Jakarta (ANTARA) - Para mahasiswa asal Indonesia yang dievakuasi dari Provinsi Hubei, China, sebagai dampak wabah virus corona, mulai mengikuti program perkuliahan jarak jauh dalam jaringan.
"Pekan ini mereka sudah mulai kuliah. Begitu juga dengan pelajar kita lainnya di luar Hubei," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing Yaya Sutarya, Rabu.
Untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh tersebut, jelas dia, masing-masing perguruan tinggi di China juga telah menyediakan aplikasi khusus untuk para mahasiswanya.
"Dosen juga memberikan tugas kuliah semester genap. Tingkat kesulitan ada pada mata kuliah yang memerlukan praktikum. Namun ada kebijakan kampus yang menggeser jadwal praktikum ke semester berikutnya," ujar Yaya.
Pihaknya juga memantau pola pembelajaran tersebut dan membantu memediasi hambatan-hambatan yang dialami para mahasiswa Indonesia.
Beberapa kampus di China ada yang menetapkan rencana jadwal perkuliahan tatap muka mulai bulan Maret 2020, seperti di Kunming pada 6 Maret dan Yangzhou pada 9 Maret.
"Namun kami tetap mengingatkan mahasiswa kita agar sebelum kembali ke China terlebih dahulu memperhatikan pengumuman resmi dari kampus, terutama yang menyangkut keamanan dan keselamatan," katanya menambahkan.
Yaya juga memastikan pencairan beasiswa, baik dari pemerintah China, pihak swasta, pemerintah daerah di China, dan pihak perguruan tinggi, sudah dilakukan.
"Beasiswa sudah ditransfer ke rekening masing-masing penerima," ujarnya.
Untuk pendaftaran beasiswa pemerintah China (CGS) untuk perkuliahan awal semester ganjil 2020 sudah berakhir pada awal Februari lalu.
Sebelumnya pemerintah China telah menambah kuota beasiswa bagi calon pelajar asal Indonesia menjadi 3.000 orang.
Para peraih beasiswa dibebaskan dari semua biaya perkuliahan, uang sewa asrama, dan uang saku bulanan hingga lulus.
Di Provinsi Hubei yang menjadi daerah episentrum wabah virus COVID-19 terdapat sekitar 500 mahasiswa Indonesia, sekitar 100 di antaranya berkuliah di Wuhan.
Saat Wuhan dan beberapa kota lain di Hubei diisolasi pada 23 Januari, lebih dari 200 mahasiswa Indonesia tertahan. Kemudian mereka bersama warga negara Indonesia lainnya dievakuasi ke Natuna pada 1 Februari. Setelah menjalani karantina dan observasi selama 14 hari, mereka dipulangkan ke daerah asal masing-masing.
"Pekan ini mereka sudah mulai kuliah. Begitu juga dengan pelajar kita lainnya di luar Hubei," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing Yaya Sutarya, Rabu.
Untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh tersebut, jelas dia, masing-masing perguruan tinggi di China juga telah menyediakan aplikasi khusus untuk para mahasiswanya.
"Dosen juga memberikan tugas kuliah semester genap. Tingkat kesulitan ada pada mata kuliah yang memerlukan praktikum. Namun ada kebijakan kampus yang menggeser jadwal praktikum ke semester berikutnya," ujar Yaya.
Pihaknya juga memantau pola pembelajaran tersebut dan membantu memediasi hambatan-hambatan yang dialami para mahasiswa Indonesia.
Beberapa kampus di China ada yang menetapkan rencana jadwal perkuliahan tatap muka mulai bulan Maret 2020, seperti di Kunming pada 6 Maret dan Yangzhou pada 9 Maret.
"Namun kami tetap mengingatkan mahasiswa kita agar sebelum kembali ke China terlebih dahulu memperhatikan pengumuman resmi dari kampus, terutama yang menyangkut keamanan dan keselamatan," katanya menambahkan.
Yaya juga memastikan pencairan beasiswa, baik dari pemerintah China, pihak swasta, pemerintah daerah di China, dan pihak perguruan tinggi, sudah dilakukan.
"Beasiswa sudah ditransfer ke rekening masing-masing penerima," ujarnya.
Untuk pendaftaran beasiswa pemerintah China (CGS) untuk perkuliahan awal semester ganjil 2020 sudah berakhir pada awal Februari lalu.
Sebelumnya pemerintah China telah menambah kuota beasiswa bagi calon pelajar asal Indonesia menjadi 3.000 orang.
Para peraih beasiswa dibebaskan dari semua biaya perkuliahan, uang sewa asrama, dan uang saku bulanan hingga lulus.
Di Provinsi Hubei yang menjadi daerah episentrum wabah virus COVID-19 terdapat sekitar 500 mahasiswa Indonesia, sekitar 100 di antaranya berkuliah di Wuhan.
Saat Wuhan dan beberapa kota lain di Hubei diisolasi pada 23 Januari, lebih dari 200 mahasiswa Indonesia tertahan. Kemudian mereka bersama warga negara Indonesia lainnya dievakuasi ke Natuna pada 1 Februari. Setelah menjalani karantina dan observasi selama 14 hari, mereka dipulangkan ke daerah asal masing-masing.