Jakarta (ANTARA) - YouTube merilis laporan mengenai persentase tayangan video yang melanggar aturan, merujuk pada angka Rasio Tontonan Melanggar (Violative View Rate/VVR).
Dalam laporan tersebut, angka VVR saat ini berkisar 0,16 persen hingga 0,18 persen, yang artinya bahwa dari setiap 10 ribu penayangan di YouTube, 16 sampai 18 penayangan berasal dari konten yang melanggar.
"VVR turun lebih dari 70 persen jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2017," ujar Director Trust & Safety Youtube Jennifer Flannnery O'Connor dalam sesi jumpa media yang digelar virtual, Selasa (6/4).
Jennifer mengatakan YouTube akan terus memperbarui VVR tiap tiga bulan di laporan penegakan pedoman komunitas.
Baca juga: YouTube Originals luncurkan serial dokumenter 'K-pop Evolution'
Rasio Tontonan Melanggar (VVR) membantu mengetahui persentase penayangan di YouTube yang berasal dari konten yang melanggar kebijakan.
Data VVR memberikan informasi tentang cara YouTube melindungi komunitas.
Jennifer yakin VVR adalah cara terbaik untuk memahami pengaruh konten berbahaya pada penonton, dan untuk mengidentifikasi area yang memerlukan peningkatan.
YouTube menghitung VVR dengan mengambil sampel video dan mengirimkannya kepada peninjau konten, yang selanjutnya akan memberi tahu video mana yang melanggar kebijakan dan mana yang tidak.
Dia mengatakan dengan mengambil sampel, pihaknya mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang konten melanggar yang mungkin tidak terdeteksi oleh sistem.
Baca juga: YouTube hadirkan fitur untuk ingatkan pengguna terkait hak cipta
"Namun, angka VVR berfluktuasi, naik dan turun. Misalnya, segera setelah kami memperbarui kebijakan, Anda mungkin melihat angkanya naik sementara karena sistem kami meningkatkan upaya untuk menangkap konten yang baru diklasifikasikan sebagai pelanggaran," ujar Jennifer.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa YouTube akan terus berupaya mendukung komunitas berkembang sambil memenuhi tanggung jawab mereka.
Meski laporan penegakan pedoman komunitas menunjukkan kemajuan secara jelas sejak 2017, tetapi pihaknya juga menyadari bahwa pekerjaan belum selesai.
Oleh karena itu, Jennifer mengatakan tim harus terus meninjau dan memperbarui kebijakan, bekerja sama dengan para ahli, dan tetap transparan tentang peningkatan dalam upaya penegakan yang dilakukan.
Pihaknya juga berkomitmen terhadap perubahan ini karena baik untuk penonton, dan baik juga untuk bisnis. Dia mengatakan konten yang melanggar tidak memiliki tempat di YouTube.
"Kami berinvestasi secara signifikan untuk mencegah konten yang melanggar, dan VVR menunjukkan tanggung jawab kami dan membantu kami lebih memahami kemajuan yang telah kami buat dalam melindungi pengguna dari konten berbahaya di YouTube," ucap Jennifer.
Baca juga: Pengamat: Jangan andalkan ceramah 'Ustaz YouTube' dalam perangi radikalisme
Baca juga: Rose BLACKPINK berhasil kalahkan rekor PSY di YouTube
Baca juga: Youtube Shorts mulai diluncurkan
Dalam laporan tersebut, angka VVR saat ini berkisar 0,16 persen hingga 0,18 persen, yang artinya bahwa dari setiap 10 ribu penayangan di YouTube, 16 sampai 18 penayangan berasal dari konten yang melanggar.
"VVR turun lebih dari 70 persen jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2017," ujar Director Trust & Safety Youtube Jennifer Flannnery O'Connor dalam sesi jumpa media yang digelar virtual, Selasa (6/4).
Jennifer mengatakan YouTube akan terus memperbarui VVR tiap tiga bulan di laporan penegakan pedoman komunitas.
Baca juga: YouTube Originals luncurkan serial dokumenter 'K-pop Evolution'
Rasio Tontonan Melanggar (VVR) membantu mengetahui persentase penayangan di YouTube yang berasal dari konten yang melanggar kebijakan.
Data VVR memberikan informasi tentang cara YouTube melindungi komunitas.
Jennifer yakin VVR adalah cara terbaik untuk memahami pengaruh konten berbahaya pada penonton, dan untuk mengidentifikasi area yang memerlukan peningkatan.
YouTube menghitung VVR dengan mengambil sampel video dan mengirimkannya kepada peninjau konten, yang selanjutnya akan memberi tahu video mana yang melanggar kebijakan dan mana yang tidak.
Dia mengatakan dengan mengambil sampel, pihaknya mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang konten melanggar yang mungkin tidak terdeteksi oleh sistem.
Baca juga: YouTube hadirkan fitur untuk ingatkan pengguna terkait hak cipta
"Namun, angka VVR berfluktuasi, naik dan turun. Misalnya, segera setelah kami memperbarui kebijakan, Anda mungkin melihat angkanya naik sementara karena sistem kami meningkatkan upaya untuk menangkap konten yang baru diklasifikasikan sebagai pelanggaran," ujar Jennifer.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa YouTube akan terus berupaya mendukung komunitas berkembang sambil memenuhi tanggung jawab mereka.
Meski laporan penegakan pedoman komunitas menunjukkan kemajuan secara jelas sejak 2017, tetapi pihaknya juga menyadari bahwa pekerjaan belum selesai.
Oleh karena itu, Jennifer mengatakan tim harus terus meninjau dan memperbarui kebijakan, bekerja sama dengan para ahli, dan tetap transparan tentang peningkatan dalam upaya penegakan yang dilakukan.
Pihaknya juga berkomitmen terhadap perubahan ini karena baik untuk penonton, dan baik juga untuk bisnis. Dia mengatakan konten yang melanggar tidak memiliki tempat di YouTube.
"Kami berinvestasi secara signifikan untuk mencegah konten yang melanggar, dan VVR menunjukkan tanggung jawab kami dan membantu kami lebih memahami kemajuan yang telah kami buat dalam melindungi pengguna dari konten berbahaya di YouTube," ucap Jennifer.
Baca juga: Pengamat: Jangan andalkan ceramah 'Ustaz YouTube' dalam perangi radikalisme
Baca juga: Rose BLACKPINK berhasil kalahkan rekor PSY di YouTube
Baca juga: Youtube Shorts mulai diluncurkan