Jakarta (ANTARA) - Georginio Wijnaldum mengungkapkan pelecehan di media sosial adalah alasan di balik hengkang dari Liverpool dan menyatakan merasa tidak dicintai oleh sebagian kalangan di klub itu.
Wijnaldum yang meneken kontrak bersama Paris Saint-Germain setelah hengkang dalam status besar transfer bergabung dengan Liverpool pada 2016 dari Newcastle United.
Dia sudah tampil lebih dari 200 kali dengan turut mengangkat trofi juara Liga Premier dan Liga Champions sebelum pergi akhir musim ini.
"Setiap hari dalam latihan dan dalam pertandingan saya memberikan segalanya. Liverpool itu berarti sangat banyak bagi saya. Ada masa manakala saya merasa tidak disukai dan diapresiasi di sana," kata Wijnaldum kepada The Times.
"Bukan oleh rekan-rekan satu tim saya, bukan orang-orang di Melwood (pusat latihan Liverpool). Saya tahu mereka semua menyukai saya dan saya menyukai mereka. Bukan dari sisi itu, lebih karena dari sisi yang lain," sambung dia seperti dikutip AFP.
Dia menambahkan "ada masa ketika saya tidak merasa disukai. Dalam dua musim terakhir, saya merasakan hal itu beberapa kali."
"Penggemar di dalam stadion dan pendukung di media sosial itu dua hal berbeda. Di dalam stadion, saya bisa katakan tak ada yang buruk dari mereka. Mereka selalu mendukung saya."
"Di media sosial jika kami lolos saya menjadi salah seorang yang dikambinghitamkan, dengan menuding saya ingin pergi. Ada masa ketika saya berpikiran begini, 'Wah seandainya mereka tahu pasti saya sudah berusaha untuk bugar dan bermain pada setiap pertandingan."
Wijnaldum yang meneken kontrak bersama Paris Saint-Germain setelah hengkang dalam status besar transfer bergabung dengan Liverpool pada 2016 dari Newcastle United.
Dia sudah tampil lebih dari 200 kali dengan turut mengangkat trofi juara Liga Premier dan Liga Champions sebelum pergi akhir musim ini.
"Setiap hari dalam latihan dan dalam pertandingan saya memberikan segalanya. Liverpool itu berarti sangat banyak bagi saya. Ada masa manakala saya merasa tidak disukai dan diapresiasi di sana," kata Wijnaldum kepada The Times.
"Bukan oleh rekan-rekan satu tim saya, bukan orang-orang di Melwood (pusat latihan Liverpool). Saya tahu mereka semua menyukai saya dan saya menyukai mereka. Bukan dari sisi itu, lebih karena dari sisi yang lain," sambung dia seperti dikutip AFP.
Dia menambahkan "ada masa ketika saya tidak merasa disukai. Dalam dua musim terakhir, saya merasakan hal itu beberapa kali."
"Penggemar di dalam stadion dan pendukung di media sosial itu dua hal berbeda. Di dalam stadion, saya bisa katakan tak ada yang buruk dari mereka. Mereka selalu mendukung saya."
"Di media sosial jika kami lolos saya menjadi salah seorang yang dikambinghitamkan, dengan menuding saya ingin pergi. Ada masa ketika saya berpikiran begini, 'Wah seandainya mereka tahu pasti saya sudah berusaha untuk bugar dan bermain pada setiap pertandingan."