Jakarta (Antaranews Kalteng) - Prancis akan melawan Belgia pada pertandingan semifinal Piala Dunia 2018 di Saint Petersburg pada Rabu dini hari pukul 01.00 WIB.

Prancis dan Belgia menembus babak empat besar dengan mengandalkan pemain-pemain muda yang rata-rata berusia 26 tahun. Banyak kalangan yang menyebut kedua negara ini sedang memiliki generasi emas di dalam tim sepak bola mereka.

Negara bertabur bintang-bintang muda itu pun berhasil "mengusir" dua raksasa Amerika Latin, saat Prancis mengalahkan Argentina 4-3 di babak 16 besar kemudian Belgia menekuk Brasil 2-1 di perempat final.

Pada pertandingan ke-61 di Piala Dunia 2018 nanti malam, pelatih Prancis Didier Deschamps dan Roberto Martinez dari Belgia, dipaksa memutar otak untuk mengoptimalkan skuatnya demi mencetak sejarah menembus babak final Piala Dunia.

Belgia patut berbangga karena menjadi tim tersubur dengan torehan 14 gol sepanjang turnamen. Romelu Lukaku merupakan pencetak terbanyak dengan 4 gol, namun kekuatan Belgia cukup merata karena gelandang dan pemain bertahan juga tajam saat berada di mulut gawang lawan.

Daya gedor Prancis juga tidak kalah hebat. Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann sudah mencetak enam dari sembilan gol Les Blues selama turnamen.

Lantas, siapakah yang terkuat di antara Prancis melawan Belgia? Berikut ulasannya:

Penjaga gawang:

Hugo Lloris merupakan penjaga gawang sekaligus kapten kharismatik yang menjadi tangan kanan Deschamps selama Prancis berlaga di lapangan.

Sayangnya, penjaga gawang Tottenham Hotspur itu belum memperlihatkan permainan terbaiknya selama turnamen ini. Ia memang tidak kebobolan pada tiga laga melawan Peru, Denmark dan Uruguay, kendati kemasukan tiga gol oleh Argentina.

Sedangkan kiper Belgia, Thibaut Cuortois, tampil heroik saat membawa Belgia menang 2-1 atas Brasil. Ia menghentikan serangkaian peluang striker Tim Samba, termasuk mematahkan sepakan Neymar. Pemain depan Brasil Gabriel Jesus (kiri) berebut bola dengan bek Belgia Vincent Kompany (tengah) dihadapan penjaga gawang Thibaut Courtois di Kazan (6 Juli 2018). (SAEED KHAN / AFP)

Pemain bertahan

Pelatih Belgia, Roberto Martinez, membuat terobosan dengan memainkan formasi tiga bek kendati ia juga tidak konsisten dengan merombaknya kembali menjadi empat bek.

Dapat dipahami jika Martinez menurunkan empat bek saat melawan Brasil guna meredam intensitas serangan Neymar dan Coutinho. Namun, untuk melawan Prancis yang mengandalkan tiga striker sekaligus -- Mbappe, Griezmann dan Giroud -- Belgia harus menentukan secara tepat: Apakah kembali memainkan tiga pemain bertahan?

Prancis memiliki duet bek terkuat, Raphael Varane dan Samuel Umtiti, yang terasah berkat ketatnya kompetisi Liga Spanyol. Varane yang memperkuat Real Madrid unggul pada bola udara sedangkan pemain Barcelona, Umtiti, memiliki kecepatan.

  Bek Prancis Raphael Varane (kanan) merayakan golnya dengan Antoine Griezmann saat melawan Uruguay di Nizhny Novgorod (6 Juli 2018). (Mladen ANTONOV /AFP)
Gelandang

N'Golo Kante, Paul Pogba dan Blaise Matuidi dari Prancis memang tidak setajam Kevin de Bruyne, Marouane Fellaini dan Nacer Chadli yang masing-masing sudah mencetak gol di Piala Dunia 2018.

Lini tengah Prancis yang disiplin lebih menawarkan keseimbangan dan kekuatan suplai bola kepada Mbappe dan Griezmann, sekaligus meredam serangan lawan sebelum menembus kotak penalti, ketimbang ikut-ikutan merangsek ke daerah pertahanan lawan.

Di sisi lain, lini tengah Belgia patut diwaspadai karena memiliki kecepatan saat serangan balik, kuat pada servis bola mati dan umpan-umpan panjang yang tertuju pada Lukaku.

  Trio gelandang Belgia Marouane Fellaini (tengah) Axel Witsel (kiri) dan Kevin De Bruyne (kanan) di Rostov Arena (2 Juli 2018). (Permata SAMAD / AFP)
Penyerang

Belgia harus mewaspadai kombinasi kecepatan dan kekuatan teknis Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe yang menorehkan enam gol sepanjang turnamen ini.

Sayangnya, dominasi keduanya membuat striker ketiga Prancis, Olivier Giroud, terpaksa "mengalah" untuk memberikan ruang yang lebih besar kepada Mbappe dan Griezmann.

Belgia memiliki Eden Hazard dan Romelu Lukaku sebagai mesin gol yang membuat pemain bertahan Prancis akan berpikir dua kali jika ingin meninggalkan posisinya. Pemain depan Prancis Kylian Mbappe (kanan dalam) merayakan golonya dengan rekan setimnya di Kazan Arena (30 Juni 2018). (SAEED KHAN / AFP)

Pelatih

Deschamps berhasil menyatukan skuat Prancis dan berani memberikan kepercayaan penuh kepada pemain-pemain muda. Ia mampu meredam ego pemain-pemain bintang agar lebih mengedepankan performa ketimbang emosi di lapangan, misalnya Paul Pogba.

Adapun Roberto Martinez dinilai berani menerapkan taktik-taktik baru dan bisa menggali potensi pemain. Ia berani memindahkan pemain dari satu posisi ke posisi lainnya dalam satu pertandingan, tanpa harus melakukan pergantian pemain yang akan berimbas pada tempo pertandingan.

Sumber: Skysports, ESPN, FIFA

Pewarta : Alviansyah Pasaribu
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024