Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mempertanyakan dasar Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai lima orang komisioner saat ini sebagai pimpinan KPK terburuk sepanjang sejarah.
"Tanya ke ICW, bahwa kami pimpinan KPK terburuk itu atas dasar apa? Jadi kami malah bertanya," ujar Ghufron di Gedung KPK, Jakarta, Senin.
ICW dalam jumpa persnya di Jakarta, Minggu (29/12) mengatakan bahwa tahun 2019 menjadi tahun terburuk pemberantasan korupsi. Salah satu penyebabnya adalah proses seleksi pimpinan KPK periode 2019-2023 yang banyak menimbulkan persoalan.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana mengatakan proses seleksi yang dilakukan seakan tidak memiliki nilai integritas, lantaran terdapat figur dengan catatan pelanggaran etik berhasil lolos seleksi.
Kurnia pun mengatakan bahwa Istana dan DPR berhasil meloloskan lima figur pimpinan KPK yang dinilai paling buruk sepanjang sejarah KPK.
Ghufron mengaku menghargai dan menghormati sikap kritis yang ditunjukkan oleh ICW terhadap KPK.
Namun, kata dia, kritikan yang disampaikan juga harus disertai dengan pemikiran yang rasional.
Menurut pria yang sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum di Universitas Jember itu, bagaimana bisa ICW melabeli dia beserta empat pimpinan lainnya sebagai pimpinan terburuk sepanjang sejarah KPK, sementara kelimanya belum banyak bekerja.
"Jadi saya juga sangat mengapresiasi kalau ICW mampu menilai kami sebelum bekerja, mungkin punya telepati dia," sindir Ghufron.
"Tanya ke ICW, bahwa kami pimpinan KPK terburuk itu atas dasar apa? Jadi kami malah bertanya," ujar Ghufron di Gedung KPK, Jakarta, Senin.
ICW dalam jumpa persnya di Jakarta, Minggu (29/12) mengatakan bahwa tahun 2019 menjadi tahun terburuk pemberantasan korupsi. Salah satu penyebabnya adalah proses seleksi pimpinan KPK periode 2019-2023 yang banyak menimbulkan persoalan.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana mengatakan proses seleksi yang dilakukan seakan tidak memiliki nilai integritas, lantaran terdapat figur dengan catatan pelanggaran etik berhasil lolos seleksi.
Kurnia pun mengatakan bahwa Istana dan DPR berhasil meloloskan lima figur pimpinan KPK yang dinilai paling buruk sepanjang sejarah KPK.
Ghufron mengaku menghargai dan menghormati sikap kritis yang ditunjukkan oleh ICW terhadap KPK.
Namun, kata dia, kritikan yang disampaikan juga harus disertai dengan pemikiran yang rasional.
Menurut pria yang sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum di Universitas Jember itu, bagaimana bisa ICW melabeli dia beserta empat pimpinan lainnya sebagai pimpinan terburuk sepanjang sejarah KPK, sementara kelimanya belum banyak bekerja.
"Jadi saya juga sangat mengapresiasi kalau ICW mampu menilai kami sebelum bekerja, mungkin punya telepati dia," sindir Ghufron.