Jakarta (ANTARA) - Penonton tahu bagaimana kekuatan Kong di film "Kong: Skull Island", juga dahsyatnya Godzilla di "Godzilla" (2014) dan "Godzilla: King of the Monsters" (2019). Apa yang terjadi bila dua monster ikonik berada di satu "panggung"? Itu semua disuguhkan dalam film teranyar "Godzilla vs. Kong" yang tayang bulan ini.
Sebelum tiba ke adegan-adegan pertarungan yang asyik sekali bila ditonton di layar lebar dengan suara yang menggelegar, kita diajak melihat Kong yang sedang bersantai di pulau, bagaikan orang yang asyik berjemur di pantai ketika liburan. Kedamaian yang Kong rasakan tidaklah kekal. Para ilmuwan di Monarch yang mempelajari tentang Kong sudah membuat lingkungan khusus agar Kong terlindung, tapi si monster menyadari bahwa dia sebenarnya terkungkung. Film ini mengeksplorasi sisi lain Kong, yang punya hubungan istimewa dengan gadis kecil tuli bernama Jia, anak yatim piatu sekaligus penghuni terakhir dari Skull Island.
Ahli geologi dari Monarch Dr. Nathan Lind (Alexander Skarsgård) meyakinkan ahli antropologi Dr. Ilene Andrews (Rebecca Hall), orang yang berusaha dan sejauh ini paling memahami Kong untuk mengantar makhluk raksasa ke Bumi Berongga (hollow earth), di mana diyakini ada kehidupan lain yang berada di dalam perut bumi. Dia ingin membuktikan teori bahwa Bumi Berongga mungkin kampung halaman leluhur Kong, juga monster-monster lain di bumi. Andrews setuju, asalkan semua komando berada di tangannya.
Layaknya membawa muatan barang berat, Kong dibawa menggunakan kapal laut, dikawal oleh kapal-kapal kecil lain serta pesawat yang dilengkapi dengan senjata. Mereka berangkat melewati jalur yang diyakini tidak akan mengusik Godzilla. Perkiraannya salah.
Di sisi lain, Godzilla tiba-tiba bertingkah dengan muncul dan mengamuk di Florida, membuat dunia yang dulu menganggapnya pahlawan kini berbalik memusuhinya. Tapi Madison Russell (Millie Bobby Brown) yang pernah punya pengalaman lebih banyak dengan Godzilla seperti yang ditunjukkan di film "Godzilla: King of the Monsters", meyakini kemunculan Godzilla di Florida pasti beralasan. Sama seperti makhluk-makluk lain pada umumnya, rasanya mengherankan bila Godzilla mengamuk tanpa sebab. Madison yakin pasti ada sesuatu yang mengusik Godzilla, tapi tidak ada yang tahu apa jawabannya.
Madison terus mencari jawaban yang dia yakini ada di dalam bahasan siniar yang membahas teori konspirasi mengenai hal mencurigakan dari perusahaan tech APEX. Madison bersama temannya, Josh Valentine (Julian Dennison), berusaha menguak kebenaran dengan menyambangi pembawa acara siniar yang merupakan pegawai APEX, Bernie Hayes (Brian Tyree Henry). Bernie semakin yakin ada sesuatu yang aneh setelah dia melihat kejanggalan di kantor ketika Godzilla membuat semua orang tunggang langgang. Petualangan trio ini menguak misteri perilaku janggal Godzilla menciptakan dialog ringan, terutama adu mulut antara Bernie dan Josh, dengan selingan humor dari film yang penuh baku hantam monster.
