Jakarta (ANTARA) - Siapa yang menyangka jika buah durian dan nangka bisa dimanfaatkan menjadi komponen elektroda kapasitor guna menyimpan energi listrik pada baterai, yang kelak dimanfaatkan dalam pengembangan mobil EV (electric vehicle).
Peneliti Universitas Sydney mengambil limbah berupa bagian yang tidak bisa dimakan dari durian dan nangka, kemudian mengembangkannya menjadi komponen penyimpanan listrik, khususnya untuk metode pengisian listrik cepat.
"Kami melihat durian dan nangka karena sekitar 70 persen buahnya tidak dapat dimakan," kata Vincent Gomes, profesor Universitas Sydney kepada Reuters, Selasa (10/3).
"Kami berpikir untuk menggunakan hal-hal yang disediakan alam -- limbah dengan nol biaya yang biasanya dikirim ke tempat pembuangan sampah -- lalu memprosesnya menjadi elektroda kapasitor super ini," katanya.
Kendati beraroma tajam, namun buah durian dan nangka sangat populer di Asia, serta menjadi bahan dasar untuk berbagai makanan dan minuman tradisional maupun modern. Dua buah dengan kulit tebal itu juga mudah ditemukan di Asia, sehingga sangat mudah jika ingin dikembangkan.
Jika penelitian ini berhasil, akan menjadi kabar baik bagi industri otomotif yang memerlukan dana besar untuk pengembangan baterai.
Para peneliti menyatakan bahwa riset durian ini tidak memakan banyak biaya dan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan.
"Mampu menyimpan (listrik) dengan murah, dalam jumlah besar, akan menjadi game-changer besar," kata Gomes, kemudian ia menyatakan "menyukai" rasa durian.
"Seseorang dapat menyimpan energi dan menggunakannya di malam hari ketika matahari tidak bersinar," katanya.
Baterai yang terbuat dari durian dan nangka akan bertahan lebih lama dan mengisi daya lebih cepat daripada baterai lithium-ion yang saat ini digunakan untuk menyalakan ponsel, tablet, dan mobil listrik, kata Gomes.
"Hasil yang fantastis adalah jika kapasitor super ini diisi, bisa menjalankan 'tuk-tuk' atau skuter dengan cepat," kata Gomes.
"Di desa, ketimbang membakar mesin diesel, mereka dapat mengandalkan perangkat penyimpanan energi ini untuk menyalakan listrik sepanjang hari," tambahnya.
Peneliti Universitas Sydney mengambil limbah berupa bagian yang tidak bisa dimakan dari durian dan nangka, kemudian mengembangkannya menjadi komponen penyimpanan listrik, khususnya untuk metode pengisian listrik cepat.
"Kami melihat durian dan nangka karena sekitar 70 persen buahnya tidak dapat dimakan," kata Vincent Gomes, profesor Universitas Sydney kepada Reuters, Selasa (10/3).
"Kami berpikir untuk menggunakan hal-hal yang disediakan alam -- limbah dengan nol biaya yang biasanya dikirim ke tempat pembuangan sampah -- lalu memprosesnya menjadi elektroda kapasitor super ini," katanya.
Kendati beraroma tajam, namun buah durian dan nangka sangat populer di Asia, serta menjadi bahan dasar untuk berbagai makanan dan minuman tradisional maupun modern. Dua buah dengan kulit tebal itu juga mudah ditemukan di Asia, sehingga sangat mudah jika ingin dikembangkan.
Jika penelitian ini berhasil, akan menjadi kabar baik bagi industri otomotif yang memerlukan dana besar untuk pengembangan baterai.
Para peneliti menyatakan bahwa riset durian ini tidak memakan banyak biaya dan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan.
"Mampu menyimpan (listrik) dengan murah, dalam jumlah besar, akan menjadi game-changer besar," kata Gomes, kemudian ia menyatakan "menyukai" rasa durian.
"Seseorang dapat menyimpan energi dan menggunakannya di malam hari ketika matahari tidak bersinar," katanya.
Baterai yang terbuat dari durian dan nangka akan bertahan lebih lama dan mengisi daya lebih cepat daripada baterai lithium-ion yang saat ini digunakan untuk menyalakan ponsel, tablet, dan mobil listrik, kata Gomes.
"Hasil yang fantastis adalah jika kapasitor super ini diisi, bisa menjalankan 'tuk-tuk' atau skuter dengan cepat," kata Gomes.
"Di desa, ketimbang membakar mesin diesel, mereka dapat mengandalkan perangkat penyimpanan energi ini untuk menyalakan listrik sepanjang hari," tambahnya.