Sampit (Antara Kalteng) - Pelaksanaan gerakan "Stop Buang Air Besar Sembarangan" yang dicanangkan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, masih terkendala, khususnya pemahaman sebagian masyarakat tentang pola hidup sehat.
"Seperti di kecamatan kami, masih banyak warga yang buang air besar di jamban di sungai. Ini memang perlu pendekatan agar masyarakat mengubah paradigma dan pemahaman pola hidup sehat," kata Camat Teluk Sampit, Samsurijal di Sampit, Sabtu.
Beberapa hal yang memengaruhi sehingga masih banyak warga yang memilih buang air besar di jamban di sungai. Selain menjadi kebiasaan sebagian masyarakat sejak dulu, masalah ini juga berkaitan dengan tingkat ekonomi. Banyak warga beralasan belum mampu membuat toilet yang memenuhi standar kesehatan karena terbentur masalah biaya sehingga mereka masih tetap buang air besar di sungai.
Masalah ini perlu kerjasama lintas instansi agar membuahkan hasil maksimal. Perlu solusi agar warga tidak lagi buang air besar di sungai, misalnya dengan memperbanyak pembangunan toilet umum sehingga bisa digunakan bersama.
"Makanya kami sangat bersyukur ada bantuan pembangunan sembilan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) dari PT Pelindo III untuk sejumlah desa di kecamatan kami. Kami juga mendapat bantuan bedah rumah untuk tiga lokasi. Bantuan itu sangat bermanfaat bagi warga kami," kata Samsurijal kepada Antara.
Pemerintah kecamatan sangat mendukung program Stop Buang Air Besar Sembarangan, demi terciptanya lingkungan dan masyarakat yang sehat. Pemerintah kecamatan akan terus memberikan pemahaman dan mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan buruk itu agar derajat kesehatan lebih meningkat.
Kendala pelaksanaan program Stop Buang Air Besar Sembarangan tidak hanya terjadi di kecamatan yang jauh dari pusat kota. Hingga kini, masih banyak masyarakat di Sampit yang terbiasa buang air besar di sungai.
Disepanjang bantaran Sungai Mentaya, khususnya di Jalan Baamang I, Usman Harun, Iskandar dan kawasan Mentaya Seberang, masih terlihat deretan jamban terapung yang sering digunakan warga untuk buang air besar.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mendeklarasikan gerakan "Stop Buang Air Besar Sembarangan" pada 1 Desember 2014 lalu dengan tujuan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Saat itu, ada tujuh desa yang menerima penghargaan desa bebas BABS adalah Desa Eka Bahurui Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, empat desa di Kecamatan Parenggean yakni Mekar Jaya, Karang Tunggal, Karang Sari dan Sumber Makmur, Desa Cempaka Putih di Kecamatan Tualan Hulu serta Desa Agung Mulya di Kecamatan Telaga Antang.
Berdasarkan survei Dinkes Kotim, pada tahun 2014 diperkirakan masih ada sekitar 43 persen penduduk Kotawaringin Timur yang dikategorikan buang air besar sembarangan, yakni buang air besar di sungai, kebun atau tempat lainnya. Sementara itu 57 persen lainnya sudah menggunakan jamban sehat.
Masih banyaknya warga yang buang air besar sembarangan, dipicu oleh banyak faktor, seperti kurangnya pemahaman tentang kesehatan, kebiasaan dan lainnya. Secara perlahan ini diharapkan bisa diatasi sehingga target 80 persen penduduk Kotawaringin Timur menggunakan jamban sehat, bisa tercapai.
Penggunaan jamban sehat bisa mencegah munculnya berbagai penyakit akibat pencemaran air. Banyak penyakit akibat water desease, seperti kolera, disentri, tifus dan lainnya.
"Seperti di kecamatan kami, masih banyak warga yang buang air besar di jamban di sungai. Ini memang perlu pendekatan agar masyarakat mengubah paradigma dan pemahaman pola hidup sehat," kata Camat Teluk Sampit, Samsurijal di Sampit, Sabtu.
Beberapa hal yang memengaruhi sehingga masih banyak warga yang memilih buang air besar di jamban di sungai. Selain menjadi kebiasaan sebagian masyarakat sejak dulu, masalah ini juga berkaitan dengan tingkat ekonomi. Banyak warga beralasan belum mampu membuat toilet yang memenuhi standar kesehatan karena terbentur masalah biaya sehingga mereka masih tetap buang air besar di sungai.
Masalah ini perlu kerjasama lintas instansi agar membuahkan hasil maksimal. Perlu solusi agar warga tidak lagi buang air besar di sungai, misalnya dengan memperbanyak pembangunan toilet umum sehingga bisa digunakan bersama.
"Makanya kami sangat bersyukur ada bantuan pembangunan sembilan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) dari PT Pelindo III untuk sejumlah desa di kecamatan kami. Kami juga mendapat bantuan bedah rumah untuk tiga lokasi. Bantuan itu sangat bermanfaat bagi warga kami," kata Samsurijal kepada Antara.
Pemerintah kecamatan sangat mendukung program Stop Buang Air Besar Sembarangan, demi terciptanya lingkungan dan masyarakat yang sehat. Pemerintah kecamatan akan terus memberikan pemahaman dan mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan buruk itu agar derajat kesehatan lebih meningkat.
Kendala pelaksanaan program Stop Buang Air Besar Sembarangan tidak hanya terjadi di kecamatan yang jauh dari pusat kota. Hingga kini, masih banyak masyarakat di Sampit yang terbiasa buang air besar di sungai.
Disepanjang bantaran Sungai Mentaya, khususnya di Jalan Baamang I, Usman Harun, Iskandar dan kawasan Mentaya Seberang, masih terlihat deretan jamban terapung yang sering digunakan warga untuk buang air besar.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mendeklarasikan gerakan "Stop Buang Air Besar Sembarangan" pada 1 Desember 2014 lalu dengan tujuan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Saat itu, ada tujuh desa yang menerima penghargaan desa bebas BABS adalah Desa Eka Bahurui Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, empat desa di Kecamatan Parenggean yakni Mekar Jaya, Karang Tunggal, Karang Sari dan Sumber Makmur, Desa Cempaka Putih di Kecamatan Tualan Hulu serta Desa Agung Mulya di Kecamatan Telaga Antang.
Berdasarkan survei Dinkes Kotim, pada tahun 2014 diperkirakan masih ada sekitar 43 persen penduduk Kotawaringin Timur yang dikategorikan buang air besar sembarangan, yakni buang air besar di sungai, kebun atau tempat lainnya. Sementara itu 57 persen lainnya sudah menggunakan jamban sehat.
Masih banyaknya warga yang buang air besar sembarangan, dipicu oleh banyak faktor, seperti kurangnya pemahaman tentang kesehatan, kebiasaan dan lainnya. Secara perlahan ini diharapkan bisa diatasi sehingga target 80 persen penduduk Kotawaringin Timur menggunakan jamban sehat, bisa tercapai.
Penggunaan jamban sehat bisa mencegah munculnya berbagai penyakit akibat pencemaran air. Banyak penyakit akibat water desease, seperti kolera, disentri, tifus dan lainnya.