Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Tengah menyosialisasikan program integrasi pengendalian penduduk terhadap 250 kader dan anggota Posyandu serta penyuluh KB.
"Sosialisasi ini salah satunya bertujuan untuk mengoptimalkan bonus demografi yang saat ini dimiliki Indonesia," kata Plt Kepala BKKBN Kalteng, Satyawati Kusumadewi di Palangka Raya, Senin
Menurut Satyawati karena dampak jumlah usia produktif yang lebih besar, akan mengakibatkan beban hidup menjadi lebih ringan, karena hidup penduduk usia non produktif akan ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Pada 2030, kata dia, Indonesia diperkirakan akan memasuki puncak bonus demografi. Yakni peningkatan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) secara signifikan yang diprediksi bisa mencapai angka 70 persen dari total penduduk.
"Bonus demografi ini terjadi karena keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) selama beberapa puluh tahun," katanya.
Ia mengatakan melalui keberhasilan program KB, struktur umur penduduk telah berubah yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja (0-14 tahun dan di atas 65 tahun) terhadap penduduk usia kerja (15-64 tahun).
"Untuk itu, peningkatan jumlah penduduk usia produktif ini harus dipastikan memberikan dampak besar bagi bangsa Indonesia. Salah satu dengan peningkatan sumber daya ekonomi masyarakat," kata dia.
Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI asal Kalteng, Hang Ali Saputra Syah Pahan yang menjadi salah satu pemateri juga menyampaikan hal serupa.
"Saya mengingatkan, dibalik berbagai keuntungan yang akan didapat dari bonus demografi, kita juga perlu mewaspadai dampak negatif yang sangat mungkin terjadi," katanya lagi.
Politisi PAN ini mengatakan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif itu salah satunya akan berdampak pada sektor ketenagakerjaan.
"Bisa dibayangkan jika banyak penduduk dengan usia produktif, atau bisa dikatakan masih muda-muda itu tidak terserap di dunia kerja. Pengangguran pasti akan meningkat. Maka alih-alih akan dapat keuntungan ekonomis, salah-salah bisa sebaliknya," ucapnya.
Karena itu pemerintah , lanjut dia, salah satunya melalui BKKBN selalu mengingatkan agar masyarakat dapat mengambil peran sejak dini guna menghadapi bonus demografi ini. Di antaranya melalui peningkatan kualitas penduduk melalui pembangunan keluarga.
"Kami mendorong agar setiap anak yang dilahirkan berkualitas, dengan memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak, dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif,? diharapkan orangtua cerdas dalam mengurus buah hati mulai dari kebutuhan gizi hingga stimulus perkembangannya," ujarnya.
"Sosialisasi ini salah satunya bertujuan untuk mengoptimalkan bonus demografi yang saat ini dimiliki Indonesia," kata Plt Kepala BKKBN Kalteng, Satyawati Kusumadewi di Palangka Raya, Senin
Menurut Satyawati karena dampak jumlah usia produktif yang lebih besar, akan mengakibatkan beban hidup menjadi lebih ringan, karena hidup penduduk usia non produktif akan ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Pada 2030, kata dia, Indonesia diperkirakan akan memasuki puncak bonus demografi. Yakni peningkatan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) secara signifikan yang diprediksi bisa mencapai angka 70 persen dari total penduduk.
"Bonus demografi ini terjadi karena keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) selama beberapa puluh tahun," katanya.
Ia mengatakan melalui keberhasilan program KB, struktur umur penduduk telah berubah yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja (0-14 tahun dan di atas 65 tahun) terhadap penduduk usia kerja (15-64 tahun).
"Untuk itu, peningkatan jumlah penduduk usia produktif ini harus dipastikan memberikan dampak besar bagi bangsa Indonesia. Salah satu dengan peningkatan sumber daya ekonomi masyarakat," kata dia.
Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI asal Kalteng, Hang Ali Saputra Syah Pahan yang menjadi salah satu pemateri juga menyampaikan hal serupa.
"Saya mengingatkan, dibalik berbagai keuntungan yang akan didapat dari bonus demografi, kita juga perlu mewaspadai dampak negatif yang sangat mungkin terjadi," katanya lagi.
Politisi PAN ini mengatakan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif itu salah satunya akan berdampak pada sektor ketenagakerjaan.
"Bisa dibayangkan jika banyak penduduk dengan usia produktif, atau bisa dikatakan masih muda-muda itu tidak terserap di dunia kerja. Pengangguran pasti akan meningkat. Maka alih-alih akan dapat keuntungan ekonomis, salah-salah bisa sebaliknya," ucapnya.
Karena itu pemerintah , lanjut dia, salah satunya melalui BKKBN selalu mengingatkan agar masyarakat dapat mengambil peran sejak dini guna menghadapi bonus demografi ini. Di antaranya melalui peningkatan kualitas penduduk melalui pembangunan keluarga.
"Kami mendorong agar setiap anak yang dilahirkan berkualitas, dengan memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak, dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif,? diharapkan orangtua cerdas dalam mengurus buah hati mulai dari kebutuhan gizi hingga stimulus perkembangannya," ujarnya.