Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal S Depari mengatakan pemberitaan tentang COVID-19 di media massa harus mencerahkan dan menenangkan masyarakat.
"PWI tidak akan lelah mengingatkan teman-teman wartawan, tidak usah genit-genit dalam pemberitaan," kata Atal dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Jumat.
Atal mengatakan pers memang tidak akan bisa seragam. Kadang kala, masih ada media yang memberikan judul berita berbeda dengan isi berita untuk memancing perhatian pembaca. Praktik jurnalisme seperti itu dikhawatirkan bisa menyesatkan masyarakat, terutama yang hanya membaca judul tanpa membaca isi berita.
Meskipun sebagian wartawan mulai lelah dan frustasi akibat dampak pandemi COVID-19, Atal mengatakan wartawan tidak akan menyerah dan terus memberitakan dampak dan penanganan COVID-19.
"Kita sudah hampir tiga bulan lelah, wartawan juga hampir frustasi, bukan dalam meliput berita melainkan mungkin tidak dibekali alat kesehatan yang memadai oleh perusahaan medianya. Namun, kami tidak akan cengeng," tuturnya.
Atal mengatakan selama ini media cukup agresif memberitakan protokol kesehatan selama COVID-19 mulai dari mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir serta penggunaan masker.
"Media juga memberitakan inisiatif-inisiatif positif yang dilakukan masyarakat tanpa mengabaikan koreksi dan kritik terhadap penyelenggaraan yang masih kurang baik," katanya.
Pers juga melakukan langkah nyata dengan melakukan penggalangan dana. PWI misalnya, melalui PWI Peduli menggalang dana untuk masyarakat maupun wartawan yang terdampak COVID-19, termasuk untuk tenaga medis.
"PWI tidak akan lelah mengingatkan teman-teman wartawan, tidak usah genit-genit dalam pemberitaan," kata Atal dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Jumat.
Atal mengatakan pers memang tidak akan bisa seragam. Kadang kala, masih ada media yang memberikan judul berita berbeda dengan isi berita untuk memancing perhatian pembaca. Praktik jurnalisme seperti itu dikhawatirkan bisa menyesatkan masyarakat, terutama yang hanya membaca judul tanpa membaca isi berita.
Meskipun sebagian wartawan mulai lelah dan frustasi akibat dampak pandemi COVID-19, Atal mengatakan wartawan tidak akan menyerah dan terus memberitakan dampak dan penanganan COVID-19.
"Kita sudah hampir tiga bulan lelah, wartawan juga hampir frustasi, bukan dalam meliput berita melainkan mungkin tidak dibekali alat kesehatan yang memadai oleh perusahaan medianya. Namun, kami tidak akan cengeng," tuturnya.
Atal mengatakan selama ini media cukup agresif memberitakan protokol kesehatan selama COVID-19 mulai dari mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir serta penggunaan masker.
"Media juga memberitakan inisiatif-inisiatif positif yang dilakukan masyarakat tanpa mengabaikan koreksi dan kritik terhadap penyelenggaraan yang masih kurang baik," katanya.
Pers juga melakukan langkah nyata dengan melakukan penggalangan dana. PWI misalnya, melalui PWI Peduli menggalang dana untuk masyarakat maupun wartawan yang terdampak COVID-19, termasuk untuk tenaga medis.