Palangka Raya, 11/3 (ANTARA) - Tokoh masyarakat Bali H Ida Bagus berharap pawai ogoh-ogoh yang diarak keliling Kota Palangka Raya dalam rangka menyambut Hari Nyepi, hendaknya lebih mempererat tali silaturahmi masyarakat Bali di Bumi Tambun Bungai Kalimantan Tengah.
"Kerukunan hidup masyarakat Bali dengan penduduk asli selama ini sudah terjalin sangat baik sekali dan hendaknya terus dipertahankan,"kata Ida di Palangka Raya, Senin.
Kendati pawai ogoh-ogoh sebenarnya di luar ritual agama, hanya merupakan tradisi budaya orang Bali dalam menyambut Hari Raya Nyepi, namun mempunyai makna dari patung yang melambangkan Bhuta Kala yang diharapkan dapat menetralisir roh-roh jahat yang menguasai alam manusia antara kebaikan dan keburukan.
Ogoh-ogoh diarak mengelilingi kota sebagai simbol siklus sakral perputaran waktu menuju ke pergantian tahun Saka yang baru. Setelah ritual dan prosesi Ngerupuk tersebut Ogoh-Ogoh Bhuta Kala itupun diprelina, mengembalikan ke asalnya dengan dibakar.
Dengan upacara tawur kesanga dan ritual ngerupuk tersebut, prosesi Ogoh-Ogoh mengandung dua makna yaitu mengekspresikan nilai-nilai religius dan ruang waktu sakral berdasarkan sastra-sastra agama serta merupakan karya kreatif yang disalurkan melalui ekspresi keindahan dan kebersamaan.
Pada puncak Hari Raya Nyepi umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Sementara itu ratusan warga terlihat begitu antusias menonton pawai ogoh-ogoh yang diselenggarakan umat Hindu yang berdomisil di Palangka Raya.
"Saya sangat senang melihat pawai ini, karena jarang sekali pawai dengan patung besar seperti ini diarak keliling kota," kata Putir salah seorang warga yang turut menyaksikan ogoh-ogoh.
Meskipun diakuinya, sosok ogoh-ogoh begitu sangat menakutkan, akan tetapi justru itulah yang bisa menarik perhatian masyarakat agar dapat melihat secara langsung.
Ia meskipun mengaku tidak mengetahui makna dari pawai ogoh-ogoh yang disajikan umat Hindu itu namun tetap bisa menikmati kemeriahan acara tersebut.
(T.KR-TVA/B/I014/I014)
"Kerukunan hidup masyarakat Bali dengan penduduk asli selama ini sudah terjalin sangat baik sekali dan hendaknya terus dipertahankan,"kata Ida di Palangka Raya, Senin.
Kendati pawai ogoh-ogoh sebenarnya di luar ritual agama, hanya merupakan tradisi budaya orang Bali dalam menyambut Hari Raya Nyepi, namun mempunyai makna dari patung yang melambangkan Bhuta Kala yang diharapkan dapat menetralisir roh-roh jahat yang menguasai alam manusia antara kebaikan dan keburukan.
Ogoh-ogoh diarak mengelilingi kota sebagai simbol siklus sakral perputaran waktu menuju ke pergantian tahun Saka yang baru. Setelah ritual dan prosesi Ngerupuk tersebut Ogoh-Ogoh Bhuta Kala itupun diprelina, mengembalikan ke asalnya dengan dibakar.
Dengan upacara tawur kesanga dan ritual ngerupuk tersebut, prosesi Ogoh-Ogoh mengandung dua makna yaitu mengekspresikan nilai-nilai religius dan ruang waktu sakral berdasarkan sastra-sastra agama serta merupakan karya kreatif yang disalurkan melalui ekspresi keindahan dan kebersamaan.
Pada puncak Hari Raya Nyepi umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Sementara itu ratusan warga terlihat begitu antusias menonton pawai ogoh-ogoh yang diselenggarakan umat Hindu yang berdomisil di Palangka Raya.
"Saya sangat senang melihat pawai ini, karena jarang sekali pawai dengan patung besar seperti ini diarak keliling kota," kata Putir salah seorang warga yang turut menyaksikan ogoh-ogoh.
Meskipun diakuinya, sosok ogoh-ogoh begitu sangat menakutkan, akan tetapi justru itulah yang bisa menarik perhatian masyarakat agar dapat melihat secara langsung.
Ia meskipun mengaku tidak mengetahui makna dari pawai ogoh-ogoh yang disajikan umat Hindu itu namun tetap bisa menikmati kemeriahan acara tersebut.
(T.KR-TVA/B/I014/I014)