Jakarta (ANTARA) - Dietisien (ahli gizi) Instalasi Gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Triyani Kresnawan menyatakan bahwa melewatkan makan sahur di saat puasa dapat membuat tubuh jadi gampang sakit karena imunitas atau daya tahan tubuh yang berkurang.
"Efek dari melewatkan makan sahur selain memecah kandungan lemak namun juga dapat memecah zat penting yaitu protein dalam tubuh sehingga bisa menurunkan imunitas," katanya di Jakarta, Jumat.
Triyani menyebutkan pada dasarnya berpuasa memang memiliki kemungkinan besar untuk membakar lemak sebagai cadangan energi karena tubuh membutuhkan kalori untuk beraktivitas. Namun bila sering melewatkan makan sahur dapat berakibat buruk dalam jangka waktu yang lama.
"Tidak hanya menghancurkan lemak, melainkan juga protein dan kalau terus terjadi maka berat badan turun, kemudian imunitas juga menurun karena daya tahan tubuh berkurang," kata dia.
Sementara apabila ada seseorang yang mengganti waktu sahur dengan makan di tengah malam sebelum tidur juga tidak dianjurkan karena durasi antara makan malam hingga waktu berbuka akan menjadi lebih lama.
Triyani menyebut cara tersebut juga bisa memenuhi kebutuhan gizi tubuh saat berpuasa, namun pola makan yang diterapkan kurang tepat dan tidak dianjurkan.
Dia menyatakan bahwa waktu yang paling baik untuk makan sahur ialah mendekati imsak.
Sementara saat berbuka disegerakan dengan memakan makanan ringan terlebih dahulu, lalu baru dilanjutkan makan makanan utama setelahnya.
Dia menyarankan agar asupan gizi harus tetap dijaga seimbang saat bulan puasa yang membuat jadwal makan menjadi dua kali sehari.
Triyani menyebut asupan makanan saat berbuka harus memenuhi 50 persen kebutuhan energi dalam sehari, 10 persen kebutuhan energi setelah tarawih dalam bentuk makanan ringan, dan 40 persen asupan makanan saat sahur.
"Efek dari melewatkan makan sahur selain memecah kandungan lemak namun juga dapat memecah zat penting yaitu protein dalam tubuh sehingga bisa menurunkan imunitas," katanya di Jakarta, Jumat.
Triyani menyebutkan pada dasarnya berpuasa memang memiliki kemungkinan besar untuk membakar lemak sebagai cadangan energi karena tubuh membutuhkan kalori untuk beraktivitas. Namun bila sering melewatkan makan sahur dapat berakibat buruk dalam jangka waktu yang lama.
"Tidak hanya menghancurkan lemak, melainkan juga protein dan kalau terus terjadi maka berat badan turun, kemudian imunitas juga menurun karena daya tahan tubuh berkurang," kata dia.
Sementara apabila ada seseorang yang mengganti waktu sahur dengan makan di tengah malam sebelum tidur juga tidak dianjurkan karena durasi antara makan malam hingga waktu berbuka akan menjadi lebih lama.
Triyani menyebut cara tersebut juga bisa memenuhi kebutuhan gizi tubuh saat berpuasa, namun pola makan yang diterapkan kurang tepat dan tidak dianjurkan.
Dia menyatakan bahwa waktu yang paling baik untuk makan sahur ialah mendekati imsak.
Sementara saat berbuka disegerakan dengan memakan makanan ringan terlebih dahulu, lalu baru dilanjutkan makan makanan utama setelahnya.
Dia menyarankan agar asupan gizi harus tetap dijaga seimbang saat bulan puasa yang membuat jadwal makan menjadi dua kali sehari.
Triyani menyebut asupan makanan saat berbuka harus memenuhi 50 persen kebutuhan energi dalam sehari, 10 persen kebutuhan energi setelah tarawih dalam bentuk makanan ringan, dan 40 persen asupan makanan saat sahur.