Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah mencatat selama September 2020, indeks harga konsumen (IHK) di level pedagang eceran di provinsi ini, gabungan Kota Palangka Raya dan sampit, terjadi deflasi 0.39 persen atau penurunan dari 104,59 pada Agustus 2020 menjadi 104,28.
Kabid Distribusi BPS Kalteng Akhmad Tantowi di Palangka Raya, Kamis, mengatakan kelompok pengeluaran yang mendominasi pengaruh deflasi ini adalah penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,84 persen dan kelompok transportasi 0,71 persen.
"Laju infasi tahun kalender (0,13 persen) secara umum dipicu oleh kenaikan indeks harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (7,84 persen) dan kelompok kesehatan (1,07 persen)," tambahnya.
Dikatakan, Selama September 2020, komponen energi relatif tidak memiliki pengaruh terhadap sebagian besar perubahan tingkat harga kebutuhan bahan pokok, baik di Palangka Raya maupun di Sampit. Hal ini terlihat dari rendahnya indeks harga komponen energi di Palangka Raya (97,45) dan Sampit (97,39).
Sementara itu, komponen bahan makanan mendominasi andil terhadap deflasi, baik di Palangka Raya (1,56 persen) maupun Sampit (0,79 persen). Selama satu semester terakhir, komponen energi selalu mengalami laju inflasi negatif di kedua kota kecuali pada bulan September 2020 hanya terjadi di Sampit.
"Sebaliknya, komponen makanan baru menunjukkan deflasi untuk ketiga kalinya terhitung sejak Juli hingga September ini dalam kurun satu semester terakhir," ucap Akhmad.
Baca juga: DPRD Kalteng tingkatkan referensi terkait penyertaan modal
Berdasarkan data BPS Kalteng, selama September 2020 di Palangka Raya terjadi deflasi sebesar 0,36 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,45 (Agustus 2020) menjadi 104,07 (September 2020). Terjadinya deflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau (1,06 persen) dan kelompok transportasi (0,82 persen).
Besarnya laju deflasi tahun kalender (0,31 persen) merupakan dampak dari penurunan indeks harga pada kelompok transportasi (3,65 persen), kelompok makanan, minuman dan tembakau (2,04 persen), serta kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan (1,43 persen).
Akhmad mengatakan sejalan dengan yang terjadi di Palangka Raya, Sampit pun mengalami deflasi sebesar 0,30 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,95 (Agustus 2020) menjadi 104,74 (September 2020).
"Terjadinya deflasi dipengaruhi oleh penurunan indeks harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,56 persen), kelompok transportasi (0,56 persen), serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,34 persen)," demikian Akhmad.
Baca juga: Pemprov dorong percepatan penanganan COVID-19 di Barito Utara
Baca juga: Sektor perkebunan menjadi penopang perekonomian di Kalteng
Kabid Distribusi BPS Kalteng Akhmad Tantowi di Palangka Raya, Kamis, mengatakan kelompok pengeluaran yang mendominasi pengaruh deflasi ini adalah penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,84 persen dan kelompok transportasi 0,71 persen.
"Laju infasi tahun kalender (0,13 persen) secara umum dipicu oleh kenaikan indeks harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (7,84 persen) dan kelompok kesehatan (1,07 persen)," tambahnya.
Dikatakan, Selama September 2020, komponen energi relatif tidak memiliki pengaruh terhadap sebagian besar perubahan tingkat harga kebutuhan bahan pokok, baik di Palangka Raya maupun di Sampit. Hal ini terlihat dari rendahnya indeks harga komponen energi di Palangka Raya (97,45) dan Sampit (97,39).
Sementara itu, komponen bahan makanan mendominasi andil terhadap deflasi, baik di Palangka Raya (1,56 persen) maupun Sampit (0,79 persen). Selama satu semester terakhir, komponen energi selalu mengalami laju inflasi negatif di kedua kota kecuali pada bulan September 2020 hanya terjadi di Sampit.
"Sebaliknya, komponen makanan baru menunjukkan deflasi untuk ketiga kalinya terhitung sejak Juli hingga September ini dalam kurun satu semester terakhir," ucap Akhmad.
Baca juga: DPRD Kalteng tingkatkan referensi terkait penyertaan modal
Berdasarkan data BPS Kalteng, selama September 2020 di Palangka Raya terjadi deflasi sebesar 0,36 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,45 (Agustus 2020) menjadi 104,07 (September 2020). Terjadinya deflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau (1,06 persen) dan kelompok transportasi (0,82 persen).
Besarnya laju deflasi tahun kalender (0,31 persen) merupakan dampak dari penurunan indeks harga pada kelompok transportasi (3,65 persen), kelompok makanan, minuman dan tembakau (2,04 persen), serta kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan (1,43 persen).
Akhmad mengatakan sejalan dengan yang terjadi di Palangka Raya, Sampit pun mengalami deflasi sebesar 0,30 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,95 (Agustus 2020) menjadi 104,74 (September 2020).
"Terjadinya deflasi dipengaruhi oleh penurunan indeks harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,56 persen), kelompok transportasi (0,56 persen), serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,34 persen)," demikian Akhmad.
Baca juga: Pemprov dorong percepatan penanganan COVID-19 di Barito Utara
Baca juga: Sektor perkebunan menjadi penopang perekonomian di Kalteng