Jakarta (ANTARA) - Foto kolase seorang perempuan yang disebut "Fatimah Aynur" menggunakan pakaian tradisional Uighur berwarna merah beredar di jagad media sosial seperti di Twitter dan di Facebook.
Foto itu disandingkan dengan gambar perempuan yang tengah disiksa. Dia diikat tangannya dengan rantai dan lehernya dikalungkan lima batu bata.
Salah satu akun yang menyebarkan foto itu juga membubuhkan narasi "WANITA YG CANTIK RUPAWAN INI BERNAMA FATIMAH AYNUR... DIA TELAH MATI SYAHIDAH KARENA MEMPERTAHANKAN IMAN KEISLAMANNYA, DIA ADALAH MUSLIM UIGHUR YG TEWAS DI SIKSA DIPERKOSA DIBUNUH & DIMUTILASI OLEH TENTARA KOMUNIS CHINA LAKNATULLAH #saveuyghur #savemuslimuyghur #WhereAreYouMuslims!!'
Tangkapan gambar dati unggahan salah satu akun yang menyebut "Fatimah Aynur" perempuan etnis Uighur yang disiksa Cina. (Twitter)
Akun Twitter itu menyebarkan foto tersebut pada 20 Desember 2019. Hingga Minggu (22/12), unggahan itu telah disukai 1.212 akun dan diunggah kembali oleh 1.994 akun.
Komentar-komentar warganet atas postingan itu pun beragam. Ada warganet yang mempercayai, tapi tidak sedikit pula yang mengkritisi foto itu seraya menganggapnya palsu.
Apakah foto itu benar merupakan penyiksaan tentara China terhadap seorang perempuan etnis Uighur?
Penjelasan:
ANTARA menemukan dua foto itu adalah foto yang berbeda. Foto perempuan menggunakan pakaian tradisional Uighur adalah sesi foto model yang memperagakan pakaian etnis Uighur pada era 1910-an.
Foto perempuan yang menggunakan baju merah dan disebut sebagai "Fatimah Aynur" itu bukanlah foto korban seperti narasi yang disebut akun Twitter.
Foto model berbaju etnis Uighur itu merupakan hasil karya Melwan Turaq dalam merespons tren video transformasi kecantikan dalam 100 tahun yang sempat populer pada 2017.
Kantor Berita China, Xinhua, pada 19 Juli 2017 telah mempublikasikan foto itu dalam situs daringnya Xinhuanet dengan judul "100 Years of Uygur Beauty in 2 minutes". Artikel itu memuat foto serta video transformasi fesyen perempuan etnis Uighur dalam 100 tahun terakhir.
Tangkapan gambar dari situs xinhuanet, dengan judul artikel "100 Years of Uygur Beauty in 2 minutes" yang dimuat pada 2017. (Xinhuanet.com)
Melwan Turaq merupakan pria Uighur dari Kashgar. Dia mengilustrasikan perubahan cara berpakaian perempuan di wilayah otonomi tersebut sejak 1910 hingga 2010-an.
Karya reproduksi itu, menurut Melwan, dibuat berdasarkan dokumen sejarah dan foto-foto lama.
Perempuan berbaju merah yang ditampilkan Melwan mewakili cara berpakaian perempuan status sosial menengah ke atas pada era 1910-an. Mereka biasanya menggunakan gaun panjang berbahan sutra dilengkapi dengan hiasan kepala dan juga aksesoris di leher.
Sementara, foto kedua merupakan lukisan tentang pengikut komunitas Falun Gong yang dipandang sebagai ancaman ideologis oleh pemerintah China sejak 1999.
Mengutip situs The Epoch Times, media yang menyebarkan berita-berita China yang bebas dari sensor, lukisan tersebut merupakan karya Qin Xin, sebagai seorang praktisi Falun Gong. Dalam artikel berjudul "Art Decrying Chinese Persecution Makes Manhattan Debut" pada 16 November 2012, The Epoch Times mencerikan lukisan itu.
Lukisan itu dipamerkan dalam eksebisi seni internasional Zhen Shan Ren (Toleransi Kasih Sayang) pada 2012 dengan judul "Determination under Persecution".
Foto lukisan karya Qin Xin, seorang praktisi Falun Gong yang dipamerkan dalam eksebisi seni internasional Zhen Shan Ren (Toleransi Kasih Sayang) pada 2012 dengan judul "Determination under Presecution". (The Epoch Times)
Qin Xin telah memenangkan penghargaan emas dari NTDTV’s 3rd International Chinese Figure Painting Competition untuk lukisan tersebut.
Eksebisi Zhen Shan Ren merupakan kegiatan sejak 2004 oleh pelukis-pelukis Falun Gong yang diselenggarakan di berbagai negara dan kota.
