Jakarta (Antaranews Kalteng) - Berbeda dari film sebelumnya, "Dilan 1991" bercerita bahwa cinta itu tidak sepenuhnya soal kata-kata romantis, tapi juga ada kekecewaan, pertengkaran serta pahitnya perpisahan.
Bagi pembaca novel Pidi Baiq, mungkin sudah tahu akhir cerita dari "Dilan 1991". Tapi untuk penonton yang hanya menyaksikan "Dilan" di layar lebar, akan melihat bahwa sekuel film tersebut memperlihatkan Dilan dan Milea dari sisi yang berbeda. Di sini, dunia Milea yang awalnya indah dan berbunga berubah menjadi lebih gelap dan penuh airmata.
Pada babak awal "Dilan 1991", yakni ketika Dilan resmi berpacaran dengan Milea semua masih terasa indah. Layaknya orang yang sedang jatuh cinta, semua terasa hanya milik berdua.
Kata-kata Dilan yang sederhana, yang entah kenapa selalu terdengar begitu romantis masih menjadi unggulan dalam filmnya. Misalnya seperti "Aku enggak pernah bisa cemburu, bisa ku hanya mencintaimu." atau "Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, maaf aku pasti tidak bisa karena aku hanya mencintai Milea."
Sayangnya, kata-kata seperti itu tidak banyak ditemukan dalam sekuel ini. Sama seperti pasangan remaja lain, hubungan Dilan dan Milea juga mengalami pasang-surut.
Rasa cinta dan kekhawatiran Milea pada Dilan, justru malah membuatnya semakin jauh dari Dilan. Membawanya pada sesuatu yang tidak pernah mau dibayangkan sebelumnya oleh Milea. Berpisah dengan Dilan.
Emosi Milea yang naik-turun
Milea masih diperankan oleh Vanesha Prescilla. Pada film ketiganya ini, akting Vanesha terlihat lebih mengalir dan mampu menyampaikan situasi yang ada di film dengan baik. Tidak hanya ketika menggambarkan kebahagiaannya bersama Dilan, kesedihannya ketika bertengkar dan berpisah dengan sang kekasih membuat penonton bisa ikut merasakan kesedihannya.
Hampir sepanjang film, Milea memang digambarkan selalu bersedih. Dari mulai yang hanya berkaca-kaca, menangis tersedu hingga kesedihan yang sudah tidak bisa disampaikan melalui airmata. Pandangan nanar atau tak mampu lagi merasakan kegembiraan di sekitarnya, diekspresikan dengan baik oleh Vanesha.
Dilan yang lebih membumi
Selama ini Dilan digambarkan sebagai sosok laki-laki idola para remaja yang romantis, mau melakukan apapun untuk kekasihnya, berjiwa pahlawan dan seperti dewa cinta. Namun, Dilan juga remaja laki-laki biasa yang masih melibatkan emosi dalam berpikir dan memiliki rasa egois yang tinggi.
Maka pada "Dilan 1991", sisi Dilan yang lebih membumi diperlihatkan. Bagaimana Dilan bersikap masa bodoh ketika rasa setia kawannya ternyata lebih besar dibanding perasaannya kepada Milea, atau sikap tidak pedulinya ketika Milea memutuskan untuk berhenti jadi pacarnya dan Dilan yang tidak suka dikekang.
Iqbaal Ramadhan sebagai pemeran Dilan juga mampu menyampaikan semua adegan tersebut dengan pas. Pada "Dilan 1990" chemistry keduanya begitu lekat, namun di sini Iqbaal dan Vanesha terlihat berjarak karena cerita aslinya memang demikian. Mereka mampu menunjukkan bagaimana kedekatan yang tadinya begitu intim, menjadi sesuatu yang saling menjauh namun masih memiliki rasa cinta.
Dalam film ini, Mas Herdy yang diperankan oleh Andovi Da Lopez juga tidak terlalu banyak ditampilkan sehingga untuk penonton pemula akan menebak-nebak siapa dia dan bagaimana pertemuannya dengan Milea. Padahal peran Mas Herdy sebenarnya cukup penting untuk kisah Dilan dan Milea.
Secara keseluruhan, film ini menarik untuk dinanti. Namun ada beberapa bagian yang pesan sponsornya terasa menggangu meski hanya sekilas. "Dilan 1991" juga menyensor adegan berciuman dan tidak ada adegan perkelahian agar penonton anak-anak bisa melihatnya.
Jangan mengharapkan cerita manis dari "Dilan 1991". Sebab, mengutip kata-kata Pidi Baiq pada sampul novel "Dilan - Dia adalah Dilanku Tahun 1991" yang berbunyi, "Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah." Seperti itulah kira-kira film "Dilan" kali ini yang akan tayang pada 28 Februari 2019 di seluruh bioskop.
