Palangka Raya (Antara Kalteng) - PT SKS Listrik Kalimantan selaku pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Uap berkapasitas 2x100 megawatt yang sedang dibangun di Desa Tumbang Kajuei Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan berkomitmen menggunakan 100 persen tenaga lokal.
Mengenai banyaknya tenaga kerja asing di lokasi pembangunan PLTU tersebut karena sekarang ini momen sangat penting yakni memasang boiler yang berat per buahnya mencapai 7.000 ton, kata Presdir PT SLK, Lokita Prasetya di Palangka Raya, Selasa.
"Kalau terjadi kesalahan sedikit saja dalam hal pemasangan boiler, maka dampaknya akan sangat fatal. Kita tidak mau itu terjadi. Kita mau semua proses kontruksi dan desain berjalan dengan baik, sehingga dihasilkan produk listrik yang benar-benar handal. Itu tujuan TKA itu," katanya.
PLTU-1 Kalteng yang dibangun oleh PT Dian Swastika Sentosa Tbk dibawah naungan grup Sinarmas tersebut menunjuk kontraktor EPC yakni Dongfang Electrik Corporation Ltd dan Hubei Second Electrik Power Contruction Enggineering Compani.
Lokita mengatakan keberadaan TKA asal Negara Tiongkok tersebut juga sebagai bentuk proses alih teknologi. Sebab, sekarang ini Bangsa Indonesia harus memajukan kemampuannya agar mampu mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.
"Ini kan juga masalah jadwal serta kemampuan Kontraktor lokal tetap perlu dipahami sampai ke sana. Sejak sekarang ini kita terus fokus pada memanfaatkan masyarakat sekitar sebagai pekerja di PLTU-1 Kalteng itu. Tapi kan perlu waktu untuk sampai ke sana," ucapnya.
PLTU yang dikembangkan PT SLK ini dibangun di lahan seluas 20 hektare dan diperkirakan rampung pada awal tahun 2019. Bahan baku utama pembangkit listrik ini adalah batubara yang disediakan dan diambil dari PT Surya Kalimantan Sejahtera (PT SKS) dengan jarak sekitar 6km dari lokasi PLTU Kalteng-1 ini.
Presiden Direktur PT SLK ini mengatakan PLTU Kalteng-1 merupakan satu dari tiga proyek milik dari PT DSSA. Di mana perusahaan tersebut sebelumnya telah memiliki IPP PLTU Sumsel-2 berkapasitas 2x150 MW yang beroperasi secara komersial sejak Desember 2016, dan di Kendari-3 berkapasitas 2x50 MW yang saat ini masih dalam tahap pembangunan.
"Pembangunan proyek IPP PLTU ini merupakan bagian dari mega proyek 35.000 MW yang dicanangkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo dalam rangka meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia," demikian Lokita.
Mengenai banyaknya tenaga kerja asing di lokasi pembangunan PLTU tersebut karena sekarang ini momen sangat penting yakni memasang boiler yang berat per buahnya mencapai 7.000 ton, kata Presdir PT SLK, Lokita Prasetya di Palangka Raya, Selasa.
"Kalau terjadi kesalahan sedikit saja dalam hal pemasangan boiler, maka dampaknya akan sangat fatal. Kita tidak mau itu terjadi. Kita mau semua proses kontruksi dan desain berjalan dengan baik, sehingga dihasilkan produk listrik yang benar-benar handal. Itu tujuan TKA itu," katanya.
PLTU-1 Kalteng yang dibangun oleh PT Dian Swastika Sentosa Tbk dibawah naungan grup Sinarmas tersebut menunjuk kontraktor EPC yakni Dongfang Electrik Corporation Ltd dan Hubei Second Electrik Power Contruction Enggineering Compani.
Lokita mengatakan keberadaan TKA asal Negara Tiongkok tersebut juga sebagai bentuk proses alih teknologi. Sebab, sekarang ini Bangsa Indonesia harus memajukan kemampuannya agar mampu mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.
"Ini kan juga masalah jadwal serta kemampuan Kontraktor lokal tetap perlu dipahami sampai ke sana. Sejak sekarang ini kita terus fokus pada memanfaatkan masyarakat sekitar sebagai pekerja di PLTU-1 Kalteng itu. Tapi kan perlu waktu untuk sampai ke sana," ucapnya.
PLTU yang dikembangkan PT SLK ini dibangun di lahan seluas 20 hektare dan diperkirakan rampung pada awal tahun 2019. Bahan baku utama pembangkit listrik ini adalah batubara yang disediakan dan diambil dari PT Surya Kalimantan Sejahtera (PT SKS) dengan jarak sekitar 6km dari lokasi PLTU Kalteng-1 ini.
Presiden Direktur PT SLK ini mengatakan PLTU Kalteng-1 merupakan satu dari tiga proyek milik dari PT DSSA. Di mana perusahaan tersebut sebelumnya telah memiliki IPP PLTU Sumsel-2 berkapasitas 2x150 MW yang beroperasi secara komersial sejak Desember 2016, dan di Kendari-3 berkapasitas 2x50 MW yang saat ini masih dalam tahap pembangunan.
"Pembangunan proyek IPP PLTU ini merupakan bagian dari mega proyek 35.000 MW yang dicanangkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo dalam rangka meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia," demikian Lokita.