Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Kalimantan Tengah, menargetkan penyusunan soal berbasis higher order thinking skills (HOTS) mencapai 30-50 persen pada ujian sekolah berstandar nasional (USBN) untuk madrasah.
"Besarnya presentase soal berbasis HOTS, bertujuan meningkatkan kualitas siswa sehingga terbiasa menyelesaikan soal yang memerlukan kemampuan analisis tinggi," kata Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Kalteng, Abdul Rahman di Palangka Raya, Sabtu.
Soal berbasis HOTS merupakan soal-soal tertentu yang dibuat lebih sulit dan memerlukan daya nalar dan pengetahuan yang lebih tinggi untuk mejawabnya.
Untuk menyelesaikan soal ini, siswa harus bisa menganalisis, membandingkan, menghitung dan lain sebagainya, bukan sebatas menghafal maupun mengingat saja.
"Kami sudah mengingatkan pihak sekolah untuk mempersiapkan siswanya, agar mampu menyelesaikan soal-soal berbasis HOTS pada saat ujian digelar," paparnya kepada Antara Kalteng.
Baca juga: Ujian dengan sistem berbasis android di Kalteng
Untuk pelaksanaan USBN madrasah Kalteng pada tahun 2019 ini, penyusunan soal dilakukan pihak kementerian bekerjasama dengan kanwil setempat. Presentase soalnya terdiri dari 25 persen yang berasal dari kementerian dan sebanyak 75 persen dibuat oleh daerah.
Ia menjelaskan, untuk itu perwakilan guru madrasah dari kabupaten/kota se-Kalteng sengaja pihaknya kumpulkan, untuk mengkaji dan menyusun soal USBN berbasis HOTS.
"Kami juga sudah mengingatkan seluruh siswa yang menjadi peserta ujian, pentingnya USBN sebagai penentu kelulusan. Jadi siswa harus benar-benar mempersiapkan dirinya," terang Abdul Rahman.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Madrasah Kalteng, Rita Sukaesih menjelaskan, tidak semua soal harus memiliki tingkat pemikiran tinggi. Untuk itu melalui kegiatan ini, pihaknya akan membahas lebih lanjut dan menyusun soal yang sesuai kondisi siswa madrasah di Kalteng.
"Meski dituntut membuat soal berbasis HOTS, kami tidak akan mengabaikan kondisi siswa yang akan menjadi peserta ujian. Kami tidak ingin pada akhirnya siswa malah menjadi terbebani," tuturnya.
Pihaknya berharap, soal yang disusun nantinya benar-benar memenuhi standar yang telah ditentukan dan mendorong siswa berkembang dan memaksimalkan kemampuannya.
"Besarnya presentase soal berbasis HOTS, bertujuan meningkatkan kualitas siswa sehingga terbiasa menyelesaikan soal yang memerlukan kemampuan analisis tinggi," kata Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Kalteng, Abdul Rahman di Palangka Raya, Sabtu.
Soal berbasis HOTS merupakan soal-soal tertentu yang dibuat lebih sulit dan memerlukan daya nalar dan pengetahuan yang lebih tinggi untuk mejawabnya.
Untuk menyelesaikan soal ini, siswa harus bisa menganalisis, membandingkan, menghitung dan lain sebagainya, bukan sebatas menghafal maupun mengingat saja.
"Kami sudah mengingatkan pihak sekolah untuk mempersiapkan siswanya, agar mampu menyelesaikan soal-soal berbasis HOTS pada saat ujian digelar," paparnya kepada Antara Kalteng.
Baca juga: Ujian dengan sistem berbasis android di Kalteng
Untuk pelaksanaan USBN madrasah Kalteng pada tahun 2019 ini, penyusunan soal dilakukan pihak kementerian bekerjasama dengan kanwil setempat. Presentase soalnya terdiri dari 25 persen yang berasal dari kementerian dan sebanyak 75 persen dibuat oleh daerah.
Ia menjelaskan, untuk itu perwakilan guru madrasah dari kabupaten/kota se-Kalteng sengaja pihaknya kumpulkan, untuk mengkaji dan menyusun soal USBN berbasis HOTS.
"Kami juga sudah mengingatkan seluruh siswa yang menjadi peserta ujian, pentingnya USBN sebagai penentu kelulusan. Jadi siswa harus benar-benar mempersiapkan dirinya," terang Abdul Rahman.
Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Madrasah Kalteng, Rita Sukaesih menjelaskan, tidak semua soal harus memiliki tingkat pemikiran tinggi. Untuk itu melalui kegiatan ini, pihaknya akan membahas lebih lanjut dan menyusun soal yang sesuai kondisi siswa madrasah di Kalteng.
"Meski dituntut membuat soal berbasis HOTS, kami tidak akan mengabaikan kondisi siswa yang akan menjadi peserta ujian. Kami tidak ingin pada akhirnya siswa malah menjadi terbebani," tuturnya.
Pihaknya berharap, soal yang disusun nantinya benar-benar memenuhi standar yang telah ditentukan dan mendorong siswa berkembang dan memaksimalkan kemampuannya.