"Godzilla vs. Kong" punya cerita yang setipe dengan tontonan tokusatsu pada umumnya, pasti ada adegan monster di tengah kota yang membuat gedung-gedung hancur lebur akibat kekuatan monster raksasa di mana manusia sibuk menyelamatkan diri. Bedanya, film ini dikemas dengan gaya khas Hollywood. Mengingat Godzilla adalah karakter yang diperkenalkan dari Jepang, porsi karakter Jepang yang diwakili Ren Serizawa (Shun Oguri) bisa dibilang tidak seberapa. Namun kehadiran aktor kawakan yang sudah membintangi serial dan film ternama di Negeri Sakura seperti "Boys Over Flowers" dan "Crows Zero" ini bisa kembali mengingatkan bahwa Godzilla adalah monster kenamaan dari Timur.
Baku hantam antara Godzilla dan Kong mengingatkan kepada pertandingan tinju atau gulat antara petarung kelas berat yang punya keunggulan masing-masing. Godzilla punya napas atom yang destruktif, sementara Kong dibekali tubuh yang membuatnya bisa bergerak dinamis, bergelantungan di pohon atau bergerak lincah di antara gedung-gedung pencakar langit Hong Kong. Penonton bisa menyaksikan serunya aksi kedua makhluk ini di "panggung" yang berbeda, berlatar belakang samudera luas tanpa penghalang, atau di tengah kota yang penuh jeritan penuh rasa takut manusia.
Tidak seperti karakter-karakter manusia, Godzilla dan Kong yang merupakan tokoh utama betul-betul mengandalkan efek visual agar bisa tampil maksimal. Sutradara Adam Wingard berhasil menghadirkan CGI yang mumpuni dalam pertemuan monster ikonik dari Timur dan Barat. Pengalaman menonton "Godzilla vs. Kong" bakal lebih terasa membuat napas tercekat ketika disaksikan di layar lebar, ditambah dengan musik dari Tom Holkenborg yang menambah unsur ketegangan.
Mana yang akan unggul antara Godzilla dan Kong? Siapa yang jahat, siapa yang baik? Semua itu dikembalikan oleh sutradara Wingard kepada penonton.
"Ini adalah film monster besar mengenai dua karakter paling ikonik dalam sejarah film yang bertarung stu sama lain. Dan mereka sama-sama tokoh yang baik. Atau bukan, tergantung dari mana kau melihatnya. Yang paling menarik adalah melihat siapa yang didukung penonton dan melihat reaksi mereka ketika mengetahui siapa yang unggul!" kata Wingard.
Sebelum tiba ke adegan-adegan pertarungan yang asyik sekali bila ditonton di layar lebar dengan suara yang menggelegar, kita diajak melihat Kong yang sedang bersantai di pulau, bagaikan orang yang asyik berjemur di pantai ketika liburan. Kedamaian yang Kong rasakan tidaklah kekal. Para ilmuwan di Monarch yang mempelajari tentang Kong sudah membuat lingkungan khusus agar Kong terlindung, tapi si monster menyadari bahwa dia sebenarnya terkungkung. Film ini mengeksplorasi sisi lain Kong, yang punya hubungan istimewa dengan gadis kecil tuli bernama Jia, anak yatim piatu sekaligus penghuni terakhir dari Skull Island.
Ahli geologi dari Monarch Dr. Nathan Lind (Alexander Skarsgård) meyakinkan ahli antropologi Dr. Ilene Andrews (Rebecca Hall), orang yang berusaha dan sejauh ini paling memahami Kong untuk mengantar makhluk raksasa ke Bumi Berongga (hollow earth), di mana diyakini ada kehidupan lain yang berada di dalam perut bumi. Dia ingin membuktikan teori bahwa Bumi Berongga mungkin kampung halaman leluhur Kong, juga monster-monster lain di bumi. Andrews setuju, asalkan semua komando berada di tangannya.
Layaknya membawa muatan barang berat, Kong dibawa menggunakan kapal laut, dikawal oleh kapal-kapal kecil lain serta pesawat yang dilengkapi dengan senjata. Mereka berangkat melewati jalur yang diyakini tidak akan mengusik Godzilla. Perkiraannya salah.
