Pulang Pisau (ANTARA) - Koordinator tim medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Pulang Pisau dr Andi Yogi Putra mengaku masih ada masyarakat setempat yang memberikan celoteh miring kepada para medis yang saat ini selalu siap dalam memberikan penanganan COVID-19.
“Masih ada celoteh miring terhadap kami. Tapi mau bagaimana lagi, itulah risiko yang kami terima. Kebanggaan dan kebahagian bagi kami adalah bagaimana bisa merawat dan menangani pasien hingga kembali sembuh,” kata Yogi di Pulang Pisau, Kamis.
Yogi menceritakan, sejak pandemi COVID-19 mulai merebak di Kalimantan Tengah beberapa bulan lalu, para medis di kabupaten setempat sudah diminta untuk siap dan siaga. Bukan saja waktu yang ada disibukkan dengan berbagai permasalahan penyebaran dan penanganan COVID-19, secara otomatis waktu berkumpul para medis dengan keluarga juga ikut berkurang.
Menurut Yogi, bahkan ada beberapa tenaga medis yang tidak pulang dalam beberapa minggu ini karena merawat pasien COVID-19 dirawat di Rumah Singgah Handep Hapakat yang sementara menggunakan bangunan Christiany Center.
Untuk para medis yang tidak pulang tersebut cukup beralasan karena ada kekhawatiran bagi mereka bisa menularkan COVID-19 kepada keluarga.
“Pada umumnya keluarga inti dari para medis sudah mengetahui risiko dalam bekerja. Keluarga para medis juga mengetahui setiap pulang bekerja tidak bisa langsung berkumpul dengan keluarga tetapi harus membersihkan diri dahulu dan sejauh ini tidak ada masalah dengan keluarga masing-masing,” ucap Yogi.
Yogi mengungkapkan setiap 10 hari petugas medis yang menangani pasien COVID-19 dilakukan skrining secara rutin untuk mengetahui apakah petugas medis terpapar atau tidak COVID-19.
Sejauh ini tidak ada para medis yang terpapar, dan dirinya juga terus mengingatkan teman-teman para medis untuk selalu menerapkan protokol dalam penanganan pasien yang terindikasi maupun terpapar COVID-19.
“Sebelumnya ada satu tenaga medis yang dirapid test hasilnya reaktif, tetapi setelah dilakukan tes swab hasilnya negatif,” jelas Yogi.
Terkait dengan anggapan miring hingga pengucilan di lingkungan tempat tinggal para medis, Yogi mengungkapkan hal tersebut juga masih sering didengar, tetapi tidak sampai ekstrem seperti pengusiran.
Saat para medis pulang ke rumah, ada saja tetangga yang mempermasalahkannya karena khawatir memicu penularan COVID-19. Bahkan keluarga para medis sendiri pun ada yang meminta agar tidak pulang sementara waktu, meski para medis tidak ada yang terpapar COVID-19.
Dikatakan Yogi, tidak bisa dipungkiri anggapan miring dan celoteh dari masyarakat bisa menjadi beban dan tekanan emosional bagi para medis. Namun untuk menghindari tingkat stress yang cukup tinggi, mereka terus diingatkan kepada tugas dan tanggungjawab serta tetap komitmen untuk merawat pasien hingga sembuh.
Baca juga: Pemkab Pulpis tindaklanjuti keluhan para sopir angkutan beras
Baca juga: Gugus Tugas Pulpis jelaskan mengenai surat bebas COVID-19
“Masih ada celoteh miring terhadap kami. Tapi mau bagaimana lagi, itulah risiko yang kami terima. Kebanggaan dan kebahagian bagi kami adalah bagaimana bisa merawat dan menangani pasien hingga kembali sembuh,” kata Yogi di Pulang Pisau, Kamis.
Yogi menceritakan, sejak pandemi COVID-19 mulai merebak di Kalimantan Tengah beberapa bulan lalu, para medis di kabupaten setempat sudah diminta untuk siap dan siaga. Bukan saja waktu yang ada disibukkan dengan berbagai permasalahan penyebaran dan penanganan COVID-19, secara otomatis waktu berkumpul para medis dengan keluarga juga ikut berkurang.
Menurut Yogi, bahkan ada beberapa tenaga medis yang tidak pulang dalam beberapa minggu ini karena merawat pasien COVID-19 dirawat di Rumah Singgah Handep Hapakat yang sementara menggunakan bangunan Christiany Center.
Untuk para medis yang tidak pulang tersebut cukup beralasan karena ada kekhawatiran bagi mereka bisa menularkan COVID-19 kepada keluarga.
“Pada umumnya keluarga inti dari para medis sudah mengetahui risiko dalam bekerja. Keluarga para medis juga mengetahui setiap pulang bekerja tidak bisa langsung berkumpul dengan keluarga tetapi harus membersihkan diri dahulu dan sejauh ini tidak ada masalah dengan keluarga masing-masing,” ucap Yogi.
Yogi mengungkapkan setiap 10 hari petugas medis yang menangani pasien COVID-19 dilakukan skrining secara rutin untuk mengetahui apakah petugas medis terpapar atau tidak COVID-19.
Sejauh ini tidak ada para medis yang terpapar, dan dirinya juga terus mengingatkan teman-teman para medis untuk selalu menerapkan protokol dalam penanganan pasien yang terindikasi maupun terpapar COVID-19.
“Sebelumnya ada satu tenaga medis yang dirapid test hasilnya reaktif, tetapi setelah dilakukan tes swab hasilnya negatif,” jelas Yogi.
Terkait dengan anggapan miring hingga pengucilan di lingkungan tempat tinggal para medis, Yogi mengungkapkan hal tersebut juga masih sering didengar, tetapi tidak sampai ekstrem seperti pengusiran.
Saat para medis pulang ke rumah, ada saja tetangga yang mempermasalahkannya karena khawatir memicu penularan COVID-19. Bahkan keluarga para medis sendiri pun ada yang meminta agar tidak pulang sementara waktu, meski para medis tidak ada yang terpapar COVID-19.
Dikatakan Yogi, tidak bisa dipungkiri anggapan miring dan celoteh dari masyarakat bisa menjadi beban dan tekanan emosional bagi para medis. Namun untuk menghindari tingkat stress yang cukup tinggi, mereka terus diingatkan kepada tugas dan tanggungjawab serta tetap komitmen untuk merawat pasien hingga sembuh.
Baca juga: Pemkab Pulpis tindaklanjuti keluhan para sopir angkutan beras
Baca juga: Gugus Tugas Pulpis jelaskan mengenai surat bebas COVID-19