Bangkal (Antaranews Kalteng) - Penduduk yang bermukim di kawasan Danau Sembuluh wilayah Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah mengaku sangat cemas perkembangan "ilung" yaitu jenis tumbuhan air mengapung, dalam setahun belakangan terus subur mulai mengepung dan sebagian menutup perairan danau yang menjadi sumber penghidupan warga.
"Warga terus mengkhawatirkan dan cemas perkembangn cepat ilung itu. Mereka bertanya-tanya bagaimana keadaan kita nantinya kalua Danau Sembuluh menjadi mati tertutup ilung," ucap Kepala Desa Bangkal Kecamatan Seruyan Raya, Markuni saat berdiskusi dengan Tim Penelitian Kolaboratif Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Kalimantan Tengah.
Wartawan Antara yang mengikuti kunjungan Tim Peneliti ADI ke kawasan Danau Sembuluh, Senin melaporkan kondisi Danau Sembuluh telah berubah drastis, tumbuhan ilung (Eichhornia crassipes) tampak di berbagai sisi danau dan beberapa pinggiran danau telah membentuk pulau dan selain terjadi pendangkalan.
Hamparan tanaman kelapa sawit menghijau hingga di tepian bibir danau yang selama ini merupakan penghasil ikan suplai untuk beberapa kota di Kalteng itu seperti Sampit, Kuala Pembuang, dan Palangka Raya Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.
Aktivitas perusahaan perkebunan besar swasta kelapa sawit yang beroperasi di wilayah tersebut diduga sebagai penyebab terganggunya ekosistem Danau Sembuluh, kegiatan pemupukan pohon kelapa sawit yang limbahnya jatuh ke sungai hingga merangsang pertumbuhn ilung di luar kendali.
Anggota Tim Peneliti Prof.Dr.Sulmin Gumiri,M.Sc memperkirakan pertumbuhan ilung yang begitu cepat itu bisa jadi efek dari aktivitas perkebunan kelapa sawit terutama sisa pupuk tanaman sawit yang kemudian mengalir ke danau.
Pakar perikanan dan perairan itu menyebutkan keberadaan ilung secara secara terukur memberikan manfaat bagi keseimbangan ekosistem perairan danau, karena ikan bisa menjadikan bagian bawah ilung sebagai tempat berkembang biak.
Prof Sulmin menyarankan, agar aparatur desa bisa memberikan pengertian kepada warga untuk tidak terlalu mengkhawatirkan pertumbuhan cepat ilung di Danau Sembuluh, terutama di wilayah Desa Bangkal, karena masih bisa memanfatkan keadaan itu untuk budidaya perikanan apung.
Ketua Tim Penelitian Kolaboratif ADI Kalteng Dr.Sabian Utsman dan sejumlah pakar perikanan perairan yang turut dalam tim berupaya mencarikan jalan keluar atas kecemasan warga Desa Bangkal terhadap kepungan tumbuhan ilung yang bisa mengancam Danau Sembuluh.
"Program budidaya perikanan apung sekiranya yang cocok dilakukan di Desa Bangkal Kawasan Danau Sembuluh," ucapnya didampingi pakar perikanan perairan Dr.Ardinaur dan Dr.Noor Syarifuddin.
Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Dr.H.Bulkani,M.Pd yang turut dalam kunjungan ke Danau Sembuluh berjanji untuk mengkomunikasikan kepada para pihak dalam upaya menjaga ekosistem danau dan memanfatkan kondisi danau saat ini seperti perlunya program budidaya perikanan apung.
"Saya segera bicarakan masalah ini dengan Gubernur Kalteng, Bupati Seruyan dan pihak PBS kelapa sawit agar terjadi harmonisasi, yaitu pembanguan yang mendatangkan manfaat bagi semua," ucapnya.
Tim Peneliti Kolaboratif bentukan Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Kalteng terdiri dari 11 orang peneliti gabungan dosen dari beberapa perguruan di Palangka Raya itu sedang menyiapkan konsep besar mempertahankan "Palangka Raya Sebagai Kota Masa Depan".
Konsep dimaksud yaitu bagimana setiap kebijakan dan program pembangunan saat ini dan selanjutnya tidak merubah perencanaan awal agar Palangka Raya sampai kapanpun layak sebagai Ibukota Negara RI.
Tim peneliti menyebut desain riset mereka sebagai "Dari Pukung Pahewan terjaganya ekosistem dan harmonisasi kehidupan di Palangka Raya Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah".
"Pukung Pawehan" adalah kearifan lokal masyarakat Dayak Kalteng dalam memanfaatkan danau dan lingkungan yang terbukti bisa memberikan manfaat bagi kehidupan semua makhluk hidup tanpa batas akhir," ucap Dr.Bulkani yang juga unsur Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalimantan Tengah.
Ke-11 anggota tim peneliti kolaboratif Pukung Pahewan yaitu Dr.Abubakar HM, Prof.Sulmin Gumiri, Dr.Bulkani, Dr.HM.Riban Satia, Dr.Ninuk, Dr.Ardianur, Dr.Noor Syarifudin, Dr.Yunita Asmawati, Dr.HM.Yusuf, M.Nasir, dan Jelita.