Bagi pembaca novel Pidi Baiq, mungkin sudah tahu akhir cerita dari "Dilan 1991". Tapi untuk penonton yang hanya menyaksikan "Dilan" di layar lebar, akan melihat bahwa sekuel film tersebut memperlihatkan Dilan dan Milea dari sisi yang berbeda. Di sini, dunia Milea yang awalnya indah dan berbunga berubah menjadi lebih gelap dan penuh airmata.
Pada babak awal "Dilan 1991", yakni ketika Dilan resmi berpacaran dengan Milea semua masih terasa indah. Layaknya orang yang sedang jatuh cinta, semua terasa hanya milik berdua.
Kata-kata Dilan yang sederhana, yang entah kenapa selalu terdengar begitu romantis masih menjadi unggulan dalam filmnya. Misalnya seperti "Aku enggak pernah bisa cemburu, bisa ku hanya mencintaimu." atau "Kalau aku jadi presiden yang harus mencintai seluruh rakyatnya, maaf aku pasti tidak bisa karena aku hanya mencintai Milea."
Sayangnya, kata-kata seperti itu tidak banyak ditemukan dalam sekuel ini. Sama seperti pasangan remaja lain, hubungan Dilan dan Milea juga mengalami pasang-surut.
Rasa cinta dan kekhawatiran Milea pada Dilan, justru malah membuatnya semakin jauh dari Dilan. Membawanya pada sesuatu yang tidak pernah mau dibayangkan sebelumnya oleh Milea. Berpisah dengan Dilan.
Emosi Milea yang naik-turun
Milea masih diperankan oleh Vanesha Prescilla. Pada film ketiganya ini, akting Vanesha terlihat lebih mengalir dan mampu menyampaikan situasi yang ada di film dengan baik. Tidak hanya ketika menggambarkan kebahagiaannya bersama Dilan, kesedihannya ketika bertengkar dan berpisah dengan sang kekasih membuat penonton bisa ikut merasakan kesedihannya.
Hampir sepanjang film, Milea memang digambarkan selalu bersedih. Dari mulai yang hanya berkaca-kaca, menangis tersedu hingga kesedihan yang sudah tidak bisa disampaikan melalui airmata. Pandangan nanar atau tak mampu lagi merasakan kegembiraan di sekitarnya, diekspresikan dengan baik oleh Vanesha.
Dilan yang lebih membumi
Selama ini Dilan digambarkan sebagai sosok laki-laki idola para remaja yang romantis, mau melakukan apapun untuk kekasihnya, berjiwa pahlawan dan seperti dewa cinta. Namun, Dilan juga remaja laki-laki biasa yang masih melibatkan emosi dalam berpikir dan memiliki rasa egois yang tinggi.
Maka pada "Dilan 1991", sisi Dilan yang lebih membumi diperlihatkan. Bagaimana Dilan bersikap masa bodoh ketika rasa setia kawannya ternyata lebih besar dibanding perasaannya kepada Milea, atau sikap tidak pedulinya ketika Milea memutuskan untuk berhenti jadi pacarnya dan Dilan yang tidak suka dikekang.
Iqbaal Ramadhan sebagai pemeran Dilan juga mampu menyampaikan semua adegan tersebut dengan pas. Pada "Dilan 1990" chemistry keduanya begitu lekat, namun di sini Iqbaal dan Vanesha terlihat berjarak karena cerita aslinya memang demikian. Mereka mampu menunjukkan bagaimana kedekatan yang tadinya begitu intim, menjadi sesuatu yang saling menjauh namun masih memiliki rasa cinta.
Dalam film ini, Mas Herdy yang diperankan oleh Andovi Da Lopez juga tidak terlalu banyak ditampilkan sehingga untuk penonton pemula akan menebak-nebak siapa dia dan bagaimana pertemuannya dengan Milea. Padahal peran Mas Herdy sebenarnya cukup penting untuk kisah Dilan dan Milea.
Secara keseluruhan, film ini menarik untuk dinanti. Namun ada beberapa bagian yang pesan sponsornya terasa menggangu meski hanya sekilas. "Dilan 1991" juga menyensor adegan berciuman dan tidak ada adegan perkelahian agar penonton anak-anak bisa melihatnya.
Jangan mengharapkan cerita manis dari "Dilan 1991". Sebab, mengutip kata-kata Pidi Baiq pada sampul novel "Dilan - Dia adalah Dilanku Tahun 1991" yang berbunyi, "Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah." Seperti itulah kira-kira film "Dilan" kali ini yang akan tayang pada 28 Februari 2019 di seluruh bioskop.