Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah meminta pemerintah pusat mengeruk alur Sungai Mentaya karena pendangkalan yang terjadi sudah sangat mengganggu lalu lintas kapal dan menghambat laju pertumbuhan sektor kepelabuhanan.
"Pelayaran kita masih terkendala. Ada dua titik yaitu di Serambut dan depan Pos AL yang menghambat pelayaran. Kami berterima kepada Pelindo III yang membangun fasilitas, tapi kalau cuma dermaganya yang dibangun tanpa memikirkan alur yang dangkal maka itu akan sia-sia," kata Kepala Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur H Fadlian Noor di Sampit, Senin.
Fadlian menilai sektor kepelabuhanan di Kotawaringin Timur sangat besar potensinya untuk terus dikembangkan. Sayangnya, kendala besar yaitu pendangkalan alur belum juga menjadi perhatian Kementerian Perhubungan padahal sudah berkali-kali disampaikan oleh pemerintah daerah.
Pendangkalan akibat banyaknya sedimentasi lumpur di dasar sungai membuat alur tidak bisa dilayari secara penuh 24 jam dalam sehari. Alur hanya bisa dilewati saat Sungai Mentaya sedang pasang, sedangkan jika surut maka kapal besar terpaksa harus menunggu di juara selama 10 hingga 15 jam hingga sungai kembali pasang.
Kondisi ini menimbulkan dampak kurang baik bagi sektor kepelabuhanan karena lalu lintas kapal menjadi terbatas hanya saat sungai pasang. Hal itu berpengaruh terhadap biaya yang harus dikeluarkan pengusaha ketika mengirim barang menuju maupun dari Sampit.
Fadlian sangat berharap pengerukan alur bisa dilakukan demi kelancaran lalu lintas kapal. Jika itu dilaksanakan, dia yakin dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian Kalimantan Tengah.
"Pengerukan itu penting agar kapal besar bisa tambat di Pelabuhan Bagendang dan tidak perlu ada lagi antrean kapal saat hendak bongkar-muat barang. Program ini juga bisa melibatkan BUMD yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur," kata Fadlian.
Direktur Teknik PT Pelabuhan Indonesia III Joko Noerhuda mengatakan, kedalaman kolam di depan Pelabuhan Bagendang sudah minus delapan meter, namun masih ada permasalahan kondisi ekstrem di alur masuk yaitu dua titik yang kedalamannya kurang dari tiga meter sehingga mengganggu lalu lintas kapal.
"Saat ini yang bisa masuk hanya untuk kapal dengan draf 5,5 meter. Kami berharap bisa bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan agar kapal-kapal besar bisa masuk ke Sampit. Semakin besar kapal maka ongkos per unit kargo akan semakin efisien," kata Joko Noerhuda.
Joko Noerhuda menambahkan, dermaga Pelabuhan Bagendang sepanjang 440 meter dibangun untuk melayani kapal dengan kapasitas hingga 30.000 dead weight ton (DWT), namun saat ini kapal-kapal yang sandar masih berkapasitas 10.000 DWT. Penyebab utamanya adalah pendangkalan alur sehingga kapal besar belum bisa masuk menuju pelabuhan.
"Pelayaran kita masih terkendala. Ada dua titik yaitu di Serambut dan depan Pos AL yang menghambat pelayaran. Kami berterima kepada Pelindo III yang membangun fasilitas, tapi kalau cuma dermaganya yang dibangun tanpa memikirkan alur yang dangkal maka itu akan sia-sia," kata Kepala Dinas Perhubungan Kotawaringin Timur H Fadlian Noor di Sampit, Senin.
Fadlian menilai sektor kepelabuhanan di Kotawaringin Timur sangat besar potensinya untuk terus dikembangkan. Sayangnya, kendala besar yaitu pendangkalan alur belum juga menjadi perhatian Kementerian Perhubungan padahal sudah berkali-kali disampaikan oleh pemerintah daerah.
Pendangkalan akibat banyaknya sedimentasi lumpur di dasar sungai membuat alur tidak bisa dilayari secara penuh 24 jam dalam sehari. Alur hanya bisa dilewati saat Sungai Mentaya sedang pasang, sedangkan jika surut maka kapal besar terpaksa harus menunggu di juara selama 10 hingga 15 jam hingga sungai kembali pasang.
Kondisi ini menimbulkan dampak kurang baik bagi sektor kepelabuhanan karena lalu lintas kapal menjadi terbatas hanya saat sungai pasang. Hal itu berpengaruh terhadap biaya yang harus dikeluarkan pengusaha ketika mengirim barang menuju maupun dari Sampit.
Fadlian sangat berharap pengerukan alur bisa dilakukan demi kelancaran lalu lintas kapal. Jika itu dilaksanakan, dia yakin dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian Kalimantan Tengah.
"Pengerukan itu penting agar kapal besar bisa tambat di Pelabuhan Bagendang dan tidak perlu ada lagi antrean kapal saat hendak bongkar-muat barang. Program ini juga bisa melibatkan BUMD yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur," kata Fadlian.
Direktur Teknik PT Pelabuhan Indonesia III Joko Noerhuda mengatakan, kedalaman kolam di depan Pelabuhan Bagendang sudah minus delapan meter, namun masih ada permasalahan kondisi ekstrem di alur masuk yaitu dua titik yang kedalamannya kurang dari tiga meter sehingga mengganggu lalu lintas kapal.
"Saat ini yang bisa masuk hanya untuk kapal dengan draf 5,5 meter. Kami berharap bisa bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan agar kapal-kapal besar bisa masuk ke Sampit. Semakin besar kapal maka ongkos per unit kargo akan semakin efisien," kata Joko Noerhuda.
Joko Noerhuda menambahkan, dermaga Pelabuhan Bagendang sepanjang 440 meter dibangun untuk melayani kapal dengan kapasitas hingga 30.000 dead weight ton (DWT), namun saat ini kapal-kapal yang sandar masih berkapasitas 10.000 DWT. Penyebab utamanya adalah pendangkalan alur sehingga kapal besar belum bisa masuk menuju pelabuhan.