"Warga terus mengkhawatirkan dan cemas perkembangn cepat ilung itu. Mereka bertanya-tanya bagaimana keadaan kita nantinya kalua Danau Sembuluh menjadi mati tertutup ilung," ucap Kepala Desa Bangkal Kecamatan Seruyan Raya, Markuni saat berdiskusi dengan Tim Penelitian Kolaboratif Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Kalimantan Tengah.
Wartawan Antara yang mengikuti kunjungan Tim Peneliti ADI ke kawasan Danau Sembuluh, Senin melaporkan kondisi Danau Sembuluh telah berubah drastis, tumbuhan ilung (Eichhornia crassipes) tampak di berbagai sisi danau dan beberapa pinggiran danau telah membentuk pulau dan selain terjadi pendangkalan.
Hamparan tanaman kelapa sawit menghijau hingga di tepian bibir danau yang selama ini merupakan penghasil ikan suplai untuk beberapa kota di Kalteng itu seperti Sampit, Kuala Pembuang, dan Palangka Raya Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.
Aktivitas perusahaan perkebunan besar swasta kelapa sawit yang beroperasi di wilayah tersebut diduga sebagai penyebab terganggunya ekosistem Danau Sembuluh, kegiatan pemupukan pohon kelapa sawit yang limbahnya jatuh ke sungai hingga merangsang pertumbuhn ilung di luar kendali.
Anggota Tim Peneliti Prof.Dr.Sulmin Gumiri,M.Sc memperkirakan pertumbuhan ilung yang begitu cepat itu bisa jadi efek dari aktivitas perkebunan kelapa sawit terutama sisa pupuk tanaman sawit yang kemudian mengalir ke danau.
Pakar perikanan dan perairan itu menyebutkan keberadaan ilung secara secara terukur memberikan manfaat bagi keseimbangan ekosistem perairan danau, karena ikan bisa menjadikan bagian bawah ilung sebagai tempat berkembang biak.
Prof Sulmin menyarankan, agar aparatur desa bisa memberikan pengertian kepada warga untuk tidak terlalu mengkhawatirkan pertumbuhan cepat ilung di Danau Sembuluh, terutama di wilayah Desa Bangkal, karena masih bisa memanfatkan keadaan itu untuk budidaya perikanan apung.
Ketua Tim Penelitian Kolaboratif ADI Kalteng Dr.Sabian Utsman dan sejumlah pakar perikanan perairan yang turut dalam tim berupaya mencarikan jalan keluar atas kecemasan warga Desa Bangkal terhadap kepungan tumbuhan ilung yang bisa mengancam Danau Sembuluh.
"Program budidaya perikanan apung sekiranya yang cocok dilakukan di Desa Bangkal Kawasan Danau Sembuluh," ucapnya didampingi pakar perikanan perairan Dr.Ardinaur dan Dr.Noor Syarifuddin.
Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Dr.H.Bulkani,M.Pd yang turut dalam kunjungan ke Danau Sembuluh berjanji untuk mengkomunikasikan kepada para pihak dalam upaya menjaga ekosistem danau dan memanfatkan kondisi danau saat ini seperti perlunya program budidaya perikanan apung.
"Saya segera bicarakan masalah ini dengan Gubernur Kalteng, Bupati Seruyan dan pihak PBS kelapa sawit agar terjadi harmonisasi, yaitu pembanguan yang mendatangkan manfaat bagi semua," ucapnya.
Tim Peneliti Kolaboratif bentukan Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Kalteng terdiri dari 11 orang peneliti gabungan dosen dari beberapa perguruan di Palangka Raya itu sedang menyiapkan konsep besar mempertahankan "Palangka Raya Sebagai Kota Masa Depan".
Konsep dimaksud yaitu bagimana setiap kebijakan dan program pembangunan saat ini dan selanjutnya tidak merubah perencanaan awal agar Palangka Raya sampai kapanpun layak sebagai Ibukota Negara RI.
Tim peneliti menyebut desain riset mereka sebagai "Dari Pukung Pahewan terjaganya ekosistem dan harmonisasi kehidupan di Palangka Raya Ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah".
"Pukung Pawehan" adalah kearifan lokal masyarakat Dayak Kalteng dalam memanfaatkan danau dan lingkungan yang terbukti bisa memberikan manfaat bagi kehidupan semua makhluk hidup tanpa batas akhir," ucap Dr.Bulkani yang juga unsur Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalimantan Tengah.
Ke-11 anggota tim peneliti kolaboratif Pukung Pahewan yaitu Dr.Abubakar HM, Prof.Sulmin Gumiri, Dr.Bulkani, Dr.HM.Riban Satia, Dr.Ninuk, Dr.Ardianur, Dr.Noor Syarifudin, Dr.Yunita Asmawati, Dr.HM.Yusuf, M.Nasir, dan Jelita.