Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah mencatat indeks harga konsumen di provinsi setempat selama Desember 2020 sebesar 105,21 poin atau terjadi inflasi 0,35 persen, akibat adanya kenaikan dibanding November 2020 yang hanya 104,84 poin.
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Senin, mengatakan inflasi 0,35 persen itu dipengaruhi adanya peningkatan indeks harga pada pengeluaran di kelompok transportasi mencapai 1,58 persen, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sekitar 0,54 persen.
"Pengeluaran untuk kelompok pakaian dan alas kaki juga memberikan pengaruh sekitar 0,23 persen," tambah Eko.
Untuk laju inflasi tahun kalender dan inflasi tahun ke tahun di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,03 persen. Secara umum inflasi itu dipicu oleh kenaikan
indeks harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 7,85 persen, kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran 1,64 persen, serta kelompok kesehatan 1,26 persen.
Eko mengatakan selama Desember 2020, komponen energi relatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sebagian besar perubahan tingkat harga kebutuhan bahan pokok, baik di Palangka Raya ataupun Sampit.
"Itu terlihat dari rendahnya indeks harga komponen energi di Palangka Raya (96,78) dan Sampit (97,76). Tapi komponen bahan makanan, mendominasi andil terhadap inflasi, baik di Palangka Raya (0,21 persen) maupun Sampit (0,10 persen)," ucapnya.
Meskipun komponen energi relatif selalu mengalami deflasi di kedua kota selama setahun terakhir, namun Sampit mengalami inflasi pada Desember 2020 untuk kategori ini sebesar 0,04 persen.
Baca juga: Pemeriksaan swab di Kalteng capai 34 ribu orang lebih
"Hal berbeda ditunjukkan oleh komponen bahan makanan yang tetap mengalami inflasi baik di Kota Palangka Raya maupun Kota Sampit," kata Eko.
Komoditas daging ayam ras yang menjadi komoditas dengan andil terbesar dalam memicu inflasi baik di Palangka Raya maupun Sampit pada Oktober dan November 2020, kini menjadi komoditas yang memberikan andil reduktif terbesar pada inflasi Desember 2020.
"Emas perhiasan juga menjadi instrumen reduktif terhadap kenaikan indeks harga secara umum di kedua kota," kata Eko.
Sementara sebagian besar komoditas pemicu inflasi baik di Palangka Raya maupun Sampit memiliki kesamaan, yaitu angkutan udara, cabai rawit, ikan gabus, telur ayam ras, semangka, bawang merah, dan cabai merah.
Baca juga: BKSDA imbau masyarakat Kotim tingkatkan kewaspadaan serangan buaya
Baca juga: Gubernur tinjau kondisi ruas jalan di Kalteng
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Senin, mengatakan inflasi 0,35 persen itu dipengaruhi adanya peningkatan indeks harga pada pengeluaran di kelompok transportasi mencapai 1,58 persen, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sekitar 0,54 persen.
"Pengeluaran untuk kelompok pakaian dan alas kaki juga memberikan pengaruh sekitar 0,23 persen," tambah Eko.
Untuk laju inflasi tahun kalender dan inflasi tahun ke tahun di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,03 persen. Secara umum inflasi itu dipicu oleh kenaikan
indeks harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 7,85 persen, kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran 1,64 persen, serta kelompok kesehatan 1,26 persen.
Eko mengatakan selama Desember 2020, komponen energi relatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sebagian besar perubahan tingkat harga kebutuhan bahan pokok, baik di Palangka Raya ataupun Sampit.
"Itu terlihat dari rendahnya indeks harga komponen energi di Palangka Raya (96,78) dan Sampit (97,76). Tapi komponen bahan makanan, mendominasi andil terhadap inflasi, baik di Palangka Raya (0,21 persen) maupun Sampit (0,10 persen)," ucapnya.
Meskipun komponen energi relatif selalu mengalami deflasi di kedua kota selama setahun terakhir, namun Sampit mengalami inflasi pada Desember 2020 untuk kategori ini sebesar 0,04 persen.
Baca juga: Pemeriksaan swab di Kalteng capai 34 ribu orang lebih
"Hal berbeda ditunjukkan oleh komponen bahan makanan yang tetap mengalami inflasi baik di Kota Palangka Raya maupun Kota Sampit," kata Eko.
Komoditas daging ayam ras yang menjadi komoditas dengan andil terbesar dalam memicu inflasi baik di Palangka Raya maupun Sampit pada Oktober dan November 2020, kini menjadi komoditas yang memberikan andil reduktif terbesar pada inflasi Desember 2020.
"Emas perhiasan juga menjadi instrumen reduktif terhadap kenaikan indeks harga secara umum di kedua kota," kata Eko.
Sementara sebagian besar komoditas pemicu inflasi baik di Palangka Raya maupun Sampit memiliki kesamaan, yaitu angkutan udara, cabai rawit, ikan gabus, telur ayam ras, semangka, bawang merah, dan cabai merah.
Baca juga: BKSDA imbau masyarakat Kotim tingkatkan kewaspadaan serangan buaya
Baca juga: Gubernur tinjau kondisi ruas jalan di Kalteng