Pangkalan Bun (Antaranews Kalteng) - Direktur Bina Keluarga Berencana (KB) jalur pemerintah BKKBN pusat Komari mengatakan, pemahaman masyarakat tentang keluarga berencana (KB) masih belum secara mendalam. Sebab yang dipahami hanyalah sebatas alat kontrasepsi dan membatasi kelahiran anak.

"Tujuan KB yang sesungguhnya adalah, bagaimana merencanakan sebuah keluarga untuk memiliki masa depan dan kehidupan sosial serta ekonomi yang lebih baik. Kontrasepsi dan mengatur kelahiran, hanyalah merupakan bagian dari program KB,” kata Komari, di Pangkalan Bun, Minggu.

Menurutnya, BKKBN secara serius terus aktif melakukan sosialisasi mengenai masalah tersebut, agar masyarakat khususnya di Kalimantan Tengah dapat memahami betul apa manfaat dan tujuan program KB.

Apalagi Indonesia pada tahun 2030 akan mendapatkan bonus demografi, yakni jumlah penduduk yang berusia produksi 70 persen lebih banyak dibandingkan usia non produktif.

"Kami telah melakukan kegiatan Integrasi Program KB Kesehatan Reproduksi (KR) Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bersama Mitra Kerja, di Kelurahan Kotawaringin Hilir Kecamatan Kotawaringin Lama Kabupaten Kotawaringin Barat, Jumat (9/11/2018)," ujarnya.

Ia menjelaskan, Integrasi Program KB KR Era JKN bersama Mitra Kerja itu menghadirkan narasuber Anggota Komisi IX DPR RI, Hang Ali Saputra Syah Pahan dan diikuti para kader posyandu, kader dan penyuluh KB serta masyarakat di Kecamatan Kotawaringin Lama.

Integrasi program bersama mitra kerja tersebut adalah salah satu upaya yang dilakukan BKKBN untuk memperkuat komitmen terhadap program KB serta tukar-menukar informasi, pembelajaran, dan pengetahuan terkait kependudukan, KB, juga perkembangan teknologi kontrasepsi.

Baca juga: BKKBN: Pernikahan dini pengaruhi kualitas penduduk

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Hang Ali Saputra Syah Pahan yang merupakan legislator asal Kalteng mengakui, hingga kini secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya kaum perempuan di Indonesia masih rendah.

Bahkan menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017, 34,55 persen perempuan di daerah yang berusia 15 tahun ke atas hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai SD saja, dan 25,37 persen justru tidak menempuh pendidikan sama sekali.

“Banyak dari mereka, memilih untuk menikah di usia muda dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hal itu tentu saja semakin berdampak pada minimnya kesadaran tentang perencanaan keluarga atau KB yang terkait dengan bagaimana mengatur kehamilan melalui penggunaan kontrasepsi,” ujar Hang Ali.

Dia mencontohkan, apabila sebuah keluarga tidak memiliki perencanaan matang terhadap masa depan keluarga, salah satunya dengan mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak. Maka dapat dipastikan dengan banyaknya anak di dalam suatu keluarga justru dapat mematikan ruang gerak ibu untuk dapat berkarya dan membantu perekonomian keluarga.

"Kita bayangkan kalau ibu ini punya anak enam, yakin saja ia tidak akan bisa istirahat dan tidak bisa membantu ekonomi keluarga juga. Jadi, KB itu tujuannya untuk mensejahterakan ibu-ibu. Bukan hanya sekedar mengatur jarak kehamilan atau kontrasepsi saja,” demikian Hang Ali.

Baca juga: KB sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Pewarta : Inforial
Editor : Rachmat Hidayat
Copyright © ANTARA 2024