Damaskus (ANTARA
News) - Presiden Suriah Bashar al-Assad mengumumkan usulan perdamaian
pada Minggu, menyerukan rekonsiliasi dengan "mereka yang tidak
mengkhianati Suriah".
Menurut rencana Bashar, rekonsiliasi itu kemudian akan diikuti dengan pembentukan pemerintahan baru dan amnesti.
"Tahap pertama solusi politik ini memerlukan semua kekuatan-kekuatan regional untuk menghentikan pendanaan dan penyediaan senjata (kepada oposisi), mengakhiri gerakan teroris, mengontrol perbatasan," kata dia pusat kota Damaskus.
"Kami tidak akan berdialog dengan boneka buatan negara-negara Barat," kata Bashar.
Bashar, yang membuat pernyataan publik untuk pertama kali sejak beberapa bulan, menyerukan adanya "mobilisasi nasional" untuk bertempur melawan pemberontak yang dia sebut sebagai teroris-teroris al-Qaida.
"Kita bertemu pada hari ini dan bersama-sama menderita di tanah Suriah. Tidak ada tempat bagi kegembiraan ketika keamanan dan stabilitas absen di jalan-jalan negara kita," kata Bashar.
"Negara ini didirikan untuk semua warga dan kita harus melindunginya," kata dia.
Pidato itu adalah kemunculan pertama Bashar di depan publik sejak wawancara dengan sebuah stasiun televisi Rusia pada November lalu saat dia menegaskan untuk tetap bertahan di Suriah dan berjuang sampai mati jika diperlukan.
Gerakan sipil melawan Bashar telah berlangsung selama 21 bulan dan berkembang menjadi perang sipil yang menurut PBB telah menewaskan lebih dari 60.000 orang.
(G005)
Menurut rencana Bashar, rekonsiliasi itu kemudian akan diikuti dengan pembentukan pemerintahan baru dan amnesti.
"Tahap pertama solusi politik ini memerlukan semua kekuatan-kekuatan regional untuk menghentikan pendanaan dan penyediaan senjata (kepada oposisi), mengakhiri gerakan teroris, mengontrol perbatasan," kata dia pusat kota Damaskus.
"Kami tidak akan berdialog dengan boneka buatan negara-negara Barat," kata Bashar.
Bashar, yang membuat pernyataan publik untuk pertama kali sejak beberapa bulan, menyerukan adanya "mobilisasi nasional" untuk bertempur melawan pemberontak yang dia sebut sebagai teroris-teroris al-Qaida.
"Kita bertemu pada hari ini dan bersama-sama menderita di tanah Suriah. Tidak ada tempat bagi kegembiraan ketika keamanan dan stabilitas absen di jalan-jalan negara kita," kata Bashar.
"Negara ini didirikan untuk semua warga dan kita harus melindunginya," kata dia.
Pidato itu adalah kemunculan pertama Bashar di depan publik sejak wawancara dengan sebuah stasiun televisi Rusia pada November lalu saat dia menegaskan untuk tetap bertahan di Suriah dan berjuang sampai mati jika diperlukan.
Gerakan sipil melawan Bashar telah berlangsung selama 21 bulan dan berkembang menjadi perang sipil yang menurut PBB telah menewaskan lebih dari 60.000 orang.
(G005)