Jakarta (ANTARA) - Ahli radiologi payudara menemukan adanya pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak setelah vaksinasi COVID-19 yang tidak berbahaya yang hilang dalam beberapa hari. Berdasarkan hal ini, mereka merekomendasikan penundaan pemeriksaan payudara usai vaksinasi.
Pembengkakan kelenjar getah bening yang terdeteksi selama pemindaian MRI payudara bisa menyebabkan kekhawatiran, yang mengarah ke lebih banyak tes termasuk biopsi dan membuat seseorang cemas.
Dalam sebuah studi, para peneliti di Hospital of the University of Pennsylvania menemukan ada pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak berbahaya pada wanita yang baru-baru ini mendapatkan vaksinasi tak lama sebelum jadwal MRI mereka. Pembengkakan selalu terjadi di sisi tempat vaksinasi.
Ini efek samping dalam uji klinis Moderna. Peneliti menemukan sekitar 10 persen penerima vaksin mengalami pembengkakan kelenjar getah bening setelah dosis pertama. Kemudian, sekitar 14 persen peserta mengalami hal yang sama setelah dosis kedua vaksin.
Para ahli mengatakan pembengkakan yang biasanya hilang 2-4 hari setelah vaksinasi, seharusnya tidak menjadi perhatian karena ini tanda vaksin menstimulasi sistem kekebalan.
"Sistem kekebalan Anda meningkatkan respons itu dan melakukan apa yang seharusnya dilakukannya," kata ahli radiologi dari Cleveland Clinic yang turut dalam penelitian, Dr. Laura Dean.
Dean mengatakan ketika kelenjar getah bening membesar di satu sisi tubuh, biasanya tidak berbahaya. Tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, ini dapat menandakan kanker payudara atau limfatik, yang biasanya memerlukan biopsi.
Untuk orang-orang yang telah menerima vaksin tetapi membutuhkan pemeriksaan payudara tepat waktu, Dean menyarankan penjadwalan ultrasound kemudian menindaklanjutinya 4-12 minggu setelahnya untuk melihat apakah pembengkakan yang terdeteksi telah hilang.
Society of Breast Imaging merekomendasikan penjadwalan pemeriksaan skrining sebelum vaksinasi atau 4-6 minggu setelah dosis kedua.
"Selalu ada risiko dan keseimbangan dari cukup berhati-hati sehingga kita tidak melewatkan sesuatu seperti kanker. Tapi kemudian, tentu saja, tidak membuat pasien mengalami stres yang tidak semestinya dan sedikit ketidaknyamanan saat menjalani biopsi," kata Dean.
Pembengkakan kelenjar getah bening yang terdeteksi selama pemindaian MRI payudara bisa menyebabkan kekhawatiran, yang mengarah ke lebih banyak tes termasuk biopsi dan membuat seseorang cemas.
Dalam sebuah studi, para peneliti di Hospital of the University of Pennsylvania menemukan ada pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak berbahaya pada wanita yang baru-baru ini mendapatkan vaksinasi tak lama sebelum jadwal MRI mereka. Pembengkakan selalu terjadi di sisi tempat vaksinasi.
Ini efek samping dalam uji klinis Moderna. Peneliti menemukan sekitar 10 persen penerima vaksin mengalami pembengkakan kelenjar getah bening setelah dosis pertama. Kemudian, sekitar 14 persen peserta mengalami hal yang sama setelah dosis kedua vaksin.
Para ahli mengatakan pembengkakan yang biasanya hilang 2-4 hari setelah vaksinasi, seharusnya tidak menjadi perhatian karena ini tanda vaksin menstimulasi sistem kekebalan.
"Sistem kekebalan Anda meningkatkan respons itu dan melakukan apa yang seharusnya dilakukannya," kata ahli radiologi dari Cleveland Clinic yang turut dalam penelitian, Dr. Laura Dean.
Dean mengatakan ketika kelenjar getah bening membesar di satu sisi tubuh, biasanya tidak berbahaya. Tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, ini dapat menandakan kanker payudara atau limfatik, yang biasanya memerlukan biopsi.
Untuk orang-orang yang telah menerima vaksin tetapi membutuhkan pemeriksaan payudara tepat waktu, Dean menyarankan penjadwalan ultrasound kemudian menindaklanjutinya 4-12 minggu setelahnya untuk melihat apakah pembengkakan yang terdeteksi telah hilang.
Society of Breast Imaging merekomendasikan penjadwalan pemeriksaan skrining sebelum vaksinasi atau 4-6 minggu setelah dosis kedua.
"Selalu ada risiko dan keseimbangan dari cukup berhati-hati sehingga kita tidak melewatkan sesuatu seperti kanker. Tapi kemudian, tentu saja, tidak membuat pasien mengalami stres yang tidak semestinya dan sedikit ketidaknyamanan saat menjalani biopsi," kata Dean.