan ini, katanya, diikuti 45 peserta terdiri atas 19 ASN dengan jabatan Pranata Pencarian dan Pertolongan Pemula. 24 ASN dengan jabatan Pengelola Pencarian dan Pertolongan. Satu ASN dengan jabatan Pranata Pencarian dan Pertolongan Terampil dan satu orang peserta Non ASN.
"Pelatihan ini diharapkan dapat membekali peserta dengan kemampuan memberikan bantuan awal secara efektif, meningkatkan peluang keselamatan korban, serta memperkuat kesiapsiagaan BPBD dalam merespons berbagai kejadian darurat," kata dia.
Pelatihan dilaksanakan selama tujuh hari, mulai 25 November hingga 1 Desember 2025 dengan total 72 jam pelajaran, kerja sama antara Balai Pelatihan Sumber Daya Manusia Pencarian dan Pertolongan Basarnas dengan BPBD Barito Utara.
Narasumber kegiatan dari Balai Pelatihan Sumber Daya Manusia Pencarian dan Pertolongan Bogor, Jawa Barat serta Kantor Pencarian dan Pertolongan Palangka Raya
"Pelatihan ini diharapkan mampu memperkuat kompetensi dan profesionalisme tenaga BPBD dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan di Kabupaten Barito Utara," kata Rizali Hadi.
Bupati Barito Utara Shalahuddin melalui Kepala Pelaksana BPBD setempat Simamoraturahman menyatakan kehadiran personel yang terlatih memberikan respons cepat, tepat, dan aman menjadi kunci utama dalam upaya pertolongan dan penyelamatan.
“Karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, maupun kondisi gawat darurat lainnya dapat terjadi kapan saja dan tidak dapat diprediksi," kata Simamoraturahman.
Dia mengatakan, peserta akan mendapatkan pengetahuan tentang penilaian kondisi korban, penanganan perdarahan, syok, cedera jaringan lunak, cedera organ dalam, cedera alat gerak, cedera kepala, hingga penggunaan alat Kendrick Extrication Device (KED) untuk evakuasi darurat korban kecelakaan.
Pelatihan ini sekaligus menjadi momentum penting memperkuat sinergi antar unit, antar bidang, dan antara relawan dengan BPBD.
"Sinergi yang solid adalah kunci keberhasilan dalam penanganan bencana. Respons kita harus cepat, terkoordinasi, dan aman bagi penolong maupun korban,” tegasnya.
Pelatihan MFR ini, lanjutnya, bukan hanya membekali peserta dengan keterampilan teknis, tetapi juga membangun sikap mental, ketenangan, kedisiplinan, serta kemampuan mengambil keputusan cepat di lapangan.
Ia berharap pelatihan tersebut dapat melahirkan tenaga first responder yang profesional dan mampu memberikan pertolongan awal secara tepat kepada masyarakat yang mengalami kecelakaan, kedaruratan medis, maupun terdampak bencana.
“Pelatihan ini bukan hanya seremonial, tetapi harus memberi dampak nyata bagi peningkatan kualitas SDM di bidang penanggulangan bencana, demi terwujudnya pelayanan kemanusiaan yang lebih baik, responsif, dan profesional di Kabupaten Barito Utara,” ujar Simamoraturahman.