Jakarta (ANTARA) -
Ibuprofen, obat yang biasa digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan, ternyata memiliki efek samping yang kurang cocok digunakan oleh penderita gejala virus corona.
Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran menjelaskan bahwa jenis obat tersebut justru dapat memperburuk keadaan penyakit. Veran mengatakan hal itu berdasarkan hasil studi dari jurnal medis The Lancet.
Ia kemudian menganjurkan penderita yang sudah terlanjur mengkonsumsi Ibuprofen untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Christian Lindmeier, Juru bicara dari WHO kemudian menjelaskan untuk saat ini pihaknya lebih merekomendasikan penggunaan paracetamol dibandingkan ibuprofen, apalagi tanpa resep dokter.
Reckitt Benckiser, selaku juru bicara dari perusahaan farmasi produsen ibuprofen kemudian angkat bicara.
“Ibuprofen ialah obat yang telah digunakan dengan aman selama 30 tahun lebih. Dan kami belum melihat bukti ilmiah bahwa ibuprofen dapat memberikan dampak negatif pada penderita virus corona.”
“Kami akan terus bekerjasama dengan WHO, European Medicines Agency (EMA), dan otoritas kesehatan, dan kami akan segera menyediakan informasi dan panduan yang diperlukan terkait penggunaan produk kami.” Jelas Benckiser, seperti dilansir StraightTimes.
Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran menjelaskan bahwa jenis obat tersebut justru dapat memperburuk keadaan penyakit. Veran mengatakan hal itu berdasarkan hasil studi dari jurnal medis The Lancet.
Ia kemudian menganjurkan penderita yang sudah terlanjur mengkonsumsi Ibuprofen untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Christian Lindmeier, Juru bicara dari WHO kemudian menjelaskan untuk saat ini pihaknya lebih merekomendasikan penggunaan paracetamol dibandingkan ibuprofen, apalagi tanpa resep dokter.
Reckitt Benckiser, selaku juru bicara dari perusahaan farmasi produsen ibuprofen kemudian angkat bicara.
“Ibuprofen ialah obat yang telah digunakan dengan aman selama 30 tahun lebih. Dan kami belum melihat bukti ilmiah bahwa ibuprofen dapat memberikan dampak negatif pada penderita virus corona.”
“Kami akan terus bekerjasama dengan WHO, European Medicines Agency (EMA), dan otoritas kesehatan, dan kami akan segera menyediakan informasi dan panduan yang diperlukan terkait penggunaan produk kami.” Jelas Benckiser, seperti dilansir StraightTimes.