Pangkalan Bun (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai melanda sejumlah kawasan di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, membuat Kota Pangkalan Bun mulai diselimuti asap sehingga kualitas udara menurun.
"Corona belum hilang, kabut asap menyerang," kata komentar Sugiarto, warga Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan.
Kabut asap yang menyelimuti Kota Manis (julukan Pangkalan Bun) juga mulai membuat udara tidak lagi segar dan menganggu pernapasan.
"Udara rasanya pengap tidak segar, jadi berasa panas banget," tutur, Anggraini, tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Berdasarkan alat pemantau kualitas udara di Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun, kualitas udara hari ini masuk kategori tidak sehat.
Sekitar pukul 12.00 WIB, alat pemantau kualitas udara menunjukkan konsentrasi PM10 terpantau di kisaran angka 333 mikrogram per meter kubik. Artinya, kualitas udara masuk kategori tidak sehat.
Meski begitu, angka tersebut turun bila dibandingkan dengan satu jam sebelumnya bahkan terpantau di angka 378 mikrogram per meter kubik yang mana masuk kategori sangat tidak sehat.
Dimintai konfirmasi mengenai karhutla yang mulai melanda, Wakil Ketua II DPRD Kobar Bambang Suherman menawarkan satu konsep yang menurutnya bisa menjadi kunci pencegahan.
"Kebakaran tersebut kita lihat dan kita perhatikan tahun ke tahun hanya di tempat-tempat itu saja yang parah. Oleh karena itu, ini ada satu konsep kepada pemerintah daerah untuk mengurangi beban biaya penanganan karhutla setiap tahunnya, yaitu dengan dibuatkan satu permukiman di daerah eks kebakaran tersebut," kata politisi Partai Gerindra ini.
Menurutnya, konsep solusinya dengan dibuat permukiman penduduk transmigrasi swakelola mandiri. Transmigrasi ini bukan didatangkan dari luar daerah atau dari Pulau Jawa, tetapi warga lokal yakni dari Kobar sendiri atau daerah tetangga, termasuk provinsi tetangga.
Kemudian, warga diberikan lahan dan dipersilakan membangun permukiman serta mengolah lahan. Harapannya, lahan yang jadi langganan karhutla dapat dikelola dan tentunya bakal dijaga masyarakat agar tidak terbakar.
Sebelumnya, Bupati Kobar Hj Nurhidayah saat memantau proses pemadaman karhutla yang terjadi di km 12 Jalan Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama, menyampaikan imbauan dan mengajak masyarakat bersama-sama menjaga lingkungan demi menghindari bencana kebakaran hutan dan lahan.
"Kita sama-sama tahu saat ini kita masih dilanda pandemi COVID-19. Mari kita sama-sama menjaga lingkungan kita demi mencegah terjadinya kebakaran hutan ataupun lahan," demikian Nurhidayah.
Baca juga: Nurhidayah terpilih sebagai Ketua KONI Kobar 2021-2025
Baca juga: Aktivitas olahraga di Kobar tidak dilarang selama pandemi COVID-19
"Corona belum hilang, kabut asap menyerang," kata komentar Sugiarto, warga Kelurahan Madurejo, Kecamatan Arut Selatan.
Kabut asap yang menyelimuti Kota Manis (julukan Pangkalan Bun) juga mulai membuat udara tidak lagi segar dan menganggu pernapasan.
"Udara rasanya pengap tidak segar, jadi berasa panas banget," tutur, Anggraini, tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Berdasarkan alat pemantau kualitas udara di Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun, kualitas udara hari ini masuk kategori tidak sehat.
Sekitar pukul 12.00 WIB, alat pemantau kualitas udara menunjukkan konsentrasi PM10 terpantau di kisaran angka 333 mikrogram per meter kubik. Artinya, kualitas udara masuk kategori tidak sehat.
Meski begitu, angka tersebut turun bila dibandingkan dengan satu jam sebelumnya bahkan terpantau di angka 378 mikrogram per meter kubik yang mana masuk kategori sangat tidak sehat.
Dimintai konfirmasi mengenai karhutla yang mulai melanda, Wakil Ketua II DPRD Kobar Bambang Suherman menawarkan satu konsep yang menurutnya bisa menjadi kunci pencegahan.
"Kebakaran tersebut kita lihat dan kita perhatikan tahun ke tahun hanya di tempat-tempat itu saja yang parah. Oleh karena itu, ini ada satu konsep kepada pemerintah daerah untuk mengurangi beban biaya penanganan karhutla setiap tahunnya, yaitu dengan dibuatkan satu permukiman di daerah eks kebakaran tersebut," kata politisi Partai Gerindra ini.
Menurutnya, konsep solusinya dengan dibuat permukiman penduduk transmigrasi swakelola mandiri. Transmigrasi ini bukan didatangkan dari luar daerah atau dari Pulau Jawa, tetapi warga lokal yakni dari Kobar sendiri atau daerah tetangga, termasuk provinsi tetangga.
Kemudian, warga diberikan lahan dan dipersilakan membangun permukiman serta mengolah lahan. Harapannya, lahan yang jadi langganan karhutla dapat dikelola dan tentunya bakal dijaga masyarakat agar tidak terbakar.
Sebelumnya, Bupati Kobar Hj Nurhidayah saat memantau proses pemadaman karhutla yang terjadi di km 12 Jalan Pangkalan Bun-Kotawaringin Lama, menyampaikan imbauan dan mengajak masyarakat bersama-sama menjaga lingkungan demi menghindari bencana kebakaran hutan dan lahan.
"Kita sama-sama tahu saat ini kita masih dilanda pandemi COVID-19. Mari kita sama-sama menjaga lingkungan kita demi mencegah terjadinya kebakaran hutan ataupun lahan," demikian Nurhidayah.
Baca juga: Nurhidayah terpilih sebagai Ketua KONI Kobar 2021-2025
Baca juga: Aktivitas olahraga di Kobar tidak dilarang selama pandemi COVID-19