Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati berharap kredit bisa lebih disalurkan pada 2021 karena pemerintah telah melakukan banyak relaksasi.
“Kami sekarang fokus untuk bagaimana mengalirkan kredit itu melalui berbagai program-program penjaminan, sehingga bank tidak ragu untuk memberikan jaminan dan perusahaan juga tidak ragu untuk meminjam,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam temu wicara bertajuk "Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional" di Semarang, Kamis.
Menkeu Sri Mulyani menyebutkan Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga menjadi 3,5 persen, terendah sepanjang sejarah Indonesia, namun belum mampu untuk mendorong pertumbuhan kredit.
Baca juga: Menkeu usulkan perubahan tarif PPnBM kendaraan listrik
“Pak Gubernur BI sudah menurunkan suku bunga terendah dalam sejarah Republik Indonesia, inflasi kita rendah, likuiditas besar, kredit belum mengalir sementara beberapa hal sudah dilakukan relaksasi,” ujar Sri Mulyani.
Oleh karena itu, lanjut Menkeu Sri Mulyani, saat ini Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 93 akan direvisi kembali untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri.
“Kita akan melakukan revisi PMK sehingga industri maupun sektor bisa mulai melakukan akses kredit, di mana perbankan juga berani memberikan pinjaman dengan suku bunga yang tadi diharapkan dan tentu itu bisa menggerakkan ekonomi,” jelas Sri Mulyani.
Menkeu berharap melalui penyaluran kredit ditambah dengan perbaikan iklim investasi melalui Omnibus Law UU Cipta Kerja, momentum pemulihan ekonomi pada kuartal II 2021 dapat terlaksana.
Baca juga: Pemerintah alokasi anggaran Rp184,46 triliun untuk pembiayaan investasi 2021
Baca juga: Stafsus Menkeu: RI punya kemampuan bayar utang
Baca juga: Tidak benar ada pungutan baru pajak pulsa, voucer, token, kata Sri Mulyani
“Kami sekarang fokus untuk bagaimana mengalirkan kredit itu melalui berbagai program-program penjaminan, sehingga bank tidak ragu untuk memberikan jaminan dan perusahaan juga tidak ragu untuk meminjam,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam temu wicara bertajuk "Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional" di Semarang, Kamis.
Menkeu Sri Mulyani menyebutkan Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga menjadi 3,5 persen, terendah sepanjang sejarah Indonesia, namun belum mampu untuk mendorong pertumbuhan kredit.
Baca juga: Menkeu usulkan perubahan tarif PPnBM kendaraan listrik
“Pak Gubernur BI sudah menurunkan suku bunga terendah dalam sejarah Republik Indonesia, inflasi kita rendah, likuiditas besar, kredit belum mengalir sementara beberapa hal sudah dilakukan relaksasi,” ujar Sri Mulyani.
Oleh karena itu, lanjut Menkeu Sri Mulyani, saat ini Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 93 akan direvisi kembali untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri.
“Kita akan melakukan revisi PMK sehingga industri maupun sektor bisa mulai melakukan akses kredit, di mana perbankan juga berani memberikan pinjaman dengan suku bunga yang tadi diharapkan dan tentu itu bisa menggerakkan ekonomi,” jelas Sri Mulyani.
Menkeu berharap melalui penyaluran kredit ditambah dengan perbaikan iklim investasi melalui Omnibus Law UU Cipta Kerja, momentum pemulihan ekonomi pada kuartal II 2021 dapat terlaksana.
Baca juga: Pemerintah alokasi anggaran Rp184,46 triliun untuk pembiayaan investasi 2021
Baca juga: Stafsus Menkeu: RI punya kemampuan bayar utang
Baca juga: Tidak benar ada pungutan baru pajak pulsa, voucer, token, kata Sri Mulyani