Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat nilai tukar petani di Povinsi Kalimantan Tengah selama pada Februari 2019 sebesar 95,61 persen, naik sekitar 0,97 poin dibandingkan Januari 2019 yang hanya berkisar 94,64 persen.
Kenaikan nilai tukar petani itu dipengaruhi subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,52 poin, tanaman pangan sekitar 1,05 poin, dan perikanan 0,23 poin, kata Kepala BPS Kalteng Yomin Tofri di Palangka Raya, Jumat.
"Nilai tukar petani tertinggi terjadi di subsektor perikanan mencapai 109,44 persen, diikuti hortikultura sebesar 102,84 persen, peternakan 102,37 persen, tanaman pangan 95,49 persen, dan tanaman perkebunan rakyat 86,85 persen," beber dia.
Meskipun begitu, nilai tukar petani (NTP) pada lima subsektor pertanian sebesar 95,61 persen selama Februari 2019, tetap lebih rendah 7,63 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah tangga (NTUP) yang sebesar 103,24 persen.
Yomin mengatakan selisih antara NTP dan NTUP, mencerminkan tingkat reduksi nilai tukar, sebagai dampak tingginya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumahtangga petani produsen.
Baca juga: Ekspor Kalteng selama Januari 2019 meningkat, kata BPS
Dari keseluruhan subsektor, indeks harga yang diterima petani cukup tinggi 125,69 persen, namun belum mampu mengimbangi lebih tingginya indeks harga yang dibayar petani 131,46 persen.
"Itu juga dipengaruhi oleh cukup tingginya indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga petani 134,40 persen dan biaya produksi 121,75 persen," beber dia.
Kepala BPS Kalteng itu mengatakan secara umum, kenaikan indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga yang diterima pada subsektor tanaman perkebunan rakyat 3,07 poin, tanaman pangan 1,08 poin, dan perikanan 0,25 poin.
"Tapi terjadi penurunan indeks harga yang dibayar petani pada seluruh subsektor, yakni hortikultura 0,39 poin, tanaman pangan 0,35 poin, tanaman perkebunan rakyat 0,29 poin, peternakan 0,25 poin, dan perikanan 0,05 poin," demikian Yomin.
Baca juga: Frekuensi penerbangan di Kalteng terus mengalami penurunan
Kenaikan nilai tukar petani itu dipengaruhi subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,52 poin, tanaman pangan sekitar 1,05 poin, dan perikanan 0,23 poin, kata Kepala BPS Kalteng Yomin Tofri di Palangka Raya, Jumat.
"Nilai tukar petani tertinggi terjadi di subsektor perikanan mencapai 109,44 persen, diikuti hortikultura sebesar 102,84 persen, peternakan 102,37 persen, tanaman pangan 95,49 persen, dan tanaman perkebunan rakyat 86,85 persen," beber dia.
Meskipun begitu, nilai tukar petani (NTP) pada lima subsektor pertanian sebesar 95,61 persen selama Februari 2019, tetap lebih rendah 7,63 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah tangga (NTUP) yang sebesar 103,24 persen.
Yomin mengatakan selisih antara NTP dan NTUP, mencerminkan tingkat reduksi nilai tukar, sebagai dampak tingginya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumahtangga petani produsen.
Baca juga: Ekspor Kalteng selama Januari 2019 meningkat, kata BPS
Dari keseluruhan subsektor, indeks harga yang diterima petani cukup tinggi 125,69 persen, namun belum mampu mengimbangi lebih tingginya indeks harga yang dibayar petani 131,46 persen.
"Itu juga dipengaruhi oleh cukup tingginya indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga petani 134,40 persen dan biaya produksi 121,75 persen," beber dia.
Kepala BPS Kalteng itu mengatakan secara umum, kenaikan indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga yang diterima pada subsektor tanaman perkebunan rakyat 3,07 poin, tanaman pangan 1,08 poin, dan perikanan 0,25 poin.
"Tapi terjadi penurunan indeks harga yang dibayar petani pada seluruh subsektor, yakni hortikultura 0,39 poin, tanaman pangan 0,35 poin, tanaman perkebunan rakyat 0,29 poin, peternakan 0,25 poin, dan perikanan 0,05 poin," demikian Yomin.
Baca juga: Frekuensi penerbangan di Kalteng terus mengalami penurunan