Jakarta (ANTARA) - Facebook menambah daftar klaim palsu terkait virus corona, vaksin COVID-19 dan vaksin secara umum, yang akan membuat sebuah unggahan itu dihapus dari platformnya, salah satunya adalah yang menyebutkan vaksin dapat menyebabkan autisme.
Facebook telah mengambil tindakan tegas dengan menghapus informasi yang tidak benar tentang COVID-19 pada akhir tahun lalu, dan memberi tahu pengguna ketika mereka berinteraksi dengan postingan yang berisi klaim palsu.
Dikutip dari The Verge, Selasa, Facebook kini menambah daftar klaim terkait vaksin COVID-19 yang akan dihapus, yakni yang menyebut bahwa COVID-19 adalah buatan manusia, vaksin tidak efektif mencegah penyakit, lebih aman tertular penyakit daripada mendapatkan vaksin, dan vaksin berbahaya, beracun atau menyebabkan autisme.
Baca juga: Facebook diblokir, warga Myanmar beralih ke Twitter bela hasil pemilu
Baca juga: Facebook Myanmar diblokir setelah kudeta
Facebook mengatakan akan segera memberlakukan kebijakan ini, dengan fokus pada grup, halaman dan akun yang berbagi konten daftar klaim tidak benar tersebut.
Raksasa media sosial itu juga mengatakan akan mempertimbangkan untuk menghapus sumber postingan sepenuhnya jika mereka berulang kali melanggar.
Facebook mengatakan hanya akan memberlakukan perubahan ini selama "darurat kesehatan COVID," yang diharapkan penghapusan konten mengenai klaim tersebut dapat berdampak pada gerakan anti-vaksin di Facebook.
Di luar perubahan kebijakan tersebut, Facebook juga melakukan penyesuaian bagaimana mendapat informasi faktual COVID-19 di Facebook dan Instagram.
Facebook akan menampilkan tautan ke informasi seputar vaksin dan untuk mendaftar atau mendapatkan vaksinasi di Pusat Informasi COVID-19, dan juga berencana untuk membawa fitur tersebut ke Instagram.
Facebook juga mengatakan terus meningkatkan pencarian di kedua platform tersebut untuk memunculkan "hasil yang lebih relevan" ketika pengguna mencari sesuatu yang terkait COVID-19.
Selain itu, Facebook juga memberikan 120 juta dolar AS dalam bentuk kredit iklan untuk "membantu kementerian kesehatan, LSM, dan badan-badan PBB" menyebarkan informasi vaksin COVID-19 ke miliaran pengguna Facebook.
Facebook telah mengambil tindakan tegas dengan menghapus informasi yang tidak benar tentang COVID-19 pada akhir tahun lalu, dan memberi tahu pengguna ketika mereka berinteraksi dengan postingan yang berisi klaim palsu.
Dikutip dari The Verge, Selasa, Facebook kini menambah daftar klaim terkait vaksin COVID-19 yang akan dihapus, yakni yang menyebut bahwa COVID-19 adalah buatan manusia, vaksin tidak efektif mencegah penyakit, lebih aman tertular penyakit daripada mendapatkan vaksin, dan vaksin berbahaya, beracun atau menyebabkan autisme.
Baca juga: Facebook diblokir, warga Myanmar beralih ke Twitter bela hasil pemilu
Baca juga: Facebook Myanmar diblokir setelah kudeta
Facebook mengatakan akan segera memberlakukan kebijakan ini, dengan fokus pada grup, halaman dan akun yang berbagi konten daftar klaim tidak benar tersebut.
Raksasa media sosial itu juga mengatakan akan mempertimbangkan untuk menghapus sumber postingan sepenuhnya jika mereka berulang kali melanggar.
Facebook mengatakan hanya akan memberlakukan perubahan ini selama "darurat kesehatan COVID," yang diharapkan penghapusan konten mengenai klaim tersebut dapat berdampak pada gerakan anti-vaksin di Facebook.
Di luar perubahan kebijakan tersebut, Facebook juga melakukan penyesuaian bagaimana mendapat informasi faktual COVID-19 di Facebook dan Instagram.
Facebook akan menampilkan tautan ke informasi seputar vaksin dan untuk mendaftar atau mendapatkan vaksinasi di Pusat Informasi COVID-19, dan juga berencana untuk membawa fitur tersebut ke Instagram.
Facebook juga mengatakan terus meningkatkan pencarian di kedua platform tersebut untuk memunculkan "hasil yang lebih relevan" ketika pengguna mencari sesuatu yang terkait COVID-19.
Selain itu, Facebook juga memberikan 120 juta dolar AS dalam bentuk kredit iklan untuk "membantu kementerian kesehatan, LSM, dan badan-badan PBB" menyebarkan informasi vaksin COVID-19 ke miliaran pengguna Facebook.