Depok, Jawa Barat (ANTARA News) - Hasil penelitian Prapancha Research tentang Idul Fitri melalui Twitter selama 12 Juli 2011-12 Juli 2013, menemukan dari 3,3 juta perbincangan 1,8 juta (56 persen) berasal dari Indonesia yang bisa menjadi kiblat baru muslim dunia.

"Fenomena Twitter yang menempatkan kicauan Indonesia tertinggi ini tak lepas dari jumlah penduduk muslim Indonesia yang sangat besar, serta pertumbuhan ekonomi tinggi, yang membuat akses masyarakatnya ke teknologi menjadi terbuka," kata Analis Prapancha Research, Muhammad R Nirasma, Sabtu.

Namun, selain menunjukkan posisi perekonomian Indonesia di antara negara-negara dengan jumlah penduduk muslim besar, kicauan tinggi tentang puasa dan Idul Fitri jugamenunjukkan betapa aktivitas sehari-hari masyarakatnya amat termotivasi oleh agama.

"Dalam berbagai hal, kita menjadi konsumen produk asing. Namun kali ini kita harus merebut momentum. Kita bisa memanfaatkan ini untuk bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi yang punya daya saing di tingkat global, dan menjadi kiblat baru muslim dunia," ujar Nirasma.

Ia mengatakan setiap bulan Ramadan harga-harga selalu naik. Ini menunjukkan aktivitas konsumsi di Indonesia meningkat signifikan mengikuti momen-momen keagamaan.

Oleh karena itu Indonesia sangat potensial untuk menjadi pasar produk-produk muslim. Industri buku muslim sangat bergairah di tanah air. Demikian juga dengan industri musik rohani, keuangan syariah, motivasi Islami, dan lain-lain.

Nirasma mengatakan jumlah kicauan Indonesia tentang Idul Fitri lebih besar bahkan dibanding seluruh negara di dunia digabungkan. Di urutan kedua adalah Arab Saudi dengan 923 ribu kicauan, dan urutan ketiga Uni Emirat Arab dengan 231.000 kicauan.

Menurut dia adapun perbandingan kicauan perihal puasa memperlihatkan hasil yang lebih fenomenal.Dari 74 juta kicauan puasa dalam berbagai bahasa di seluruh dunia, 42 juta berasal dari Indonesia. Di urutan kedua adalah Malaysia dengan 6,1 juta kicauan, dan urutan ketiga Arab Saudi dengan 3,97 juta kicauan, ungkap Nirasma.

Ia mengatakan Indonesia oleh berbagai pihak diproyeksikan akan menjadi pusat industri muslim dunia, khususnya busana muslim. Hal ini yang kemudian mendorong PR melakukan telaah singkat dengan membandingkan intensitas kicauan media sosial di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim terkait aktivitas bulan Ramadan.

"Jumlah kicauan diasumsikan merepresentasikan secara kasar keberadaan kelas menengah suatu negara, lapisan berdaya beli yang merupakan pasar potensial. Juga merepresentasikan antusiasme mereka terhadap aktivitas keagamaan," jelasnya.

Pewarta :
Editor : Ronny
Copyright © ANTARA 2024