Palangka Raya (ANTARA) - Nilai tukar petani (NTP) gabungan dari lima subsektor pertanian di Provinsi Kalimantan Tengah selama Februari 2021 mencapai 110,15, lebih rendah 1,75 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) di periode sama yang mencapai 111,90.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Eko Sumarsoro di Palangka Raya, kemarin, mengatakan selisih antara NTP dan NTUP itu mencerminkan tingkat reduksi terhadap nilai tukar.
"Sebagai dampak dari naiknya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani produsen, termasuk peternak dan nelayan," tambahnya.
Dibanding Januari 2021, terjadi peningkatan NTP sebesar 0,66 persen. Peningkatan ini akibat kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,19 persen) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,53 persen).
Eko mengatakan meningkatnya NTP secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh meningkatnya nilai tukar pada subsektor hortikultura (2,06 persen) dan tanaman perkebunan rakyat (1,45 persen).
"Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan nilai tukar, yaitu peternakan (1,31 persen), tanaman pangan (0,93 persen), dan perikanan (0,01 persen)," beber dia.
Berdasarkan data BPS, selama Februari 2021, terjadi peningkatan indeks harga yang diterima petani maupun indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani mencapai 118,68, lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 107,75.
Baca juga: Peningkatan frekuensi penerbangan tak sejalan dengan jumlah penumpang
Selama periode tersebut, indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 1,19 persen. Dan, indeks harga dibayar petani juga mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen.
Peningkatan indeks harga yang diterima petani dipengaruhi kenaikan indeks harga diterima pada subsektor hortikultura (2,62 persen), diikuti tanaman perkebunan rakyat (2,03 persen) dan juga perikanan (0,38 persen).
Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh peningkatan di semua subsektor, yakni tanaman perkebunan rakyat (0,57 persen), hortikultura (0,55 persen), tanaman pangan (0,51 persen), peternakan (0,48 persen) dan perikanan (0,37 persen).
Baca juga: Luas panen padi Kalteng pada tahun 2020 turun 2,87 ribu hektar
Baca juga: Nilai tukar petani di Kalteng alami kenaikan selama Januari 2021
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Eko Sumarsoro di Palangka Raya, kemarin, mengatakan selisih antara NTP dan NTUP itu mencerminkan tingkat reduksi terhadap nilai tukar.
"Sebagai dampak dari naiknya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani produsen, termasuk peternak dan nelayan," tambahnya.
Dibanding Januari 2021, terjadi peningkatan NTP sebesar 0,66 persen. Peningkatan ini akibat kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,19 persen) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,53 persen).
Eko mengatakan meningkatnya NTP secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh meningkatnya nilai tukar pada subsektor hortikultura (2,06 persen) dan tanaman perkebunan rakyat (1,45 persen).
"Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan nilai tukar, yaitu peternakan (1,31 persen), tanaman pangan (0,93 persen), dan perikanan (0,01 persen)," beber dia.
Berdasarkan data BPS, selama Februari 2021, terjadi peningkatan indeks harga yang diterima petani maupun indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani mencapai 118,68, lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 107,75.
Baca juga: Peningkatan frekuensi penerbangan tak sejalan dengan jumlah penumpang
Selama periode tersebut, indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 1,19 persen. Dan, indeks harga dibayar petani juga mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen.
Peningkatan indeks harga yang diterima petani dipengaruhi kenaikan indeks harga diterima pada subsektor hortikultura (2,62 persen), diikuti tanaman perkebunan rakyat (2,03 persen) dan juga perikanan (0,38 persen).
Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayar petani didorong oleh peningkatan di semua subsektor, yakni tanaman perkebunan rakyat (0,57 persen), hortikultura (0,55 persen), tanaman pangan (0,51 persen), peternakan (0,48 persen) dan perikanan (0,37 persen).
Baca juga: Luas panen padi Kalteng pada tahun 2020 turun 2,87 ribu hektar
Baca juga: Nilai tukar petani di Kalteng alami kenaikan selama Januari 2021