Jakarta (Antara Kalteng) - Dua sahabat Aburizal Bakrie di Partai Golkar, Ahmad Zawawi dan Indra Utoyo, meminta Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar, Akbar Tandjung, segera turun tangan menyelamatkan Partai Golkar.
Keduanya memohon Tandjung untuk bisa membentuk presidium penyelamat partai beringin, demi melaksanakan musyawarah nasional.
"Kami minta senior turun tangan. Kami minta senior membentuk presidium penyelamatan Partai Golkar dengan tugas menyelenggarakan munas," ujar Zawawi saat bertemu Tandjung, di Kantor Akbar Tandjung Institute, Jakarta, Kamis petang.
Zawawi dan Utoyo merupakan sahabat dekat Aburizal di dalam Partai Golkar karena berasal dari almamater kampus yang sama di ITB dan sama-sama berpolitik di Golkar.
Keduanya memohon Tandjung untuk bisa membentuk presidium penyelamat partai beringin, demi melaksanakan musyawarah nasional.
"Kami minta senior turun tangan. Kami minta senior membentuk presidium penyelamatan Partai Golkar dengan tugas menyelenggarakan munas," ujar Zawawi saat bertemu Tandjung, di Kantor Akbar Tandjung Institute, Jakarta, Kamis petang.
Zawawi dan Utoyo merupakan sahabat dekat Aburizal di dalam Partai Golkar karena berasal dari almamater kampus yang sama di ITB dan sama-sama berpolitik di Golkar.
Mereka datang menemui Tandjung bersama-sama dengan dua kader muda Partai Golkar, Priyo Santoso dan Agun Gunandjar Sudarsa.
Seluruhnya menyepakati musyawarah adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik Golkar.
Menurut Zamawi, pembentukan presidium dapat segera dilakukan jika mendapatkan restu dari Mahkamah Partai Golkar, untuk selanjutnya menyelenggarakan munas.
Nantinya, kata dia, semua kader Golkar mesti terlibat dalam munas itu, tanpa disekat kepengurusan Bali atau Jakarta.
"Kita lihat secara formal, saat ini kepengurusan Riau sudah habis masanya, kepengurusan Ancol tidak diakui, sedangkan kepengurusan Bali tidak pernah disahkan sampai sekarang. Maka perlu dibentuk presidium untuk menyelenggarakan munas," jelas dia.
Sedangkan Utoyo akan mendukung jika memang Mahkamah Partai Golkar memutuskan agar diselenggarakan musyawarah nasional untuk menyelesaikan konflik beringin.
"Saya secara pribadi mengatakan penyelesaian masalah yang terbaik melalui musyawarah, apapun bentuknya terserah. Kalau memang Mahkamah Partai Golkar memutuskan harus ada munas saya mendukung," kata dia.
Seluruhnya menyepakati musyawarah adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik Golkar.
Menurut Zamawi, pembentukan presidium dapat segera dilakukan jika mendapatkan restu dari Mahkamah Partai Golkar, untuk selanjutnya menyelenggarakan munas.
Nantinya, kata dia, semua kader Golkar mesti terlibat dalam munas itu, tanpa disekat kepengurusan Bali atau Jakarta.
"Kita lihat secara formal, saat ini kepengurusan Riau sudah habis masanya, kepengurusan Ancol tidak diakui, sedangkan kepengurusan Bali tidak pernah disahkan sampai sekarang. Maka perlu dibentuk presidium untuk menyelenggarakan munas," jelas dia.
Sedangkan Utoyo akan mendukung jika memang Mahkamah Partai Golkar memutuskan agar diselenggarakan musyawarah nasional untuk menyelesaikan konflik beringin.
"Saya secara pribadi mengatakan penyelesaian masalah yang terbaik melalui musyawarah, apapun bentuknya terserah. Kalau memang Mahkamah Partai Golkar memutuskan harus ada munas saya mendukung," kata dia.
Sementara itu dua kader muda Golkar yakni Santoso dan Sudarsa membela Tandjung secara berapi-api. Mereka kecewa karena Aburizal melalui Rapat Konsultasi Nasional di Bali berencana mengeluarkan teguran bagi Akbar Tandjung karena kerap menyuarakan penyelenggaraan munas.
"Bang Akbar itu ibarat sedang mencoba menyatukan tulang-tulang berserakan dengan tetap berpedoman pada prinsip AD/ART tapi kok tiba-tiba jatuh teguran. Yang akan memberi teguran sepertinya menggunakan jurus mabuk," tegas Santoso.
"Bang Akbar itu ibarat sedang mencoba menyatukan tulang-tulang berserakan dengan tetap berpedoman pada prinsip AD/ART tapi kok tiba-tiba jatuh teguran. Yang akan memberi teguran sepertinya menggunakan jurus mabuk," tegas Santoso.