Di sisi lain, Godzilla tiba-tiba bertingkah dengan muncul dan mengamuk di Florida, membuat dunia yang dulu menganggapnya pahlawan kini berbalik memusuhinya. Tapi Madison Russell (Millie Bobby Brown) yang pernah punya pengalaman lebih banyak dengan Godzilla seperti yang ditunjukkan di film "Godzilla: King of the Monsters", meyakini kemunculan Godzilla di Florida pasti beralasan. Sama seperti makhluk-makluk lain pada umumnya, rasanya mengherankan bila Godzilla mengamuk tanpa sebab. Madison yakin pasti ada sesuatu yang mengusik Godzilla, tapi tidak ada yang tahu apa jawabannya.
Madison terus mencari jawaban yang dia yakini ada di dalam bahasan siniar yang membahas teori konspirasi mengenai hal mencurigakan dari perusahaan tech APEX. Madison bersama temannya, Josh Valentine (Julian Dennison), berusaha menguak kebenaran dengan menyambangi pembawa acara siniar yang merupakan pegawai APEX, Bernie Hayes (Brian Tyree Henry). Bernie semakin yakin ada sesuatu yang aneh setelah dia melihat kejanggalan di kantor ketika Godzilla membuat semua orang tunggang langgang. Petualangan trio ini menguak misteri perilaku janggal Godzilla menciptakan dialog ringan, terutama adu mulut antara Bernie dan Josh, dengan selingan humor dari film yang penuh baku hantam monster.
"Godzilla vs. Kong" punya cerita yang setipe dengan tontonan tokusatsu pada umumnya, pasti ada adegan monster di tengah kota yang membuat gedung-gedung hancur lebur akibat kekuatan monster raksasa di mana manusia sibuk menyelamatkan diri. Bedanya, film ini dikemas dengan gaya khas Hollywood. Mengingat Godzilla adalah karakter yang diperkenalkan dari Jepang, porsi karakter Jepang yang diwakili Ren Serizawa (Shun Oguri) bisa dibilang tidak seberapa. Namun kehadiran aktor kawakan yang sudah membintangi serial dan film ternama di Negeri Sakura seperti "Boys Over Flowers" dan "Crows Zero" ini bisa kembali mengingatkan bahwa Godzilla adalah monster kenamaan dari Timur.
Baku hantam antara Godzilla dan Kong mengingatkan kepada pertandingan tinju atau gulat antara petarung kelas berat yang punya keunggulan masing-masing. Godzilla punya napas atom yang destruktif, sementara Kong dibekali tubuh yang membuatnya bisa bergerak dinamis, bergelantungan di pohon atau bergerak lincah di antara gedung-gedung pencakar langit Hong Kong. Penonton bisa menyaksikan serunya aksi kedua makhluk ini di "panggung" yang berbeda, berlatar belakang samudera luas tanpa penghalang, atau di tengah kota yang penuh jeritan penuh rasa takut manusia.
Tidak seperti karakter-karakter manusia, Godzilla dan Kong yang merupakan tokoh utama betul-betul mengandalkan efek visual agar bisa tampil maksimal. Sutradara Adam Wingard berhasil menghadirkan CGI yang mumpuni dalam pertemuan monster ikonik dari Timur dan Barat. Pengalaman menonton "Godzilla vs. Kong" bakal lebih terasa membuat napas tercekat ketika disaksikan di layar lebar, ditambah dengan musik dari Tom Holkenborg yang menambah unsur ketegangan.
Mana yang akan unggul antara Godzilla dan Kong? Siapa yang jahat, siapa yang baik? Semua itu dikembalikan oleh sutradara Wingard kepada penonton.
"Ini adalah film monster besar mengenai dua karakter paling ikonik dalam sejarah film yang bertarung stu sama lain. Dan mereka sama-sama tokoh yang baik. Atau bukan, tergantung dari mana kau melihatnya. Yang paling menarik adalah melihat siapa yang didukung penonton dan melihat reaksi mereka ketika mengetahui siapa yang unggul!" kata Wingard.