Pekanbaru, Riau
(ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri Riau mendesak Kementerian
Riset dan Teknologi untuk melakukan penelitian asap di Riau yang terjadi
di delapan kabupaten/kota akibat kebakaran hutan dan lahan.
"Riau merupakan provinsi yang memiliki daratan bergambut. Dari karakteristik topografi, ketebalam gambut Riau hingga puluhan meter dan memungkinkan bara api bersembunyi," kata Direktur Eksekutif KADIN Riau, Muhammad Herwan, di Pekanbaru, Jumat.
Jadi, katanya, api dari kebakaran hutan dan lahan di Riau yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya tidak mungkin dipadamkan sampai ke bawah atau dasar lahan gambut.
Dengan kata lain, pemadaman yang dilakukan manusia atau dengan hujan buatan serta dibantu dengan turunnya hujan, hanya menghilangkan api dipermukaan lahan yang terbakar.
Sementara di dalam gambut yang memiliki kedalaman puluhan meter, masih ada sumber api. Ketika panas tiba, sumber api itu mudah merebak dan kembali membakar sampai ke permukaan gambut.
"Tidak ada yang menyulut api, terutama investor perkebunan kelapa sawit baik dalam maupun luar negeri. Karena api ada di bawah tanah, dibantu cuaca panas disertai angin kencang, maka sama dengan fenomena api membakar sekam," ucapnya.
Tapi ini, katanya, harus ada pembuktian secara ilmiah.
"Ketika itu benar, harus ada teknologi pencegahan atau cara mengatasinya. Sehingga bara api yang tinggal di dasar gambut betul-betul padam agar kebakaran hutan dan lahan di Riau tidak terjadi lagi. Apalagi ketika musim kemarau tiba," katanya.
Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Asap akan diterjunkan di delapan kabupaten-kota di Provinsi Riau yakni Dumai, Bengkalis, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Siak, dan Pekanbaru.
Wagub Riau HR Mambang Mit pekan lalu mengatakan, sekitar 3.700 hektare lebih lahan di Riau terbakar dan terparah di tiga kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia.
"Tercatat ada tiga daerah di Riau yang lahannya paling parah terbakar yakni Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis," ujarnya.
Ketiga daerah di Riau tersebut yang paling parah terjadi kebakaran hutan dan lahan dari delapan kabupaten/kota terbakar, sehingga Riau dikenal sebagai provinsi di Pulau Sumatera yang mengekspor asap ke negara tetangga.
"Riau merupakan provinsi yang memiliki daratan bergambut. Dari karakteristik topografi, ketebalam gambut Riau hingga puluhan meter dan memungkinkan bara api bersembunyi," kata Direktur Eksekutif KADIN Riau, Muhammad Herwan, di Pekanbaru, Jumat.
Jadi, katanya, api dari kebakaran hutan dan lahan di Riau yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya tidak mungkin dipadamkan sampai ke bawah atau dasar lahan gambut.
Dengan kata lain, pemadaman yang dilakukan manusia atau dengan hujan buatan serta dibantu dengan turunnya hujan, hanya menghilangkan api dipermukaan lahan yang terbakar.
Sementara di dalam gambut yang memiliki kedalaman puluhan meter, masih ada sumber api. Ketika panas tiba, sumber api itu mudah merebak dan kembali membakar sampai ke permukaan gambut.
"Tidak ada yang menyulut api, terutama investor perkebunan kelapa sawit baik dalam maupun luar negeri. Karena api ada di bawah tanah, dibantu cuaca panas disertai angin kencang, maka sama dengan fenomena api membakar sekam," ucapnya.
Tapi ini, katanya, harus ada pembuktian secara ilmiah.
"Ketika itu benar, harus ada teknologi pencegahan atau cara mengatasinya. Sehingga bara api yang tinggal di dasar gambut betul-betul padam agar kebakaran hutan dan lahan di Riau tidak terjadi lagi. Apalagi ketika musim kemarau tiba," katanya.
Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Asap akan diterjunkan di delapan kabupaten-kota di Provinsi Riau yakni Dumai, Bengkalis, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Siak, dan Pekanbaru.
Wagub Riau HR Mambang Mit pekan lalu mengatakan, sekitar 3.700 hektare lebih lahan di Riau terbakar dan terparah di tiga kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia.
"Tercatat ada tiga daerah di Riau yang lahannya paling parah terbakar yakni Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis," ujarnya.
Ketiga daerah di Riau tersebut yang paling parah terjadi kebakaran hutan dan lahan dari delapan kabupaten/kota terbakar, sehingga Riau dikenal sebagai provinsi di Pulau Sumatera yang mengekspor asap ke negara tetangga.