Buntok (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah mengadakan rembuk dalam upaya percepatan penurunan angka stunting di wilayah setempat.

"Rembuk ini merupakan rencana aksi ketiga konvergensi percepatan penurunan stunting (KP2S)," kata Wakil Bupati Barito Selatan, Satya Titiek Atyani Djoedir di Buntok, Rabu.

Dalam kegiatan yang berlangsung secara tatap muka dan virtual itu, wakil bupati mengatakan stunting merupakan masalah kurang gizi kronis.

Semua itu disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak seperti tinggi badan lebih rendah atau pendek dari standar usianya.

Menurut dia, kondisi tubuh anak yang pendek ini seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan atau genetik dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Padahal lanjut dia, seperti diketahui bersama genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya dibandingkan faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan.

"Dengan kata lain, stunting ini merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah," ucapnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan pengalaman, penyelenggaraan intervensi yang konvergen untuk menyasar kelompok di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi tumbuh kembang anak dan pencegahan stunting.

Karena berdasarkan data timbang yang dilakukan pada 2021 dengan jumlah 3.753 balita yang diukur ditemukan sebanyak 895 atau 23,85 persen mengalami stunting.

Untuk itu, dirinya sangat mendukung dan mengapresiasi dilaksanakannya rencana aksi percepatan penurunan stunting di Barito Selatan dengan tema rembuk stunting ini.

Rembuk tersebut, merupakan kegiatan mengantisipasi bertambahnya balita yang mengalami stunting dan sebagai sarana menyusun strategi penanganan stunting.

"Rembuk stunting ini juga merupakan salah satu dari delapan aksi konvergensi penurunan stunting terintegrasi di Barito Selatan," jelasnya.

Untuk memastikan konvergensi intervensi tersebut diperlukan komitmen bersama dari pimpinan tertinggi dan dirinya sangat berharap komitmen semua pihak khususnya peserta rapat rencana aksi konvergensi.

Hal tersebut agar dapat disusun rencana intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang nantinya dapat dibuat dalam RKPD atau renja SKPD tahun berikutnya.

Dengan demikian kata dia, target indikator pembangunan bidang kesehatan yakni penurunan prevalensi stunting pada anak di bawah usia dua tahun dapat tercapai.

"Dengan begitu, derajat kesehatan akan meningkat, sehingga generasi penerus memiliki kemampuan emosional, sosial serta fisik yang siap untuk belajar dan berkompetisi sebagai modal dasar pembangunan," demikian Satya Titiek Atyani Djoedir.

Pewarta : Bayu Ilmiawan
Uploader : Admin 4
Copyright © ANTARA 2024