Jakarta (ANTARA) - Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan mengatakan berdasarkan proyeksi Global Moeslim Travel Index (GMTI) sekitar 140 juta wisatawan muslim mancanegara berkunjung ke Indonesia untuk melakukan wisata alam pada 2020.
"Potensinya tahun depan itu paling sedikit 140 juta," kata dia di Jakarta, Jumat.
Angka proyeksi tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan wisatawan China yang hanya 130 an juta. Namun, saat ini Indonesia baru mendapatkan tiga juta wisatawan yang datang dari berbagai negara.
Selama ini, ujar dia, Indonesia diibaratkan sebagai raksasa yang sedang tidur karena memiliki beragam potensi namun belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal sebagai sumber pemasukan seperti yang dilakukan negara lain.
"Kita liat misalnya Malaysia jumlah penduduknya sekitar 27 juta hingga 30 juta sementara wisatawannya sudah mencapai 28 juta," katanya.
Jika dibandingkan penduduk Indonesia yang mencapai 264 juta, maka jumlah wisatawan mancanegara yang datang masih tergolong rendah. Oleh karena itu, pemerintah harus bekerja keras lagi meningkatkan sektor pariwisata halal.
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, pemerintah diminta untuk memerhatikan tiga aspek yaitu amenitas, aksesbilitas dan atraksi. Sehingga para turis dari berbagai negara lebih tertarik berkunjung ke Indonesia.
"Setelah itu, pemerintah diminta menentukan apa saja program utama yang harus difokuskan untuk dikembangkan," ujar dia.
Ia menjelaskan jika saat ini Indonesia baru dikunjungi sekitar 3,2 juta wisatawan muslim mancanegara, maka pada 2024 seharusnya bisa menyentuh enam juta wisatawan.
Di sisi ekonomi, devisa yang dihasilkan dari turis asal Timur Tengah bisa mencapai 2.500 dolar AS per individu. Angka itu jauh lebih besar jika dibandingkan wisatawan mancanegara secara rata-rata yaitu berkisar 1.100 dolar AS per kunjungan.
"Potensinya tahun depan itu paling sedikit 140 juta," kata dia di Jakarta, Jumat.
Angka proyeksi tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan wisatawan China yang hanya 130 an juta. Namun, saat ini Indonesia baru mendapatkan tiga juta wisatawan yang datang dari berbagai negara.
Selama ini, ujar dia, Indonesia diibaratkan sebagai raksasa yang sedang tidur karena memiliki beragam potensi namun belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal sebagai sumber pemasukan seperti yang dilakukan negara lain.
"Kita liat misalnya Malaysia jumlah penduduknya sekitar 27 juta hingga 30 juta sementara wisatawannya sudah mencapai 28 juta," katanya.
Jika dibandingkan penduduk Indonesia yang mencapai 264 juta, maka jumlah wisatawan mancanegara yang datang masih tergolong rendah. Oleh karena itu, pemerintah harus bekerja keras lagi meningkatkan sektor pariwisata halal.
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, pemerintah diminta untuk memerhatikan tiga aspek yaitu amenitas, aksesbilitas dan atraksi. Sehingga para turis dari berbagai negara lebih tertarik berkunjung ke Indonesia.
"Setelah itu, pemerintah diminta menentukan apa saja program utama yang harus difokuskan untuk dikembangkan," ujar dia.
Ia menjelaskan jika saat ini Indonesia baru dikunjungi sekitar 3,2 juta wisatawan muslim mancanegara, maka pada 2024 seharusnya bisa menyentuh enam juta wisatawan.
Di sisi ekonomi, devisa yang dihasilkan dari turis asal Timur Tengah bisa mencapai 2.500 dolar AS per individu. Angka itu jauh lebih besar jika dibandingkan wisatawan mancanegara secara rata-rata yaitu berkisar 1.100 dolar AS per kunjungan.