Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema mengingatkan pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan upaya sistematis dan komprehensif guna mencegah kepunahan sejumlah spesies ikan.
"Misal mengurangi pencemaran sungai tempat hidup ikan," kata Yohanis Fransiskus Lema yang kerap disapa Ansy dalam rilisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan, sumber daya ikan di perairan umum selalu memiliki keterkaitan dengan sektor kehutanan, pertambangan, sumber daya air, aktivitas industri di tepi sungai, hingga perubahan cuaca.
Untuk itu, ujar dia, berbagai faktor seperti kerusakan hutan semakin tidak terkendali, kegiatan penambangan tambah marak, dan pembuangan limbah industri tanpa kendali, otomatis membuat kualitas air sungai memburuk.
"Penurunan kualitas air, terkena berbagai virus, lalu (ikan) mati. Populasi ikan pun merosot tajam. Apalagi, ruang gerak ikan dalam sungai sangat terbatas," paparnya.
Ansy mencontohkan di Sumsel ada Sungai Musi yang kaya akan ikan air tawar, baik dalam jumlah maupun spesiesnya. Namun, tidak sedikit spesies ikan air tawar khas Sumatera Selatan yang terancam punah.
Ia mencontohkan ikan belida yang menjadi ikon Sungai Musi misalnya, juga semakin sulit ditemukan. Daging ikan ini merupakan bahan baku utama pembuatan pempek.
Kini, lanjut Ansy, kalau ingin membuat pempek yang berkualitas bagus, produsen terpaksa mendatangkan ikan belida dari Kalimantan atau daerah lain di Sumatera.
"Penurunan populasi ikan di Sungai Musi ini harus mendapat perhatian. Dalam ilmu ekologi, hilang atau menurunnya populasi suatu jenis ikan sedikit banyak akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perairan,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja mengungkapkan keunggulan sistem bioflok dalam meningkatkan produktivitas budi daya perikanan sehingga diharapkan kalangan pembudidaya di berbagai daerah dapat menerapkannya.
"Pemerintah tengah memacu pertumbuhan produktivitas perikanan budi daya, misalnya melalui penerapan teknologi baru sistem bioflok recirculating aquaculture system," kata Sjarief.
Menurut dia, sistem ini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengembangan budi daya skala rumah tangga karena dapat dilakukan di lahan yang sempit, seperti di perkarangan belakang rumah dengan tetap menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen dan udara.
"Misal mengurangi pencemaran sungai tempat hidup ikan," kata Yohanis Fransiskus Lema yang kerap disapa Ansy dalam rilisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan, sumber daya ikan di perairan umum selalu memiliki keterkaitan dengan sektor kehutanan, pertambangan, sumber daya air, aktivitas industri di tepi sungai, hingga perubahan cuaca.
Untuk itu, ujar dia, berbagai faktor seperti kerusakan hutan semakin tidak terkendali, kegiatan penambangan tambah marak, dan pembuangan limbah industri tanpa kendali, otomatis membuat kualitas air sungai memburuk.
"Penurunan kualitas air, terkena berbagai virus, lalu (ikan) mati. Populasi ikan pun merosot tajam. Apalagi, ruang gerak ikan dalam sungai sangat terbatas," paparnya.
Ansy mencontohkan di Sumsel ada Sungai Musi yang kaya akan ikan air tawar, baik dalam jumlah maupun spesiesnya. Namun, tidak sedikit spesies ikan air tawar khas Sumatera Selatan yang terancam punah.
Ia mencontohkan ikan belida yang menjadi ikon Sungai Musi misalnya, juga semakin sulit ditemukan. Daging ikan ini merupakan bahan baku utama pembuatan pempek.
Kini, lanjut Ansy, kalau ingin membuat pempek yang berkualitas bagus, produsen terpaksa mendatangkan ikan belida dari Kalimantan atau daerah lain di Sumatera.
"Penurunan populasi ikan di Sungai Musi ini harus mendapat perhatian. Dalam ilmu ekologi, hilang atau menurunnya populasi suatu jenis ikan sedikit banyak akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perairan,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja mengungkapkan keunggulan sistem bioflok dalam meningkatkan produktivitas budi daya perikanan sehingga diharapkan kalangan pembudidaya di berbagai daerah dapat menerapkannya.
"Pemerintah tengah memacu pertumbuhan produktivitas perikanan budi daya, misalnya melalui penerapan teknologi baru sistem bioflok recirculating aquaculture system," kata Sjarief.
Menurut dia, sistem ini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengembangan budi daya skala rumah tangga karena dapat dilakukan di lahan yang sempit, seperti di perkarangan belakang rumah dengan tetap menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen dan udara.