Kuala Pembuang (ANTARA) - Anggota DPRD Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah Atinita mengatakan, jika harga rotan yang ada di wilayah Daerah Pemilihan (Dapil) III meliputi Kecamatan Seruyan Tengah, Seruyan Hulu, Batu Ampar dan Suling Tambun kerap tidak stabil, sehingga berdampak bagi petani dan pekerja seperti buruh tani tanaman tersebut.
“Tidak stabilnya harga rotan di Dapil III ini sangat berpengaruh bagi kesejahteraan masyarakat khususnya petani dan buruh atau pekerjanya, sehingga diharapkan agar instansi terkait bisa mengatasi hal tersebut,” kata Atinita di Kuala Pembuang, Senin.
Disampaikannya, harga normal untuk rotan biasanya Rp5 ribu per kilogram dan kalau turun bisa mencapai Rp2-3 ribu per kilogram. Harga rotan ini kerap tidak stabil atau turun naik.
Untuk itu, diharapkan agar dinas terkait bisa mencarikan solusi terhadap tidak stabilnya harga tersebut, karena untuk wilayah Dapil III sendiri masih banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani rotan.
Seperti yang diketahui di kabupaten yang berjuluk Bumi Gawi Hantantiring itu sendiri memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah dan salah satu dari sekian banyak kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan tersebut adalah rotan.
Kendati demikian, harga rotan di wilayah setempat kerap tidak stabil, sehingga membuat para petaninya kesulitan dan tidak bisa berbuat banyak, sedangkan masih banyak dari mereka yang menggantungkan hidupnya dari hasil alam tersebut.
Lebih lanjut dia menjelaskan, proses pemasaran yang terbilang cukup sulit juga menjadi salah satu kendala tersendiri oleh masyarakat atau petani rotan, sehingga sangat diperlukan perhatian dari pihak terkait.
“Di wilayah kita itu masih banyak petani rotannya, namun yang jadi masalah adalah harga yang kerap tidak stabil, itu yang menyulitkan mereka, karena memang proses pemasarannya itu sulit dan hanya menunggu ada pengepul yang datang. Jadi kami harapkan pemerintah bisa membantu masyarakat di sana,” jelasnya.
Politisi Partai Golongan Karya itu menambahkan bahwa tanaman yang merambat ini juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku keperluan rumah tangga, seperti membuat kerajinan kursi, meja, dan kerajinan lainnya.
“Tidak stabilnya harga rotan di Dapil III ini sangat berpengaruh bagi kesejahteraan masyarakat khususnya petani dan buruh atau pekerjanya, sehingga diharapkan agar instansi terkait bisa mengatasi hal tersebut,” kata Atinita di Kuala Pembuang, Senin.
Disampaikannya, harga normal untuk rotan biasanya Rp5 ribu per kilogram dan kalau turun bisa mencapai Rp2-3 ribu per kilogram. Harga rotan ini kerap tidak stabil atau turun naik.
Untuk itu, diharapkan agar dinas terkait bisa mencarikan solusi terhadap tidak stabilnya harga tersebut, karena untuk wilayah Dapil III sendiri masih banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani rotan.
Seperti yang diketahui di kabupaten yang berjuluk Bumi Gawi Hantantiring itu sendiri memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah dan salah satu dari sekian banyak kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan tersebut adalah rotan.
Kendati demikian, harga rotan di wilayah setempat kerap tidak stabil, sehingga membuat para petaninya kesulitan dan tidak bisa berbuat banyak, sedangkan masih banyak dari mereka yang menggantungkan hidupnya dari hasil alam tersebut.
Lebih lanjut dia menjelaskan, proses pemasaran yang terbilang cukup sulit juga menjadi salah satu kendala tersendiri oleh masyarakat atau petani rotan, sehingga sangat diperlukan perhatian dari pihak terkait.
“Di wilayah kita itu masih banyak petani rotannya, namun yang jadi masalah adalah harga yang kerap tidak stabil, itu yang menyulitkan mereka, karena memang proses pemasarannya itu sulit dan hanya menunggu ada pengepul yang datang. Jadi kami harapkan pemerintah bisa membantu masyarakat di sana,” jelasnya.
Politisi Partai Golongan Karya itu menambahkan bahwa tanaman yang merambat ini juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku keperluan rumah tangga, seperti membuat kerajinan kursi, meja, dan kerajinan lainnya.