Jakarta (ANTARA) - Aplikasi Google Maps akan mulai mengarahkan pengemudi ke rute yang diperkirakan menghasilkan emisi karbon terendah berdasarkan lalu lintas, tanjakkan, dan faktor lainnya, perusahaan mengumumkan pada hari Selasa (30/3).
Google, salah satu unit Alphabet Inc, mengatakan fitur tersebut akan diluncurkan akhir tahun ini di Amerika Serikat dan akan menjangkau negara lain sebagai bagian dari komitmen mereka untuk membantu memerangi perubahan iklim melalui layanan, dilansir Reuters, Rabu.
Kecuali pengguna memilih keluar, rute defaultakan menjadi "ramah lingkungan" jika opsi yang sebanding memakan sekitar waktu yang sama, kata Google. Ketika alternatif jauh lebih cepat, Google akan menawarkan pilihan dan membiarkan pengguna membandingkan perkiraan emisi.
"Apa yang kami lihat adalah sekitar setengah dari rute, kami dapat menemukan opsi yang lebih ramah lingkungan dengan pengorbanan waktu yang minimal atau tanpa biaya waktu," kata Russell Dicker, direktur produk di Google, kepada wartawan, Senin lalu.
Baca juga: Google Street View izinkan pengguna tambahkan foto
Google mengatakan pihaknya memperoleh perkiraan emisi relatif dengan pengujian di berbagai jenis kendaraan dan jenis jalan, memanfaatkan wawasan dari National Renewable Energy Lab (NREL) pemerintah AS. Data tingkat jalan berasal dari mobil Street View serta citra udara dan satelit.
Efek potensial emisi dari fitur tersebut tidak jelas. Namun dalam studi terhadap 20 orang di California State University, Long Beach, peneliti universitas tahun lalu menemukan bahwa peserta lebih cenderung mempertimbangkan emisi karbon dalam pemilihan rute setelah menguji aplikasi yang menunjukkan perkiraan.
Pengumuman Google menyertakan perubahan tambahan yang berfokus pada iklim. Mulai Juni, aplikasi akan mulai memperingatkan pengemudi tentang perjalanan melalui zona emisi rendah di mana beberapa kendaraan dilarang di Jerman, Prancis, Belanda, Spanyol dan Inggris.
Dalam beberapa bulan mendatang, pengguna aplikasi Maps akan dapat membandingkan mobil, bersepeda, angkutan umum, dan opsi perjalanan lainnya di satu tempat alih-alih beralih di antara bagian yang berbeda.
Google, salah satu unit Alphabet Inc, mengatakan fitur tersebut akan diluncurkan akhir tahun ini di Amerika Serikat dan akan menjangkau negara lain sebagai bagian dari komitmen mereka untuk membantu memerangi perubahan iklim melalui layanan, dilansir Reuters, Rabu.
Kecuali pengguna memilih keluar, rute defaultakan menjadi "ramah lingkungan" jika opsi yang sebanding memakan sekitar waktu yang sama, kata Google. Ketika alternatif jauh lebih cepat, Google akan menawarkan pilihan dan membiarkan pengguna membandingkan perkiraan emisi.
"Apa yang kami lihat adalah sekitar setengah dari rute, kami dapat menemukan opsi yang lebih ramah lingkungan dengan pengorbanan waktu yang minimal atau tanpa biaya waktu," kata Russell Dicker, direktur produk di Google, kepada wartawan, Senin lalu.
Baca juga: Google Street View izinkan pengguna tambahkan foto
Google mengatakan pihaknya memperoleh perkiraan emisi relatif dengan pengujian di berbagai jenis kendaraan dan jenis jalan, memanfaatkan wawasan dari National Renewable Energy Lab (NREL) pemerintah AS. Data tingkat jalan berasal dari mobil Street View serta citra udara dan satelit.
Efek potensial emisi dari fitur tersebut tidak jelas. Namun dalam studi terhadap 20 orang di California State University, Long Beach, peneliti universitas tahun lalu menemukan bahwa peserta lebih cenderung mempertimbangkan emisi karbon dalam pemilihan rute setelah menguji aplikasi yang menunjukkan perkiraan.
Pengumuman Google menyertakan perubahan tambahan yang berfokus pada iklim. Mulai Juni, aplikasi akan mulai memperingatkan pengemudi tentang perjalanan melalui zona emisi rendah di mana beberapa kendaraan dilarang di Jerman, Prancis, Belanda, Spanyol dan Inggris.
Dalam beberapa bulan mendatang, pengguna aplikasi Maps akan dapat membandingkan mobil, bersepeda, angkutan umum, dan opsi perjalanan lainnya di satu tempat alih-alih beralih di antara bagian yang berbeda.