Jakarta (ANTARA) - Generasi milenial yang baru saja memasuki dunia kerja bisa memiliki rumah sendiri dengan pengelolaan keuangan yang baik.
Pakar ekonomi Lucky Bayu Purnomo membagikan sejumlah trik mengelola gaji agar impian memiliki rumah bisa terwujud.
"Saat ini, terutama generasi milenial banyak yang mengeluhkan mengenai papan, yakni tempat berteduh atau hunian, maka itu mulailah disiplin dalam mengelola keuangan," kata Ekonom yang juga pendiri perusahaan bidang investasi, PT LBP Enterprises Internasional, Lucky Bayu Purnomo di Jakarta, Senin (11/3).
Lucky mengatakan, sebenarnya keinginan milenial untuk memiliki rumah belum tentu sejalan dengan kemampuan keuangannya, hal itu disebabkan kenaikan harga yang lebih cepat dibandingkan pendapatannya.
Oleh sebab itu, milenial harus pandai-pandai mengelola keuangan.
"Bedakan kebutuhan dan keinginan. Anggarkan 40 persen dari gaji untuk menabung, 30 persen asuransi, dan sisanya investasi, memang agak berat," kata Lucky.
Nantinya, lanjut dia, hasil tabungan dan investasi itu bisa dikolaborasikan untuk pembayaran uang muka, cari yang paling terjangkau karena itu menjadi salah satu kuncinya.
Tahap berikutnya, ia menambahkan, sesuaikan kemampuan untuk mencicil. Paling tidak, sekitar 30 persen dari gaji bulanan. Bila gaji sekitar Rp7 juta per bulan, maka sekitar Rp2 juta hingga Rp2,5 juta untuk membayar cicilan.
"Artinya, hunian yang dimaksud berada di sekitaran wilayah Jabodetabek atau di pinggir kota. Target itu harus dikelola dan penuh dengan kedisiplinan," paparnya.
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menggodok penyediaan hunian bagi generasi milenial atau generasi Y (yang lahir pada 1980-1990, atau pada awal 2000).
"Ini akan digodok. Tapi ASN (perumahan untuk aparatur sipil negara) dulu, baru setelah itu kami godok yang milenial," kata Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Khalawi Abdul Hamid dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Khalawi menyebukan mengingat jumlah milenial yang besar yakni mencapai 80 juta orang di Indonesia, maka diakuinya kebutuhan perumahan untuk generasi tersebut sangat mendesak.
"Makanya kami sedang paralel bicarakan dengan teman-teman dan juga asosiasi untuk mencari konsep yang bagus untuk memfasilitasi milenial ini," ujarnya.
(Penulis: Peserta Susdape XIX/Zubi Mahrofi)
Pakar ekonomi Lucky Bayu Purnomo membagikan sejumlah trik mengelola gaji agar impian memiliki rumah bisa terwujud.
"Saat ini, terutama generasi milenial banyak yang mengeluhkan mengenai papan, yakni tempat berteduh atau hunian, maka itu mulailah disiplin dalam mengelola keuangan," kata Ekonom yang juga pendiri perusahaan bidang investasi, PT LBP Enterprises Internasional, Lucky Bayu Purnomo di Jakarta, Senin (11/3).
Lucky mengatakan, sebenarnya keinginan milenial untuk memiliki rumah belum tentu sejalan dengan kemampuan keuangannya, hal itu disebabkan kenaikan harga yang lebih cepat dibandingkan pendapatannya.
Oleh sebab itu, milenial harus pandai-pandai mengelola keuangan.
"Bedakan kebutuhan dan keinginan. Anggarkan 40 persen dari gaji untuk menabung, 30 persen asuransi, dan sisanya investasi, memang agak berat," kata Lucky.
Nantinya, lanjut dia, hasil tabungan dan investasi itu bisa dikolaborasikan untuk pembayaran uang muka, cari yang paling terjangkau karena itu menjadi salah satu kuncinya.
Tahap berikutnya, ia menambahkan, sesuaikan kemampuan untuk mencicil. Paling tidak, sekitar 30 persen dari gaji bulanan. Bila gaji sekitar Rp7 juta per bulan, maka sekitar Rp2 juta hingga Rp2,5 juta untuk membayar cicilan.
"Artinya, hunian yang dimaksud berada di sekitaran wilayah Jabodetabek atau di pinggir kota. Target itu harus dikelola dan penuh dengan kedisiplinan," paparnya.
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menggodok penyediaan hunian bagi generasi milenial atau generasi Y (yang lahir pada 1980-1990, atau pada awal 2000).
"Ini akan digodok. Tapi ASN (perumahan untuk aparatur sipil negara) dulu, baru setelah itu kami godok yang milenial," kata Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Khalawi Abdul Hamid dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Khalawi menyebukan mengingat jumlah milenial yang besar yakni mencapai 80 juta orang di Indonesia, maka diakuinya kebutuhan perumahan untuk generasi tersebut sangat mendesak.
"Makanya kami sedang paralel bicarakan dengan teman-teman dan juga asosiasi untuk mencari konsep yang bagus untuk memfasilitasi milenial ini," ujarnya.
(Penulis: Peserta Susdape XIX/Zubi Mahrofi)