Falun Gong atau Falun Dafa adalah praktik meditasi dengan sistem melatih diri untuk memperbaiki dan meningkatkan moral, tubuh, dan spiritual ke tingkat yang lebih tinggi.
Falun Gong diperkenalkan oleh Li Hongzhi pada 1992 dan kemudian praktik tersebut diikuti oleh banyak orang.
Klaim : Fatimah Aynur, perempuan Uighur yang disiksa China
Rating: Salah/Hoaks
Foto itu disandingkan dengan gambar perempuan yang tengah disiksa. Dia diikat tangannya dengan rantai dan lehernya dikalungkan lima batu bata.
Salah satu akun yang menyebarkan foto itu juga membubuhkan narasi "WANITA YG CANTIK RUPAWAN INI BERNAMA FATIMAH AYNUR... DIA TELAH MATI SYAHIDAH KARENA MEMPERTAHANKAN IMAN KEISLAMANNYA, DIA ADALAH MUSLIM UIGHUR YG TEWAS DI SIKSA DIPERKOSA DIBUNUH & DIMUTILASI OLEH TENTARA KOMUNIS CHINA LAKNATULLAH #saveuyghur #savemuslimuyghur #WhereAreYouMuslims!!'
Akun Twitter itu menyebarkan foto tersebut pada 20 Desember 2019. Hingga Minggu (22/12), unggahan itu telah disukai 1.212 akun dan diunggah kembali oleh 1.994 akun.
Komentar-komentar warganet atas postingan itu pun beragam. Ada warganet yang mempercayai, tapi tidak sedikit pula yang mengkritisi foto itu seraya menganggapnya palsu.
Apakah foto itu benar merupakan penyiksaan tentara China terhadap seorang perempuan etnis Uighur?
Penjelasan:
ANTARA menemukan dua foto itu adalah foto yang berbeda. Foto perempuan menggunakan pakaian tradisional Uighur adalah sesi foto model yang memperagakan pakaian etnis Uighur pada era 1910-an.
Foto perempuan yang menggunakan baju merah dan disebut sebagai "Fatimah Aynur" itu bukanlah foto korban seperti narasi yang disebut akun Twitter.
Foto model berbaju etnis Uighur itu merupakan hasil karya Melwan Turaq dalam merespons tren video transformasi kecantikan dalam 100 tahun yang sempat populer pada 2017.
Kantor Berita China, Xinhua, pada 19 Juli 2017 telah mempublikasikan foto itu dalam situs daringnya Xinhuanet dengan judul "100 Years of Uygur Beauty in 2 minutes". Artikel itu memuat foto serta video transformasi fesyen perempuan etnis Uighur dalam 100 tahun terakhir.
Melwan Turaq merupakan pria Uighur dari Kashgar. Dia mengilustrasikan perubahan cara berpakaian perempuan di wilayah otonomi tersebut sejak 1910 hingga 2010-an.
Karya reproduksi itu, menurut Melwan, dibuat berdasarkan dokumen sejarah dan foto-foto lama.
Perempuan berbaju merah yang ditampilkan Melwan mewakili cara berpakaian perempuan status sosial menengah ke atas pada era 1910-an. Mereka biasanya menggunakan gaun panjang berbahan sutra dilengkapi dengan hiasan kepala dan juga aksesoris di leher.
Sementara, foto kedua merupakan lukisan tentang pengikut komunitas Falun Gong yang dipandang sebagai ancaman ideologis oleh pemerintah China sejak 1999.
Mengutip situs The Epoch Times, media yang menyebarkan berita-berita China yang bebas dari sensor, lukisan tersebut merupakan karya Qin Xin, sebagai seorang praktisi Falun Gong. Dalam artikel berjudul "Art Decrying Chinese Persecution Makes Manhattan Debut" pada 16 November 2012, The Epoch Times mencerikan lukisan itu.
Lukisan itu dipamerkan dalam eksebisi seni internasional Zhen Shan Ren (Toleransi Kasih Sayang) pada 2012 dengan judul "Determination under Persecution".
Qin Xin telah memenangkan penghargaan emas dari NTDTV’s 3rd International Chinese Figure Painting Competition untuk lukisan tersebut.
Eksebisi Zhen Shan Ren merupakan kegiatan sejak 2004 oleh pelukis-pelukis Falun Gong yang diselenggarakan di berbagai negara dan kota.
Falun Gong atau Falun Dafa adalah praktik meditasi dengan sistem melatih diri untuk memperbaiki dan meningkatkan moral, tubuh, dan spiritual ke tingkat yang lebih tinggi.
Falun Gong diperkenalkan oleh Li Hongzhi pada 1992 dan kemudian praktik tersebut diikuti oleh banyak orang.
Klaim : Fatimah Aynur, perempuan Uighur yang disiksa China
Rating: Salah/Hoaks