Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah mencatat nilai tukar petani gabungan dari lima subsektor di provinsi setempat selama Maret 2021 sebesar 112,16 poin, naik sekitar 1,82 persen dibandingkan Februari 2021 yang hanya berkisar 110,16 poin.
Peningkatan itu karena indeks harga yang diterima petani naik sekitar 2,13 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga dibayar petani sekitar 0,30 persen, Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Jumat.
"Meningkatnya NTP secara keseluruhan itu juga dipengaruhi oleh peningkatan nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sekitar 3,52 persen dan subsektor hortikultura berkisar 2,12 persen," ucapnya.
Berdasarkan data BPS, nilai tukar subsektor hortikultura mengalami kenaikan nilai tukar (2,12 persen) dari 101,60
(Februari 2021) menjadi 103,75 (Maret 2021). Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya It sekitar 2,44 persen, atau lebih tinggi dibanding peningkatan Ib yang hanya 0,32 persen.
Tanaman perkebunan rakyat, yang merupakan subsektor andalan di Provinsi Kalimantan Tengah, juga mengalami peningkatan nilai tukar sebesar 3,52 persen yang didominasi dari peningkatan It sekitar 3,85 persen, khususnya komoditas karet dan kelapa sawit. Ib juga mengalami peningkatan 0,32 persen di periode yang sama.
"Selama lima bulan terakhir, NTP subsektor perkebunan masih mendominasi dibandingkan subsektor lainnya. NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat pada bulan Maret 2021 sebesar 121,80," beber Eko.
Meskipun ada kenaikan, namun pada Maret 2021, nilai tukar hasil produksi pada subsektor tanaman pangan masih belum mampu mengimbangi tingkat harga kebutuhan konsumsi dan biaya produksi. Ini disebabkan indeks harga diterima petani sekitar 105,87 lebih kecil dibanding dibayar petani yang berkisar 108,14.
Baca juga: Cabai rawit penyumbang tertinggi inflasi di Kalteng selama Maret 2021
Subsektor peternakan mengalami penurunan nilai tukar (0,32 persen) dari 104,44 (Februari 2021) menjadi 104,11 (Maret 2021). Penurunan ini sebagai dampak dari kombinasi menurunnya It (0,24 persen) dan meningkatnya Ib (0,08 persen).
"Penurunan indeks harga hasil produksi terjadi pada kelompok unggas ayam ras pedaging dan ayam kampung sebesar 0,62 persen dan hasil ternak telur ayam ras sebesar 0,42 persen," kata Kepala BPS Kalteng itu.
Subsektor perikanan juga mengalami penurunan nilai tukar (1,06 persen) pada Maret 2021. Di mana penurunan nilai tukar subsektor perikanan itu didorong oleh penurunan nilai tukar nelayan sebesar 0,85 persen serta nilai tukar pembudidaya ikan sebesar 1,92 persen.
"Menurunnya indeks harga perikanan tangkap dipengaruhi oleh komoditas udang laut, lais, rajungan, toman dan papuyu (betok). Untuk hasil produksi perikanan budidaya yang menurun itu dipengaruhi oleh komoditas bandeng, patin, nila dan ikan mas/karper," demikian Eko.
Baca juga: TPK hotel di Kalteng selama Januari 2021 turun 18,13 poin
Baca juga: NTP Kalteng selama Februari 2021 lebih rendah dari NTUP
Baca juga: Peningkatan frekuensi penerbangan tak sejalan dengan jumlah penumpang
Peningkatan itu karena indeks harga yang diterima petani naik sekitar 2,13 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga dibayar petani sekitar 0,30 persen, Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Jumat.
"Meningkatnya NTP secara keseluruhan itu juga dipengaruhi oleh peningkatan nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sekitar 3,52 persen dan subsektor hortikultura berkisar 2,12 persen," ucapnya.
Berdasarkan data BPS, nilai tukar subsektor hortikultura mengalami kenaikan nilai tukar (2,12 persen) dari 101,60
(Februari 2021) menjadi 103,75 (Maret 2021). Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya It sekitar 2,44 persen, atau lebih tinggi dibanding peningkatan Ib yang hanya 0,32 persen.
Tanaman perkebunan rakyat, yang merupakan subsektor andalan di Provinsi Kalimantan Tengah, juga mengalami peningkatan nilai tukar sebesar 3,52 persen yang didominasi dari peningkatan It sekitar 3,85 persen, khususnya komoditas karet dan kelapa sawit. Ib juga mengalami peningkatan 0,32 persen di periode yang sama.
"Selama lima bulan terakhir, NTP subsektor perkebunan masih mendominasi dibandingkan subsektor lainnya. NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat pada bulan Maret 2021 sebesar 121,80," beber Eko.
Meskipun ada kenaikan, namun pada Maret 2021, nilai tukar hasil produksi pada subsektor tanaman pangan masih belum mampu mengimbangi tingkat harga kebutuhan konsumsi dan biaya produksi. Ini disebabkan indeks harga diterima petani sekitar 105,87 lebih kecil dibanding dibayar petani yang berkisar 108,14.
Baca juga: Cabai rawit penyumbang tertinggi inflasi di Kalteng selama Maret 2021
Subsektor peternakan mengalami penurunan nilai tukar (0,32 persen) dari 104,44 (Februari 2021) menjadi 104,11 (Maret 2021). Penurunan ini sebagai dampak dari kombinasi menurunnya It (0,24 persen) dan meningkatnya Ib (0,08 persen).
"Penurunan indeks harga hasil produksi terjadi pada kelompok unggas ayam ras pedaging dan ayam kampung sebesar 0,62 persen dan hasil ternak telur ayam ras sebesar 0,42 persen," kata Kepala BPS Kalteng itu.
Subsektor perikanan juga mengalami penurunan nilai tukar (1,06 persen) pada Maret 2021. Di mana penurunan nilai tukar subsektor perikanan itu didorong oleh penurunan nilai tukar nelayan sebesar 0,85 persen serta nilai tukar pembudidaya ikan sebesar 1,92 persen.
"Menurunnya indeks harga perikanan tangkap dipengaruhi oleh komoditas udang laut, lais, rajungan, toman dan papuyu (betok). Untuk hasil produksi perikanan budidaya yang menurun itu dipengaruhi oleh komoditas bandeng, patin, nila dan ikan mas/karper," demikian Eko.
Baca juga: TPK hotel di Kalteng selama Januari 2021 turun 18,13 poin
Baca juga: NTP Kalteng selama Februari 2021 lebih rendah dari NTUP
Baca juga: Peningkatan frekuensi penerbangan tak sejalan dengan jumlah penumpang