Jakarta (ANTARA) - Nestle Indonesia meluncurkan sedotan kertas tekuk pertama untuk minuman kemasan guna mendukung program pemerintah Indonesia yang mendorong pengurangan sampah plastik.
"Sebagai inisiatif perdana, sedotan kertas diluncurkan untuk Nescafe Lively Yuzu dan Cool Coconut yang dijual di toko Alfamart dan Indomaret di daerah Jabodetabek," ungkap Presiden Direktur Nestle Indonesia Dharnesh Gordhon dalam sambutannya di konferensi pers, di Jakarta,Jumat.
Menurut Dharnesh, rencananya Nestle akan menerapkan standar yang sama untuk semua minuman kemasan lain produksi mereka secara bertahap. Kemasan baru untuk produk Nescafe sendiri akan diluncurkan ke pasar pada kuartal keempat 2019.
Selain sedotan kertas, produk Milo juga meluncurkan gelas kertas yang dapat didaur ulang. Gelas itu akan digunakan dalam setiap kegiatan olahraga yang mereka lakukan.
Inisiatif itu merupakan langkah awal Nestle untuk mendaur ulang dan menggunakan kembali kemasan produknya yang ditargetkan selesai pada 2025, menurut Executive Vice President Nestle S.A. untuk Zona Asia, Oceania dan Afrika Sub-Sahara (AOA) Chris Johnson yang juga menghadiri acara tersebut.
"Kami menyadari inisiatif ini tidak cukup, dan kami perlu melakukan lebih banyak hal untuk menyelesaikan tantangan sampah plastik," ungkapnya.
Nestle sendiri mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang memperkenalkan sedotan kertas untuk minuman kemasan.
Pemerintah Indonesia menargetkan akan melakukan pengelolaan sampah sebesar 100 persen pada 2025, sebagai bentuk penerapan Perpres 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah (Jakstranas).
Upaya produsen untuk mengurangi sampah plastik itu diapresiasi oleh Novrizal Tahar selaku Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hadir dalam konferensi pers tersebut, Novrizal yang menekankan pentingnya langkah itu untuk membangun kultur baru yang ramah terhadap lingkungan.
"Saya percaya produsen punya kekuatan yang besar untuk membangun kultur konsumennya," ungkap Novrizal, mengambil contoh bahwa setelah bertahun-tahun membangun kultur penyediaan kantung plastik gratis kini saatnya mengubah hal tersebut.
"Sebagai inisiatif perdana, sedotan kertas diluncurkan untuk Nescafe Lively Yuzu dan Cool Coconut yang dijual di toko Alfamart dan Indomaret di daerah Jabodetabek," ungkap Presiden Direktur Nestle Indonesia Dharnesh Gordhon dalam sambutannya di konferensi pers, di Jakarta,Jumat.
Menurut Dharnesh, rencananya Nestle akan menerapkan standar yang sama untuk semua minuman kemasan lain produksi mereka secara bertahap. Kemasan baru untuk produk Nescafe sendiri akan diluncurkan ke pasar pada kuartal keempat 2019.
Selain sedotan kertas, produk Milo juga meluncurkan gelas kertas yang dapat didaur ulang. Gelas itu akan digunakan dalam setiap kegiatan olahraga yang mereka lakukan.
Inisiatif itu merupakan langkah awal Nestle untuk mendaur ulang dan menggunakan kembali kemasan produknya yang ditargetkan selesai pada 2025, menurut Executive Vice President Nestle S.A. untuk Zona Asia, Oceania dan Afrika Sub-Sahara (AOA) Chris Johnson yang juga menghadiri acara tersebut.
"Kami menyadari inisiatif ini tidak cukup, dan kami perlu melakukan lebih banyak hal untuk menyelesaikan tantangan sampah plastik," ungkapnya.
Nestle sendiri mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang memperkenalkan sedotan kertas untuk minuman kemasan.
Pemerintah Indonesia menargetkan akan melakukan pengelolaan sampah sebesar 100 persen pada 2025, sebagai bentuk penerapan Perpres 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah (Jakstranas).
Upaya produsen untuk mengurangi sampah plastik itu diapresiasi oleh Novrizal Tahar selaku Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hadir dalam konferensi pers tersebut, Novrizal yang menekankan pentingnya langkah itu untuk membangun kultur baru yang ramah terhadap lingkungan.
"Saya percaya produsen punya kekuatan yang besar untuk membangun kultur konsumennya," ungkap Novrizal, mengambil contoh bahwa setelah bertahun-tahun membangun kultur penyediaan kantung plastik gratis kini saatnya mengubah hal tersebut.