Bekasi (ANTARA) - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia menggaet ratusan kaum milenial pegiat blogger dan media sosial di Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu.
Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Aris Heru Utomo mengatakan tujuan seminar Pancasila kepada kaum milenial untuk membumikan kembali nilai-nilai Pancasila.
"Tujuan kami menggaet mereka untuk memberikan akreditasi tentang apa yang kita (BPIP) lakukan ditularkan kepada pegiat blogger dan media sosial," kata Aris.
Menurutnya, blogger dan pegiat medsos saat ini dianggap penting lantaran kerap bersosialisasi langsung dengan masyarakat dunia maya.
Terlebih di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya telah menampilkan separuh aktivitasnya dalam media sosia, sehingga nilai-nilai Pancasila yang redup bisa kembali digaungkan kepada masyarakat luas.
"Blogger dan pegiat medsos ini adalah penulis yang leluasa. Jadi dalam sosialisasi yang telah kami berikan ini bisa mereka tumbuhkembangkan melalui ide dan gagasan," katanya lagi.
Aris juga menekankan BPIP tidak bermaksud untuk menggurui apalagi mendoktrin secara paksa kaum milenial untuk mendalami Pancasila.
"Kami hanya memberikan sosialisasi, pemahaman kepada mereka agar hidup tetap pada jalur sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," katanya pula.
Dia menyatakan pula, di usia BPIP yang baru menginjak 1,5 tahun adalah sebuah motivasi untuk membuktikan kepada masyarakat terkait kinerja BPIP selama ini.
"Mungkin banyak masyarakat bertanya-tanya apa tujuan kami dibentuk dan inilah maksud kami, mengembalikan dan membumikan kembali nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat luas," ujarnya.
Sejauh ini, BPIP telah bekerjasama dengan Kemenristekdikti, Kemendikbud, dan Kemenag untuk mengembalikan kurikulum ideologi Pancasila ke dunia pendidikan.
"Mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Tahun ini dengan Kemendikbud uji coba beberapa sekolah, universitas, tapi belum menerapkan dengan optimal. Kemenristekdikti dan Kemenag sudah meyambut baik tinggal bagaimana persiapan kami nanti," kata Aris.
Mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Aris menilai luas negara dari segi kontennya cukup bagus dan mempunyai landasan. Dalam konten itu, ia menggambarkan jika pengelolaan jangka pendek, menengah, dan panjang negara bisa terukur.
"Soal garis haluan negara itu kan tergantung pemimpin, siapa presidennya dan programnya apa, itu kan kerap berubah-ubah. Nah di sini kita membantu jika ada kekurangan. Intinya kita menjaga kesinambungan, menjaga visi negara ketika pergantian pemimpin," kata Aris pula.
Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Aris Heru Utomo mengatakan tujuan seminar Pancasila kepada kaum milenial untuk membumikan kembali nilai-nilai Pancasila.
"Tujuan kami menggaet mereka untuk memberikan akreditasi tentang apa yang kita (BPIP) lakukan ditularkan kepada pegiat blogger dan media sosial," kata Aris.
Menurutnya, blogger dan pegiat medsos saat ini dianggap penting lantaran kerap bersosialisasi langsung dengan masyarakat dunia maya.
Terlebih di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya telah menampilkan separuh aktivitasnya dalam media sosia, sehingga nilai-nilai Pancasila yang redup bisa kembali digaungkan kepada masyarakat luas.
"Blogger dan pegiat medsos ini adalah penulis yang leluasa. Jadi dalam sosialisasi yang telah kami berikan ini bisa mereka tumbuhkembangkan melalui ide dan gagasan," katanya lagi.
Aris juga menekankan BPIP tidak bermaksud untuk menggurui apalagi mendoktrin secara paksa kaum milenial untuk mendalami Pancasila.
"Kami hanya memberikan sosialisasi, pemahaman kepada mereka agar hidup tetap pada jalur sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," katanya pula.
Dia menyatakan pula, di usia BPIP yang baru menginjak 1,5 tahun adalah sebuah motivasi untuk membuktikan kepada masyarakat terkait kinerja BPIP selama ini.
"Mungkin banyak masyarakat bertanya-tanya apa tujuan kami dibentuk dan inilah maksud kami, mengembalikan dan membumikan kembali nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat luas," ujarnya.
Sejauh ini, BPIP telah bekerjasama dengan Kemenristekdikti, Kemendikbud, dan Kemenag untuk mengembalikan kurikulum ideologi Pancasila ke dunia pendidikan.
"Mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Tahun ini dengan Kemendikbud uji coba beberapa sekolah, universitas, tapi belum menerapkan dengan optimal. Kemenristekdikti dan Kemenag sudah meyambut baik tinggal bagaimana persiapan kami nanti," kata Aris.
Mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Aris menilai luas negara dari segi kontennya cukup bagus dan mempunyai landasan. Dalam konten itu, ia menggambarkan jika pengelolaan jangka pendek, menengah, dan panjang negara bisa terukur.
"Soal garis haluan negara itu kan tergantung pemimpin, siapa presidennya dan programnya apa, itu kan kerap berubah-ubah. Nah di sini kita membantu jika ada kekurangan. Intinya kita menjaga kesinambungan, menjaga visi negara ketika pergantian pemimpin," kata Aris pula.