Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Studi telah menemukan bahwa perubahan hormon merupakan penyebab wanita rentan mengalami depresi. Sebagai perbandingan, kasus depresi pada pria umumnya lebih sering dipengaruhi oleh penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan wanita rentan mengalami depresi dibandingkan pria:
1. Faktor genetik
Riwayat depresi keluarga meningkatkan peluang terjadinya depresi, baik pada pria dan wanita. Namun, studi menunjukkan bahwa tekanan hidup yang dialami cenderung membuat wanita lebih rentan untuk mengalami stres yang berujung depresi dibandingkan pria. Mutasi genetik tertentu yang terkait dengan perkembangan depresi berat juga hanya terjadi pada wanita.
2. Masa puber
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan, baik secara fisik dan psikis. Berkaitan dengan depresi, studi menemukan bahwa sebelum masa puber, anak laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung mengalami depresi. Namun, setelah usia 14 tahun, wanita cenderung dua kali lebih rentan mengalami depresi.
3. Menstruasi
Perubahan hormon menjelang menstruasi dapat menyebabkan perubahan mood drastis (mood swing) yang seringkali menyertai nyeri PMS. Hal ini terhitung wajar.
Namun ada bentuk mood swing PMS yang lebih parah, disebut dengan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Wanita yang dilanda PMDD bahkan punya kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi hingga mencoba bunuh diri, meski menstruasinya sudah tuntas.
Dilansir dari WebMD, wanita yang punya gangguan ini umumnya memiliki kadar hormon serotonin sangat rendah. Dalam tubuh, hormon serotonin mengendalikan mood, emosi, pola tidur, dan rasa sakit. Kadar hormon memang bisa menjadi tidak seimbang menjelang atau selama menstruasi. Akan tetapi, belum jelas penyebabnya kenapa hormon serotonin pada wanita tertentu bisa menurun drastis saat menstruasi.
4. Masa kehamilan
Masa kehamilan tidaklah mudah, karena selama proses tersebut akan terjadi perubahan hormon yang dapat memicu terjadinya perubahan mood atau depresi pada wanita.
Perubahan hormon dan genetik semasa ini juga membuat wanita lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi. Bahkan setelah melahirkan, wanita juga rentan mengalami baby blues dan depresi postpartum yang dapat menyulitkan wanita untuk menjalani peran barunya sebagai ibu, termasuk dalam merawat bayinya.
5. Masa perimenopause (menjelang menopause)
Beberapa wanita rentan mengalami depresi setelah proses melahirkan atau selama masa transisi menuju masa menopause. Naik-turunnya kadar hormon reproduksi pada tahun-tahun menjelang atau selama menopause dapat memicu gejala depresi pada wanita usia lanjut.
6. Pengaruh lingkungan
Faktor lain yang juga dapat membuat wanita rentan depresi adalah faktor lingkungan, terutama terkait peran wanita sebagai ibu, istri, dan anak bagi orangtuanya. Upaya tidak main-main untuk menyeimbangkan ketiga peran tersebut tidak jarang membuat wanita rentan mengalami stres kronis yang dapat memicu terjadinya depresi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa wanita mungkin lebih cenderung merenungkan masa lalu, yang baik maupun yang buruk, dibandingkan pria. Ini membuat wanita rentan mengalami gangguan kecemasan.
sumber: hellosehat.com
Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan wanita rentan mengalami depresi dibandingkan pria:
1. Faktor genetik
Riwayat depresi keluarga meningkatkan peluang terjadinya depresi, baik pada pria dan wanita. Namun, studi menunjukkan bahwa tekanan hidup yang dialami cenderung membuat wanita lebih rentan untuk mengalami stres yang berujung depresi dibandingkan pria. Mutasi genetik tertentu yang terkait dengan perkembangan depresi berat juga hanya terjadi pada wanita.
2. Masa puber
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan, baik secara fisik dan psikis. Berkaitan dengan depresi, studi menemukan bahwa sebelum masa puber, anak laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung mengalami depresi. Namun, setelah usia 14 tahun, wanita cenderung dua kali lebih rentan mengalami depresi.
3. Menstruasi
Perubahan hormon menjelang menstruasi dapat menyebabkan perubahan mood drastis (mood swing) yang seringkali menyertai nyeri PMS. Hal ini terhitung wajar.
Namun ada bentuk mood swing PMS yang lebih parah, disebut dengan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Wanita yang dilanda PMDD bahkan punya kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi hingga mencoba bunuh diri, meski menstruasinya sudah tuntas.
Dilansir dari WebMD, wanita yang punya gangguan ini umumnya memiliki kadar hormon serotonin sangat rendah. Dalam tubuh, hormon serotonin mengendalikan mood, emosi, pola tidur, dan rasa sakit. Kadar hormon memang bisa menjadi tidak seimbang menjelang atau selama menstruasi. Akan tetapi, belum jelas penyebabnya kenapa hormon serotonin pada wanita tertentu bisa menurun drastis saat menstruasi.
4. Masa kehamilan
Masa kehamilan tidaklah mudah, karena selama proses tersebut akan terjadi perubahan hormon yang dapat memicu terjadinya perubahan mood atau depresi pada wanita.
Perubahan hormon dan genetik semasa ini juga membuat wanita lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi. Bahkan setelah melahirkan, wanita juga rentan mengalami baby blues dan depresi postpartum yang dapat menyulitkan wanita untuk menjalani peran barunya sebagai ibu, termasuk dalam merawat bayinya.
5. Masa perimenopause (menjelang menopause)
Beberapa wanita rentan mengalami depresi setelah proses melahirkan atau selama masa transisi menuju masa menopause. Naik-turunnya kadar hormon reproduksi pada tahun-tahun menjelang atau selama menopause dapat memicu gejala depresi pada wanita usia lanjut.
6. Pengaruh lingkungan
Faktor lain yang juga dapat membuat wanita rentan depresi adalah faktor lingkungan, terutama terkait peran wanita sebagai ibu, istri, dan anak bagi orangtuanya. Upaya tidak main-main untuk menyeimbangkan ketiga peran tersebut tidak jarang membuat wanita rentan mengalami stres kronis yang dapat memicu terjadinya depresi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa wanita mungkin lebih cenderung merenungkan masa lalu, yang baik maupun yang buruk, dibandingkan pria. Ini membuat wanita rentan mengalami gangguan kecemasan.
sumber: hellosehat.com