Jakarta (ANTARA) - Peningkatan aktivitas belanja daring membawa konsekuensi risiko kebocoran data pribadi pada resi paket dan bertambahnya limbah kemasan.
Pemimpin jasa kurir TIKI, Yulina Hastuti, dalam siaran pers di Jakarta, Senin, menyatakan data pribadi pada resi paket harus diamankan konsumen setelah menerima paket untuk menghindari risiko disalahgunakan.
Dalam mencegah risiko kebocoran data pribadi dan mendukung kelestarian lingkungan, Yulina memaparkan langkah-langkahnya.
Pertama, karena label pengiriman memuat informasi sensitif maka konsumen dianjurkan merobek, menghapus, atau merusak bagian resi sebelum membuang kemasan.
Menurut Yulina, tindakan seperti itu penting untuk mencegah pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan informasi pribadi.
Dalam mengurangi limbah (reduce), dianjurkan untuk mengutamakan prinsip penggunaan kembali (reuse) kemasan yang masih layak, seperti kardus atau bubble wrap, sebelum membuang.
Apabila kemasan akan digunakan untuk pengiriman paket yang baru, pastikan label lama sudah dilepas atau tertutup sepenuhnya.
Jika kemasan sudah tidak layak pakai, konsumen dapat memisahkan limbah tersebut untuk selanjutnya memproses daur ulang (recycle).
Material seperti kardus dan plastik memerlukan penanganan berbeda. Kemasan berbahan kertas harus disimpan dalam kondisi kering. Plastik dapat dikumpulkan dan dikirimkan ke bank sampah atau fasilitas daur ulang terdekat.
Yulina mencatat bahwa dalam operasional internal perusahaan jasa pengirimannya, ia telah mengarahkan penggunaan kemasan plastik yang lebih cepat terurai.
Perusahaan juga mengumpulkan kembali kemasan bekas antar agen dan cabang untuk dipakai ulang.
