Lubukbasung (ANTARA) - Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat total kematian ikan secara massal di Danau Maninjau menjadi 15 ton.
"Ini data yang kita peroleh dari petani keramba jaring apung di danau vulkanik itu," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto didampingi Penyuluh Perikanan Asrul di Lubukbasung, Rabu.
Ia mengatakan, 15 ton ikan itu tersebar di Nagari Bayua sebanyak lima ton dan Nagari Koto Malintang 10 ton.
Ikan itu berasal dari puluhan keramba jaring apung milik puluhan petani.
"Satu keramba jaring apung dengan kematian sekitar 100 sampai 200 kilogram," katanya.
Ia menambahkan, ikan itu mati secara massal akibat angin kencang melanda daerah tersebut semenjak beberapa hari terakhir.
Dengan kondisi itu, ikan menjadi pusing dan mengapung ke permukaan danau vulkanik itu setelah oksigen berkurang di dasar danau.
Setelah itu ikan mati secara massal dan bangkai ikan mengapung di dalam keramba jaring apung.
"Total kerugian petani akibat kematian itu sekitar Rp300 juta dan kematian terjadi semenjak Selasa (2/2) sekitar satu ton," katanya.
Ermanto mengimbau nelayan untuk memanen ikan untuk dipindahkan ke kolam air deras dalam mengantisipasi kerugian cukup besar.
Ini mengingat bahwa potensi kematian ikan itu masih besar, mengingat angin masih kencang melanda daerah itu.
Sementara Wali Nagari Koto Malintang, Naziruddin menambahkan kematian ikan 10 ton itu tersebar di masing-masing jorong.
Namun yang terbanyak di Talao, Jorong Rambai.
"Bangkai ikan itu telah dikumpulkan petani ke dalam goni yang ditarok di dalam keramba jaring apung," katanya.
"Ini data yang kita peroleh dari petani keramba jaring apung di danau vulkanik itu," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto didampingi Penyuluh Perikanan Asrul di Lubukbasung, Rabu.
Ia mengatakan, 15 ton ikan itu tersebar di Nagari Bayua sebanyak lima ton dan Nagari Koto Malintang 10 ton.
Ikan itu berasal dari puluhan keramba jaring apung milik puluhan petani.
"Satu keramba jaring apung dengan kematian sekitar 100 sampai 200 kilogram," katanya.
Ia menambahkan, ikan itu mati secara massal akibat angin kencang melanda daerah tersebut semenjak beberapa hari terakhir.
Dengan kondisi itu, ikan menjadi pusing dan mengapung ke permukaan danau vulkanik itu setelah oksigen berkurang di dasar danau.
Setelah itu ikan mati secara massal dan bangkai ikan mengapung di dalam keramba jaring apung.
"Total kerugian petani akibat kematian itu sekitar Rp300 juta dan kematian terjadi semenjak Selasa (2/2) sekitar satu ton," katanya.
Ermanto mengimbau nelayan untuk memanen ikan untuk dipindahkan ke kolam air deras dalam mengantisipasi kerugian cukup besar.
Ini mengingat bahwa potensi kematian ikan itu masih besar, mengingat angin masih kencang melanda daerah itu.
Sementara Wali Nagari Koto Malintang, Naziruddin menambahkan kematian ikan 10 ton itu tersebar di masing-masing jorong.
Namun yang terbanyak di Talao, Jorong Rambai.
"Bangkai ikan itu telah dikumpulkan petani ke dalam goni yang ditarok di dalam keramba jaring apung," katanya.