Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak bidang tumbuh kembang anak dan pediatri sosial dari Universitas Indonesia Prof. Soedjatmiko, Sp.A mengatakan edukasi mengenai pentingnya vaksin HPV pada anak perempuan di bawah 15 tahun tidak cukup hanya di ruang praktik mandiri namun harus diperluas melalui platform digital.
“Jadi saya selalu berpesan kepada teman-teman dokter atau spesialis anak yang memang punya waktu untuk bikin konten, sebarkanlah melalui media sosial. Tidak cukup hanya di ruang praktik,” kata Soedjatmiko dalam acara Kelas Jurnalis Lawan Kanker Leher Rahim di Era AI, di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan masih banyak dokter yang memberikan informasi penting terutama seputar vaksinasi HPV hanya di ruang praktik, sehingga jangkauan penerima informasinya tidak terlalu banyak. Tantangan lain adalah seringkali dokter juga tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyampaikan informasi karena antrean pasien yang banyak.
Ia mengatakan saat ini mayoritas masyarakat menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi lebih banyak. Maka itu ia menyarankan para dokter anak di era digital saat ini untuk memanfaatkan platform tersebut dalam menyebarkan edukasi terkait pentingnya vaksinasi HPV untuk mencegah kanker leher rahim pada perempuan.
Ia mengatakan platform media sosial yang bisa digunakan dokter untuk edukasi bisa berupa berbagi pesan tulisan di platform WhatsApp baik melalui grup ataupun pesan pribadi. Ia juga mengatakan memanfaatkan media ini terbilang menguntungkan karena pesan bisa dibaca berulang kali dan penerima pesan bisa menyebarkannya kembali sehingga edukasi tersebar secara lebih luas.
Selain itu dokter juga bisa mengunggah konten edukasi yang menarik di platform berbagi video seperti Instagram atau TikTok yang banyak digunakan masyarakat untuk berbagi tentang kesehatan dan pentingnya vaksinasi.
“Dengan media sosial itu ada beberapa manfaat. Satu, mudah disebarkan dengan cara saksama dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Yang kedua, bisa diteruskan lagi disebarkannya ke mana-mana. Yang ketiga, bisa menangkal segala hoaks itu. Kalau di ruang praktik, tidak akan sempat menangkal,” jelasnya.
Ia juga mengatakan edukasi kesehatan melalui media sosial juga perlu dipilah dari sumber yang terpercaya dan narasumber yang memang ahli di bidangnya. Ia mengingatkan konten bernada negatif dan hoaks tentang vaksinasi HPV seringkali dibagikan oleh orang yang bukan ahli di bidangnya.
Sasaran edukasi tentang vaksinasi HPV tidak hanya perlu dibagikan kepada kalangan orang tua namun juga menyeluruh seperti kepada guru di sekolah, organisasi masyarakat, kader dan dinas terkait serta seluruh kalangan masyarakat bahwa vaksinasi ini penting dan bermanfaat.
“Kita yakinkan masyarakat bahwa lebih dari 130 negara melakukan vaksinasi rutin berarti pakar-pakar di 130 negara itu menyatakan vaksin itu amat bermanfaat, jutaan remaja perempuan, dewasa di Indonesia setiap tahun terbukti akan bermanfaat, tidak menyebabkan rahim kering, tidak menyebabkan mandul, tidak menyebabkan kanker, jadi bahaya penyakitnya jauh lebih besar daripada KIPI-nya,” katanya.
Soedjatmiko mengatakan Human Papillomavirus atau virus HPV sangat rentan terjadi pada anak perempuan di bawah 15 tahun. Vaksinasi HPV pada anak perempuan usia 11 tahun atau kelas 5 SD menjadi prioritas pemerintah saat ini untuk mengeliminasi virus HPV penyebab kanker leher rahim.
