Jakarta (ANTARA) - Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Kekayaan Intelektual Kementerian Luar Negeri RI Antonius Yudi Triantoro menyatakan bahwa perdagangan internasional merupakan salah satu kunci pemulihan ekonomi Indonesia.
Perdagangan internasional merupakan salah satu kunci pemulihan ekonomi, kata Antonius Yudi ketika memberi paparan di seminar bertajuk Kebijakan Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia: Dalam Kerja Sama Ekonomi-Politik di Tengah Pandemi COVID-19 yang diselenggarakan secara daring, Rabu.
Yudi mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang berdiplomasi dengan berbagai negara untuk membuka pasar perdagangan internasional meski di tengah pandemi COVID-19.
Diplomasi tersebut merupakan reaksi Indonesia atas kecenderungan negara lain yang menetapkan kebijakan proteksionisme kegiatan perdagangan internasional pada masa COVID-19, khususnya terkait produk kesehatan.
Proteksionisme perdagangan merupakan kebijakan antipasar bebas, di mana negara yang menerapkan kebijakan tersebut membatasi atau tidak berpartisipasi dalam pasar internasional.
Memang wajar karena mereka melihat kebutuhan domestik, namun ini dapat memperburuk keadaan, tutur Yudi.
Dengan demikian, melalui forum multilateral seperti WTO (World Trade Organization), Indonesia dengan aktif menyerukan agar pada masa pandemi, negara lain tetap memfasilitasi kegiatan perdagangan sebagai kunci pemulihan ekonomi bersama.
Indonesia menggunakan Forum Dispute Settlement di WTO untuk mempercepat penuntasan sengketa perdagangan luar negeri dengan Uni Eropa terkait kasus kampanye hitam kelapa sawit, sedangkan dengan Australia terkait bea antidumping produk kertas Indonesia.
Kalau ini selesai, akan mempercepat perdagangan Indonesia, ucapnya.
Keberhasilan promosi ekspor Indonesia, kata Yudi, dapat memaksimalkan potensi UMKM dan ekonomi kreatif Indonesia yang dinilai sangat besar.
Oleh karena itu, Yudi meyakini bahwa perdagangan internasional merupakan bagian dari kebijakan komprehensif yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mengatasi dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Perdagangan internasional merupakan salah satu kunci pemulihan ekonomi, kata Antonius Yudi ketika memberi paparan di seminar bertajuk Kebijakan Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia: Dalam Kerja Sama Ekonomi-Politik di Tengah Pandemi COVID-19 yang diselenggarakan secara daring, Rabu.
Yudi mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang berdiplomasi dengan berbagai negara untuk membuka pasar perdagangan internasional meski di tengah pandemi COVID-19.
Diplomasi tersebut merupakan reaksi Indonesia atas kecenderungan negara lain yang menetapkan kebijakan proteksionisme kegiatan perdagangan internasional pada masa COVID-19, khususnya terkait produk kesehatan.
Proteksionisme perdagangan merupakan kebijakan antipasar bebas, di mana negara yang menerapkan kebijakan tersebut membatasi atau tidak berpartisipasi dalam pasar internasional.
Memang wajar karena mereka melihat kebutuhan domestik, namun ini dapat memperburuk keadaan, tutur Yudi.
Dengan demikian, melalui forum multilateral seperti WTO (World Trade Organization), Indonesia dengan aktif menyerukan agar pada masa pandemi, negara lain tetap memfasilitasi kegiatan perdagangan sebagai kunci pemulihan ekonomi bersama.
Indonesia menggunakan Forum Dispute Settlement di WTO untuk mempercepat penuntasan sengketa perdagangan luar negeri dengan Uni Eropa terkait kasus kampanye hitam kelapa sawit, sedangkan dengan Australia terkait bea antidumping produk kertas Indonesia.
Kalau ini selesai, akan mempercepat perdagangan Indonesia, ucapnya.
Keberhasilan promosi ekspor Indonesia, kata Yudi, dapat memaksimalkan potensi UMKM dan ekonomi kreatif Indonesia yang dinilai sangat besar.
Oleh karena itu, Yudi meyakini bahwa perdagangan internasional merupakan bagian dari kebijakan komprehensif yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mengatasi dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi COVID-19.