Jakarta (ANTARA) - Aplikasi media sosial TikTok mengatakan pemerintah China tidak meminta data pengguna, menyusul kebijakan India untuk memblokir 59 aplikasi asal China.
Dikutip dari Reuters, Minggu, dalam surat kepada pemerintah India, Kepala Eksekutif TikTok Kevin Mayer mengatakan pemerintah China tidak pernah meminta data pengguna.
Dia juga menegaskan bahwa perusahaan tidak akan memberikannya jika pun diminta.
TikTok, yang tidak tersedia di China, dimiliki oleh perusahaan asal China ByteDance yang berupaya menarik pengguna global.
Bersama dengan 58 aplikasi China lainnya, termasuk WeChat milik Tencent dan UC Browser milik Alibaba, TikTok dilarang penggunaannya di India pekan lalu, setelah bentrokan perbatasan antara India dan China.
"Saya dapat mengkonfirmasi bahwa pemerintah China tidak pernah meminta kepada kami data TikTok dari pengguna India," ujar Mayer, dalam surat kepada pemerintah India.
Baca juga: Youtube uji coba format video pendek mirip TikTok
Baca juga: TikTok sediakan platform untuk bisnis
Baca juga: Uni Eropa bentuk tim pengawas TikTok
Dia mengatakan bahwa data pengguna India disimpan di server yang berlokasi di Singapura.
"Jika kami menerima permintaan seperti itu di masa depan, kami tidak akan mematuhinya," Mayer melanjutkan.
Surat itu dikirim sebelum pertemuan antara perusahaan dan pemerintah India yang kemungkinan akan berlangsung pekan ini, menurut sumber kepada Reuters.
Sementara, sumber pemerintah India kepada Reuters mengatakan bahwa larangan tersebut tidak mungkin dicabut dalam waktu dekat. Kesepakatan akan sulit dicapai mengingat India menyebut "kekhawatiran keamanan nasional" sebagai alasan adanya larangan tersebut.
Larangan, yang mengecewakan seleb TikTok yang semakin banyak di India, juga memberi dorongan kepada pesaing lokal, seperti Roposo, yang jumlah penggunanya bertambah 22 juta dalam 48 jam setelah larangan tersebut diberlakukan.
TikTok telah berkomitmen untuk melakukan investasi 1 miliar dolar AS di wilayah tersebut. Sejak diluncurkan pada 2017, TikTok menjadi salah satu aplikasi media sosial yang paling cepat berkembang. India adalah pasar terbesar pengguna TikTok, diikuti oleh Amerika Serikat.
Dalam surat itu, Mayer mengatakan TikTok memiliki lebih dari 3.500 karyawan langsung dan tidak langsung, serta kontennya tersedia dalam 14 bahasa.
"Privasi pengguna kami, serta keamanan dan kedaulatan India, sangat penting bagi kami," ujar Mayer.
"Kami telah mengumumkan rencana kami untuk membangun pusat data di India," dia menambahkan.
Dikutip dari Reuters, Minggu, dalam surat kepada pemerintah India, Kepala Eksekutif TikTok Kevin Mayer mengatakan pemerintah China tidak pernah meminta data pengguna.
Dia juga menegaskan bahwa perusahaan tidak akan memberikannya jika pun diminta.
TikTok, yang tidak tersedia di China, dimiliki oleh perusahaan asal China ByteDance yang berupaya menarik pengguna global.
Bersama dengan 58 aplikasi China lainnya, termasuk WeChat milik Tencent dan UC Browser milik Alibaba, TikTok dilarang penggunaannya di India pekan lalu, setelah bentrokan perbatasan antara India dan China.
"Saya dapat mengkonfirmasi bahwa pemerintah China tidak pernah meminta kepada kami data TikTok dari pengguna India," ujar Mayer, dalam surat kepada pemerintah India.
Baca juga: Youtube uji coba format video pendek mirip TikTok
Baca juga: TikTok sediakan platform untuk bisnis
Baca juga: Uni Eropa bentuk tim pengawas TikTok
Dia mengatakan bahwa data pengguna India disimpan di server yang berlokasi di Singapura.
"Jika kami menerima permintaan seperti itu di masa depan, kami tidak akan mematuhinya," Mayer melanjutkan.
Surat itu dikirim sebelum pertemuan antara perusahaan dan pemerintah India yang kemungkinan akan berlangsung pekan ini, menurut sumber kepada Reuters.
Sementara, sumber pemerintah India kepada Reuters mengatakan bahwa larangan tersebut tidak mungkin dicabut dalam waktu dekat. Kesepakatan akan sulit dicapai mengingat India menyebut "kekhawatiran keamanan nasional" sebagai alasan adanya larangan tersebut.
Larangan, yang mengecewakan seleb TikTok yang semakin banyak di India, juga memberi dorongan kepada pesaing lokal, seperti Roposo, yang jumlah penggunanya bertambah 22 juta dalam 48 jam setelah larangan tersebut diberlakukan.
TikTok telah berkomitmen untuk melakukan investasi 1 miliar dolar AS di wilayah tersebut. Sejak diluncurkan pada 2017, TikTok menjadi salah satu aplikasi media sosial yang paling cepat berkembang. India adalah pasar terbesar pengguna TikTok, diikuti oleh Amerika Serikat.
Dalam surat itu, Mayer mengatakan TikTok memiliki lebih dari 3.500 karyawan langsung dan tidak langsung, serta kontennya tersedia dalam 14 bahasa.
"Privasi pengguna kami, serta keamanan dan kedaulatan India, sangat penting bagi kami," ujar Mayer.
"Kami telah mengumumkan rencana kami untuk membangun pusat data di India," dia menambahkan.